Sore itu langit Tsukigakure terlihat mendung, awan hitam menggantung indah diatas sana. Ditambah angin dingin yang seolah memberi kabar jika hujan deras akan segera tiba, membuat siapa saja ingin segera masuk kedalam rumah masing-masing.
Sama hal nya dengan apa yang tengah dirasakan oleh Natuto dan teman-temannya, saat ini mereka baru saja tiba didepan sebuah rumah bergaya Amerika klasik, milik Souta Hiroki.
"Kenapa tidak ada yang keluar?" Tanya Naruto yang baru saja menekan bell rumah Hiroki untuk ke tiga kalinya.
"Apa mungkin tidak ada orang?" Tanya Naruto, menolehkan kepalanya kebelakang menatap teman-temannya seolah meminta jawaban.
"Itu tidak mungkin," jawab Temari.
"Beberapa waktu lalu, aku sudah mengirim pesan pada Tn. Hiroki jika tidak lama lagi kita akan segera tiba," sambung Temari.
"Coba sekali lagi," ucap Sai yang langsung dijawab anggukkan Naruto.
Naruto kembali menatap pintu berwarna hitam didepannya, saat tangan kanannya akan kembali terangkat. Tiba-tiba saja pintu didepannya terbuka memperlihatkan seorang pria paruh baya, yang merupakan Souta Hiroki.
"Ah! Kalian sudah tiba?!" Ucap Hiroki sedikit terkejut dengan kedatangan Sasuke dan teman-temannya.
"Ayo masuk!" ucap Hiroki lagi, membuka pintu rumahnya selebar mungkin.
"Terimakasih, Tn. Hiroki," ucap Naruto yang langsung berjalan masuk diikuti oleh teman-temannya yang lain.
"Maaf, tadi aku tengah berada di kamar mandi, jadi aku tidak mendengar suara bell berbunyi," ucap Hiroki menutup pintu rumahnya yang kemudian menatap Sasuke dan teman-temannya.
"Tidak apa-apa," ucap Hinata tersenyum.
"Silahkan duduk," ucap Hiroki.
"Rumah Anda benar-benar luar biasa, Tn. Hiroki," ucap Sai, dengan kedua mata yang menatap sekeliling ruangan itu.
"Terimakasih," ucap Hiroki yang ikut mendudukkan dirinya disamping Naruto.
"Apakah semua ini, Anda sendiri yang mendesain?" Tanya Shikamaru.
"Ah... tidak, sebenarnya aku tidak terlalu mengerti soal menata rumah. Namun, saat pertama kali aku memasuki rumah ini, entah kenapa aku langsung jatuh cinta," jawab Hiroki menatap Shikamaru.
"Tunggu! Apa maksud Anda, pemilik sebelumnya menjual rumah ini beserta isinya?" Tanya Sakura dengan kedua alis terangkat.
"Begitulah," jawab Hiroki mengangguk.
"Aku yakin pemilik sebelumnya mempunyai jiwa seni yang sangat tinggi," ucap Sai, masih memandang beberapa ornamen yang terpajang di dinding ruangan itu.
Ruangan tempat mereka berkumpul saat ini, merupakan sebuah ruangan yang berukur tiga kali tiga meter, dengan satu set kursi berwarna merah maroon beserta meja kayu yang terdapat di tengah ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Step 3
Misteri / ThrillerPenyelidikan kembali berlanjut dan lagi-lagi melibatkan para penyidik Konoha, kasus seperti apa yang menanti mereka? Simak kisah selengkapnya...