Kim Dokja mendengus dengan murung, kembali merasa kesal pada Jonghyuk yang tega meninggalkannya sendirian disel yang dingin. "Aku lebih suka dipangku lagi."
"Kau marah?" Tanya Jonghyuk menyimpan bukunya dimeja sebelahnya. Melihat kearah dalam sel Dokja merasa bersalah atas dirinya.
Seragam tahanan Dokja yang kebesaran saja sudah merasa membuatnya tidak nyaman, apalagi dilontarkan pertanyaan yang jelas sudah ada jawabannya dari Jonghyuk itu.
Dokja merespon dengan mengangkat bahunya secara cuek, tanpa balas memandang pria itu.
"Hyuk-ah, berikan aku pakaian penjara yang lebih kecil." Pinta Dokja spontan."Tidak ada, saat ini itu yang paling kecil. Kalo agak kebesaran salahkan saja dirimu yang terlalu kurus." Ujar Jonghyuk dengan mulut tajamnya, sukses membuat Dokja kepedasan.
"Aku kurus, tapi tinggi."
Jonghyuk agaknya kehilangan kata-kata. Memang benar tubuhnya terlalu tinggi hingga membuatnya terlihat kurus.Dokja mengencangkan baju atasnya kebelakang, memperlihatkan pinggang dan perutnya yang terbentuk. Membuat Jonghyuk terbatuk saking kecil pinggangnya
"Begini-begini pinggangku ramping."
Jonghyuk mengalihkan pandangannya, "jangan tunjukkan itu." Geramnya agak menggumam.
Dokja kebingungan, dia termenung menatap bagian belakang kepala Jonghyuk yang tadinya melihat kearahnya kini teralihkan."Kau tidak bekerja?" Tanya Dokja,
"Dasar, aku kan harus menjagamu, jadi aku meninggalkan pekerjaan ku pada Uriel." Jonghyuk kembali membuka bukunya tanpa memandang kearah Dokja."Sejujurnya aku merindukan kopi buatanmu." Dokja bergumam, tapi masih bisa terdengar jelas oleh Jonghyuk dari luar.
"Jadi kamu menginginkan kopi itu sekarang??" Uriel datang entah darimana, muncul mengangetkan Jonghyuk yang sedang meminum kopinya hingga tersedak.
Dokja melirik kearah kantong yang ada ditangan Uriel, tulisannya "kedai kopi JH." dan motif-motif lucu didekat kantong itu pun membuat Dokja senang."Uriel, kenapa kau ada disini?? Apa kau mendapatkan izin?" Jonghyuk mendesak merasa aneh dengan sikap Uriel yang selalu mengagetkan nya.
"Aku mendapatkan izin untuk menjenguk Dokja-ya beberapa menit, juga, aku disuruh memberi tahu mu untuk mengeluarkan Dokja-ya karena sekarang sudah saatnya makan siang." Uriel memberikan kantong yang ia bawa itu pada Jonghyuk, lalu berbisik kecil,
"Aku membungkus itu dan menggambar hiasan yang lucu diatas kopi kalian berdua secara mati-matian. Jadi, tolong diminum ya!"
Jonghyuk memutar bola matanya mendengarkan ucapan wanita itu.
"Kau pikir seorang sipir dan tahanan bisa makan siang bersama?""Kau kan menjaga nya sampai dia selesai makan!"
Jonghyuk menghela nafas lelah dengan perdebatan nya dengan wanita itu, ia lalu membuka gembok sel Dokja, lalu mengeluarkan pria itu dengan baik.
Saat Jonghyuk menyentuh tangan Dokja, dia sedikit kebingungan.
"Kau agak panas." Kata Jonghyuk sambil meletakkan punggung tangannya didahi Dokja."..sel nya dingin, Hyuk-ah."
Uriel mimisan.
->>>>>
Sudah beberapa hari semenjak Dokja menjadi seorang tahanan yang kujaga. Aku harus menjaga anak itu karena dia adalah seorang target yang telah diputuskan sendiri oleh pihak pengadilan untuk aku hukum.
Namun, semenjak aku terus menjaga dan mengamatinya, aku selalu saja ragu. Apa benar seorang Kim Dokja seperti nya melakukan ratusan aksi terorisme terhadap para pemerintah itu?
Yang kuyakini terlihat tegas mengatakan jika Dokja bukanlah seorang penjahat. Dia seorang pria yang ceria dan selalu mengusik, tapi terkadang tidak lama dia menjadi seorang pendiam, mengurung dirinya sendiri ditoilet atau disel nya. Aku selalu tidak mengerti pada apa yang dipikirkannya, pada apa yang terjadi padanya, pada apa yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Mafia Salvation."
AdventureYoo Jonghyuk adalah seorang pria yang bekerja menjadi seorang eksekutor anjingnya pemerintah selama bertahun-tahun. Sekaligus, dia adalah seorang barista penjaga kaffe kopi di sebuah kedai kopi terkenal di ibukota KoreaSelatan-Seoul. Hingga, pada s...