Happy Pills

178 2 0
                                    

Feat. JHS as Phillian

Hidupkan memang tidak dipenuhi oleh kebahagian, bahkan hal itu mungkin sama sekali tidak pernah hadir dalam kehidupan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidupkan memang tidak dipenuhi oleh kebahagian, bahkan hal itu mungkin sama sekali tidak pernah hadir dalam kehidupan seseorang. Namun, jika masih bernapas di dunia ini, manusia seakan dipaksa untuk tersenyum, karena katanya itu pertanda kita bahagia dan hidup itu indah, mengapa harus merengut, bukan?

Setiap hari, Phillian selalu mendengar perkataan seperti:

“Berhenti merengut, banyak orang-orang yang jauh lebih susah darimu.”

“Jangan memasang wajah jengkel, banyak orang telah berkorban untukmu, hargai usaha mereka.”

“Tunjukkan hanya sisi terbaik dirimu pada orang-orang, yaitu dengan tersenyum. Orang lain tak perlu tahu hal lain tentang dirimu selain itu.”

“Kau sedih? Kau marah? Kau merasa tak nyaman? Tahan semuanya dan tersenyum. Memangnya kau bisa apa?”

Tersenyum menyelesaikan segalanya, begitu kata mereka. Orang-orang di sekeliling Phillian selalu menekannya untuk berhenti melukiskan emosi lain di wajahnya, selain seulas senyum cerah.

Sebenarnya dia pun sudah sangat memaksakan diri sejauh ini. Ia sudah sangat memaksakan senyum hingga kedua ujung bibirnya terasa pegal. Phillian muak, karena jika ia memperlihatkan emosi sesungguhnya pada wajahnya, orang-orang mencaci makinya seakan ia ketahuan menggorok leher seseorang di depan umum, tapi jika ia tersenyum terus menerus, ia tak yakin apakah ia masih bisa mempertahankan kedua kakinya berdiri kokoh tanpa memasuki rumah sakit jiwa.

Baik menunjukkan emosi, atau menyembunyikan emosi, sesungguhnya sama-sama terdengar seperti perangkap atau bom waktu yang menunggu untuk meledak. Ia lebih baik bertemu dengan Sang Pencipta daripada memilih antara kedua hal itu, tapi Phillian tahu, ia tak bisa pulang meski ia telah benar-benar menginginkan itu. Entahlah, mungkin Tuhan senang memainkannya layaknya boneka yang mulutnya dijahit agar membentuk senyum?

Dia tak tahu lika-liku semacam apalagi yang akan mengguncangnya layaknya wahana ekstrem tanpa sabuk pengaman, di mana ia bisa saja terlempar dari perlintasan kapan saja. Yang ia tahu, dirinya sudah terjebak, tersudut, dan mati rasa.

Namun, dunia tidak akan berhenti berputar untuk dirinya. Orang-orang tak akan berubah untuk dirinya. Keadaan tidak akan mendadak dibumbui kemanisan meski ia menenggak rasa pahit seumur hidupnya dan begitu ingin muntah kali ini.

Jadi, dengan pikiran yang buntu, Phillian mengetik asal di mesin pencarian pada ponselnya, sebuah obat yang memungkinkan untuk membantunya.

Setelah berjam-jam mencari dan mengunjungi berbagai jenis laman internet, Phillian sampai pada sebuah laman yang dipenuhi berbagai macam foto orang-orang tersenyum dan memegang sebuah produk. Laman itu hanya menjual satu produk, yaitu sebuah pil yang dipromosikan sebagai jawaban segala masalah—tersenyum, pertanda kebahagiaan, seperti yang orang-orang katakan.

Odds and EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang