Yoo Jonghyuk hanya sedang berjalan-jalan pagi biasa di depan toko tercinta nya sebelum kembali bekerja beberapa saat lagi dan dibuka untuk umum.
Saat sedang merokok, Yoo Jonghyuk mendengar suara-suaru ribut di gang belakang toko, sukses membuatnya kesal terprovokasi. Yoo Jonghyuk menginjak rokoknya, lalu berjalan kearah asal suara dengan berusaha menahan kesalnya.BUG!
"Orang bertengkar?" Batin Yoo Jonghyuk menyadari jika terjadi kasus keributan yang melibatkan beberapa berandalan, dan.. seorang pria kecil?
Yoo Jonghyuk terkejut begitu melihat hal yang matanya lihat. Seorang pria yang tinggi nya berbeda cukup jauh dengannya di pukuli habis-habisan dengan tongkat dan beberapa orang dewasa yang kelewatan kesurupan diluar kendali.Yoo Jonghyuk mendecih, lalu hendak menyelamatkan pria itu karna dia tidak memiliki reaksi untuk melawan atau membela diri.
Namun, begitu kakinya hendak melangkah, pria itu bangun dengan kondisi tubuh babak belur, dan orang-orang yang melihatnya langsung ngeri karna terkejut."Aduh.. sakit sekali." Rintih pemuda itu memegangi bahu nya.
"Tuan, sekarang gantian, ya?"Beralih, pemuda itu menyeringai mengerikan. Semua orang disana tergidik ngeri, tapi mereka tetap teguh menegarkan posisi bertarung mereka.
Saat salah satu berandalan kembali maju untuk berusaha memukul pemuda itu, serangannya di gagalkan karna pukulan pemuda itu lebih cepat di bandingkan pukulan sebuah tongkat seperti tang. Dalam satu serangan, satu orang langsung ambruk karna dipukul di bagian hidung nya yang kemudian mengeluarkan tetesan darah yang mengalir deras."Selanjutnya."
Yoo Jonghyuk yang melihat momen itu, akhirnya memilih diam saja menunggu selesai. Dia kembali mengeluarkan sebuah rokok di saku nya, kemudian menyalakannya dengan tenang. Yoo Jonghyuk menghisap rokok nya dengan damai, lebih damai dari apapun yang ada didunia ini.
Dia terus menyesap rokok itu meski mendengar suara pekikan, pukulan, dan ributan yang terus di hiraukan nya. Menganggap semua kejadian yang terjadi dihadapan nya tadi hanyalah sebuah aksi untuk membela diri.Dirasa situasi sudah lebih tenang, Yoo Jonghyuk kembali mengecek arah tadi. Dia lalu menghampiri pemuda yang tersengal-sengal setelah membantai belasan orang-orang itu sendirian. Dengan suara langkah kakinya yang tenang, Yoo Jonghyuk menangkap pemuda yang kemudian pingsan didekapan nya.
...
"Uhm.." rintih Dokja, pemuda tersebut berada disebuah kamar minimalis yang cukup sederhana.
Dia duduk di tempat tidurnya, merasa kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, dia ada di mana? Siapa yang membawa ku? Atau kenapa hampir semua tubuhnya di penuhi perban-perban baru?Diliputi dari pertanyaan-pertanyaan itu, dia hanya sibuk memperhatikan denah ruangan tersebut yang dirasa nya terlalu sederhana. Hanya ada satu kasur, sebuah meja beserta kursi nya, dan gantungan baju dekat pintu.
"Seperti nya yang merancang tidak punya modal fashion."
Satir orang itu mencibir rest room yang pastilah ada didalam toko kopi.
Setelah mengatakan itu, dia tersentak begitu melihat seorang wanita dengan pakaian hitam bercelemek merah dari dada sampai bagian paha nya.
Wanita berpirang dengan mata hijau itu bersembunyi di balik pintu, sambil tersenyum malu-malu kearah nya.
"Halo." Sapa wanita itu melambaikan tangan nya sedikit.
"Hah, Oh, haii?" Balas orang itu kebingungan."Jonghyuk-Ssi, dia sudah bangun!" Seru wanita itu dengan riang ke arah luar kamar.
Jonghyuk lalu datang masuk ke kamar itu, lalu dengan pelan menepuk pundak wanita itu.
"Uriel, buat kan kopi untuk nya." Pinta Jonghyuk singkat. Uriel lalu langsung mengangguk dan pergi untuk segera memesankan pesanan Jonghyuk itu."Hey, bocah." Dokja yang dipanggil seperti itu hanya ternganga sambil menahan rasa kesal.
