Soobin menatap layar handphonenya dengan seksama, kedua ibu jarinya dengan lihai mengetuk-ngetuk layar memainkan sebuah game online. Ia mampu bermain berjam-jam tanpa jeda demi mengejar gelar top rank. Abaikanlah usianya yang sudah tak muda lagi, beberapa bulan lagi berusia 40 tahun. Maklum saja, 14 tahun di penjara membuat ia tertinggal dengan perkembangan zaman. Game di handphone saat dia muda juga tidak secanggih sekarang. Jadi Soobin rasa ia tidak berlebihan jika kecanduan game online saat ini.
"Ayah"
"Ya?"
Hening, Soobin tersadar akan sesuatu. Taehyun tadi memanggil apa? Ayah? Soobin menoleh ke samping kirinya, didapatinya Taehyun yang tertidur pulas di sofa sambil bersandar pada Soobin. Ah Taehyun mengigau rupanya.
Soobin menghentikan gamenya, lapar sekali. Pantas saja ini sudah lewat jam makan siang rupanya. Ia terlalu asyik memainkan game sampai lupa waktu. Namun niatnya untuk bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur urung dikarenakan ada beban kepala Taehyun yang kini ditopangnya.
"Ayah" Taehyun mengigau sekali lagi, entah apa yang sedang diimpikan anak itu sampai memanggil ayahnya dalam tidurnya.
"Anak manja, ayo bangun" Soobin menggerakkan lengannya yang dijadikan Taehyun sandaran sehingga kepala Taehyun berguncang. Taehyun yang merasakan tidurnya terganggu, membuka matanya perlahan.
"Ah aku ketiduran rupanya, kenapa membangunkanku, Om?" tanya Taehyun sambil meregangkan badannya, kedua tangannya di angkat ke atas yang otomatis membawa tangan kiri Soobin juga ikut terangkat.
"Kamu tidak ingin makan siang memangnya?"
"Sebenarnya aku tidak terlalu lapar, tapi baiklah"
Taehyun dan Soobin berjalan beriringan ke dapur. Soobin mengeluarkan kunci borgol dari sakunya, berniat mengunci Taehyun di meja makan seperti tadi pagi.
"Om tidak perlu mengunciku di meja, bawa saja aku masak bersama, aku bisa membantu" tawar Taehyun.
"Aku tidak perlu bantuan, hanya memasak ramyeon"
"Aku pintar memasak ramyeon, ramyeon buatanku enak sekali, biar aku saja yang memasaknya ya" Taehyun meyakinkan Soobin.
"Oh aku pikir kamu tidak bisa memasak.."
"Seperti ibuku? Om ingin bilang begitu kan?" Taehyun memotong kalimat Soobin.
"Hei, aku tidak ingin mengatakan itu, kamu jangan asal menebak" Soobin berusaha mengelak. Taehyun hanya mengangguk paham dan menyunggingkan senyum yang sulit diartikan.
Acara memasak menjadi agak merepotkan karena tangan Soobin dan Taehyun yang masih terkait borgol. Taehyun yang bergerak dengan lincah seolah lupa jika ada tangan Soobin yang terseret kesana kemari. Namun Soobin hanya mengikuti kemana gerakan Taehyun membawanya tanpa protes sedikitpun.
Setelah acara masak selesai, Soobin dan Taehyun duduk bersebelahan di meja makan tanpa melepaskan borgol ditangan mereka. Mereka tampaknya sudah terbiasa dengan kondisi mereka sehingga Soobin tidak perlu repot-repot berpindah membuka-mengunci borgol Taehyun di berbagai tempat.
"Om, sebenarnya kita ada dimana?"
"Di rumahku" sahut Soobin datar
"Bukan begitu, maksudku ini dimana, apakah ini pedesaan? Anda tidak pernah membuka tirai sehingga aku tidak dapat melihat keluar. Tapi jika ini pedesaan, mengapa aku tidak pernah mendengar suara orang di sekitar rumah ini?"
"Karena memang tidak ada orang yang tinggal di dekat sini"
"Aku seperti mendengar suara aliran air sepanjang waktu, apakah ada bendungan?" Taehyun masih tidak menyerah untuk mencari jawaban dari rasa penasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Dad ✔️ | Soobin, Taehyun
FanfictionSoobin menculik Taehyun yang merupakan anak dari musuhnya, yaitu Yeonjun. Namun bukannya takut, Taehyun justru menemukan figure seorang ayah yang sangat ia rindukan ada pada diri Soobin. *Stockholm Syndrome *Father-Son Relationship *Brothership