Yeonjun terduduk lesu di kursi panjang ruang tunggu rumah sakit. Tatapannya lurus ke depan, kosong. Dirinya terguncang dengan kabar yang ia terima. Asisten Jeon baru saja pergi setelah menceritakan kronologi kecelakaan yang menewaskan dua orang tersebut. Orang suruhan Pak Han mengejar Soobin untuk membunuhnya.
Soobin melihat ada orang yang mengawasinya dari kejauhan ketika ia berada di pemakaman. Gerak-gerik mencurigakan dapat dengan mudah terbaca oleh Soobin. Soobin sadar, dia dalam bahaya. Terlebih ada orang lain yang harus dilindunginya, orang itu adalah Taehyun. Oleh karena itu Taehyun tidak seharusnya ada bersamanya. Taehyun harus pulang.
Setelah meninggalkan Taehyun begitu saja di depan rumahnya, Soobin melajukan mobilnya. Mobil yang sedari tadi mengikutinya terus-terusan berada di belakangnya. Bahkan di jalan yang lebih sepi, mobil di belakangnya mulai menabrak mobilnya. Seakan perintah agar Soobin berhenti.
Mobil mereka berjalan beriringan. Satu kaca mobil yang mengejar Soobin diturunkan. Menampakkan seorang pria yang mengarahkan sebuah pistol ke arahnya. Soobin mulai gentar, orang yang mengejarnya menginginkan nyawanya. Walau masih terbersit pertanyaan di benak Soobin siapa orang-orang itu, mengapa mereka ingin membunuhnya.
Tidak banyak waktu untuk berpikir. Soobin membelokan stir dan menabrak mobil disebelahnya. Kedua mobil itu bertumbukkan dengan keras. Menyebabkan mobil Soobin menabrak tebing di tepi jalan dan berguling berkali-kali. Sementara mobil yang ditabraknya terhempas masuk ke jurang di sisi jalan satunya.
Asisten Jeon yang ditugaskan untuk mengawasi Soobin tidak bisa membantu banyak. Kecelakaan tersebut diluar kuasanya. Ia dengan cepat menyelamatkan Soobin. Mengeluarkan Soobin dari mobilnya yang sebentar lagi mungkin akan meledak. Memberi pertolongan pertama selagi menunggu ambulance. Soobin berada di ambang kesadarannya. Sampai setetes airmata jatuh dari pelupuk matanya, mengalir di pipinya bersama dengan meluruhnya kesadarannya.
“Dengan wali dari pasien Choi Soobin?” seorang suster menyadarkan Yeonjun dari lamunannya.
“Ah iya, Saya”
“Saya ingin memberi tahu jika pasien sudah siuman, dan kami pindahkan ke ruang rawat di ruangan VIP C”
“Ah terima kasih, Sus” Yeonjun menorehkan senyumnya.
Suster tersebut langsung pamit undur diri. Yeonjun lega mendengar bahwa Soobin sudah melewati masa kritisnya. Yeonjun beranjak dari duduknya dan menuju ke toilet. Mencuci mukanya dan merapikan penampilannya terlebih dahulu. Karena bukan Yeonjun namanya jika tidak berpenampilan sempurna.
Yeonjun memasuki ruangan rawat Soobin tanpa menimbulkan suara. Ia berjalan mendekati Soobin dengan sedikit ragu. Namun ia sudah terlanjur sampai sejauh ini, sangat tidak mungkin untuk kembali keluar dari ruangan itu. Mata Soobin yang awalnya terpejam tiba-tiba terbuka. Membuat Yeonjun berdiri kikuk tidak jauh dari ranjangnya.
“Ah sepertinya aku benar-benar telah mati” celetuk Soobin memecah keheningan.
Yeonjun mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud perkataan Soobin.
“Buktinya aku bertemu iblis penghuni neraka sekarang” ujar Soobin sambil tersenyum remeh.
Yeonjun kesal namun tidak ingin terpancing dengan perkataan Soobin. Apa yang diharapkan dari seorang yang menyimpan rasa benci padanya belasan tahun lamanya. Ia datang kemari bukan untuk mencari keributan.
“Terima kasih” kata Yeonjun singkat.
“Untuk?”
“Sudah mengantar Taehyun pulang. Aku tidak bisa membayangkan jika saja masih ada Taehyun bersamamu saat kejadian”
“Oh jadi kamu bersyukur ya karena aku saja yang menjadi korban. Atau jangan-jangan kamu sedih karena aku selamat”
“Bukan begitu..”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Dad ✔️ | Soobin, Taehyun
FanfictionSoobin menculik Taehyun yang merupakan anak dari musuhnya, yaitu Yeonjun. Namun bukannya takut, Taehyun justru menemukan figure seorang ayah yang sangat ia rindukan ada pada diri Soobin. *Stockholm Syndrome *Father-Son Relationship *Brothership