"BOCAH? Tahu apa kau?!" Seru Dokja dengan amuk pada Jonghyuk.
"Kau pendek." Balas Jonghyuk.
"Bro, umur ku sudah 28 tahun!" Seru nya lagi tak mau kalah.Jonghyuk langsung menatap nya dan terdiam. Fakta bahwa orang yang duduk ditempat tidur itu ternyata jauh lebih tua darinya, adalah sebuah pengalaman baru?
"Tapi kau pendek."
Dokja yang kesal lalu membuang muka, mendecak frustasi melupakan luka nya yang tadi ia rasa sakit.
"Hey, nama ku Kim Dokja. Kau Jonghyuk, kan? kenapa kau membawa ku kesini?" Tanya Dokja dengan baik-baik berusaha merubah topik."Kau sekarat. Aku masih punya rasa manusiawi, mana bisa meninggalkan mu."
Singkat Jonghyuk lagi, kali ini berjalan kearah nya lalu duduk di samping tempat tidur.
Dokja yang mendengar pernyataan tersebut langsung terharu, merasa orang lain ada yang memedulikan nya.
"Benarkah?? Kau sampai mengobati ku?" Tanya nya sekali lagi merasa senang.Jonghyuk yang mendengar pertanyaan itu hanya melihat kearah nya, kearah luka yang ada di leher, tangan, dan pipi putih nya. Lalu membuang muka.
"Nanti sepray ku bisa kotor karna darahmu."
Dokja kembali mencibir kecewa. Apa yang bisa di harap kan dari orang seperti dia?!
Pikirnya kesal."Yah, mau bagaimana pun, nyawa mu itu penting. Apa luka itu masih sakit?" Tanya Jonghyuk sambil mengangkat tangan kanan Dokja, lalu mengelusi nya perlahan. Membuat Dokja tersipu karna malu dengan perbuatan pria yang berbeda dengan deskripsi muka nya. Bagaimana juga, tapi pose mereka seperti seorang putri cantik yang tangan nya di beri sumpah oleh seorang pangeran sebelum akhirnya di cium. Bagaimana dia bisa tidak tenang!
"Baiklah. Kalau begitu terimakasih sudah menolong ku," Ujar Dokja mengambil kembali tangan kanannya.
"Pahlawan ku."Jonghyuk yang mendengar perkataan itu hanya bisa terkejut terheran.
"Kenapa kau memanggil ku seperti itu?"
Ujarnya dengan tatapan aneh, membuat Dokja merasa malu karna perbuatannya."Kau tahu Jonghyuk itu namanya tidak enak dipanggil!" Seru Dokja memaki-maki Jonghyuk, sukses membuatnya merasa hina karna nama nya.
"Lantas kau mau memanggil ku seperti apa?"Dokja melirik Jonghyuk kembali, lalu tersenyum yang tampak menyebalkan bagi Jonghyuk.
"Jonghyuk-Ssi? Tidak. Jonghyuk-ah?" Pikir Dokja mencoba beberapa yang dia rasa pantas.
"Ah, tidak. Menurutku Hyuk-ie!" Seru Dokja kegirangan mendapatkan nama panggilan baru untuk orang didepan nya ini yang begitu bagus pikirnya. Jonghyuk hanya kembali menatap nya lagi dengan wajah jengkel.
"Terserah apa mau mu." Kata Jonghyuk sekali lagi karna lelah dengan pemuda ini."Jangan begitu Hyuk-ah! Padahal tampang mu sangat tampan, tapi sifat mu cuek begitu. Orang-orang dewasa zaman dulu pasti hanya akan memanggil nya sia-sia." Ejek Dokja yang jahil memprovokasi nya.
Jonghyuk hanya bisa menyentuh kening nya frustasi.
"Nah, terimakasih sudah menyelamatkan ku, Hyuk-ah. Protagonist ku."
"..Sekarang mengapa kau memanggil ku begitu?"
..
Di sisi lain, di tempat Uriel, dia hanya bisa berdiri menguping dengan muka tersipu karna tidak mau membuang-buang momen seperti ini.
"Astaga, Astaga, Astagaaa." Kata Uriel lalu menyimpan kopi Dokja di lantai, kemudian bersikap tantrum seperti kesurupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Mafia Salvation."
AdventureYoo Jonghyuk adalah seorang pria yang bekerja menjadi seorang eksekutor anjingnya pemerintah selama bertahun-tahun. Sekaligus, dia adalah seorang barista penjaga kaffe kopi di sebuah kedai kopi terkenal di ibukota KoreaSelatan-Seoul. Hingga, pada s...