Ledakan

183 29 2
                                    

"Sebenarnya mengapa aku melakukan ini?" Jonghyuk bergumam sambil berjalan dibelakang Dokja, dimana tangan mereka berdua tersambung diikat oleh borgol.

"Untuk mengabulkan permohonan terakhirku." Balas Dokja yang mendengar gumaman nya dengan senyum mengejek.

"Meski aku bukan penjahatnya."

"Kau mengatakan itu terus menerus. Laporan kejahatan mu sudah banyak, tidak ada gunanya menangkis itu."

Dokja melewati lukisan-lukisan indah dengan mata malas. Mengetahui jika hukuman tindakan nya akan dimulai beberapa bulan dari sekarang.
"Aku kena tuduh!"

"Lalu kau berharap apa? Aku turut serta membantu mu?"

Dokja mendecih kesal, tahu tidak ada gunanya berargumen dengan bajingan besar itu.
"Membosankan, tau begini aku mau ambil perpustakaan saja." Gumam Dokja kesal.

"Sudah terlambat." Balas Jonghyuk tak kalah mendengarkan gumaman nya.
"Aku mau tidur." Kata Dokja malas.

Mereka berdua terus berjalan dan memaki satu sama lain, hingga, Yoo Jonghyuk tiba-tiba menghentikan langkahnya dari belakang, membuat Dokja hampir terjatuh.

"Hyuk-ah! Apa yang kau lakukan?" Ujar Dokja kebingungan melihat Jonghyuk terpaku dengan sebuah lukisan biasa didepannya.
Jonghyuk mengangkat mulut nya, hendak berbicara,

"Lukisan itu seperti dirimu."

"Hm?" Bingung, Dokja mendekatkan diri kearah Jonghyuk supaya bisa melihat lukisan apa yang di lamunkan pria itu dengan serius.
Dokja mendapati sebuah lukisan indah dengan cat yang mahal juga dengan keindahan yang dibawakan oleh lukisan itu.

Lukisan itu berisi seorang pria bertanduk hitam yang tengah mengepalkan kedua tangannya seolah sedang berdo'a, bulu-bulu hitam sayapnya menjuntai dibelakang punggung nya tidak karuan.
Kedua matanya di tutup dengan kain hitam seolah tidak memperbolehkan nya melihat dunia. Lukisan yang seperti mimpi, pengendali alam semesta yang agung.

Dibawah lukisan itu, ada kata-kata yang dinamai dengan jelas sedemikian rupa
"SALVATION."

Dokja melihat lukisan itu dengan biasa saja. Tidak seperti Jonghyuk yang rasanya seperti akan menikahi lukisan itu.

"Aku tidak punya tanduk ataupun sayap."

Jonghyuk melirik kearahnya dengan kesal
"Ketika aku berkata itu seperti dirimu, aku bermaksud menempatkanmu sebagai perumpamaan."

"Kau berkata seolah sedang malu."
Ejek Dokja kembali berjalan diikuti Jonghyuk di belakang.

"Berkata seperti itu lagi aku akan membunuhmu."

Para polisi yang mengikuti dibelakang mereka hanya terdiam tak bersuara, kebingungan melihat bagaimana Yoo Jonghyuk pemimpin keanggotaan mereka selama ini ternyata bisa berkata dengan lancar tanpa menyingkat kalimat manapun pada seseorang.

"Aku kaget tuan Yoo ternyata bisa dekat dengan seseorang semudah itu." Bisik salah satu polisi.
"Kudengar dia begitu karena tertarik dengan kepribadian narapidana itu."

"Memangnya sehebat apa dia? Apa dia sepintar itu?"

"Aku tidak pernah tahu, narapidana itu benar-benar tidak pernah berbicara pada siapapun dikantor terkecuali pada Yoo Jonghyuk."

"Kau tahu? Benar juga, selera anak itu lumayan juga pada pria tampan seperti tuan Yoo."

"Tapi wajahnya jelek."

Salah satu polisi terdiam mendengarkan hal itu, melihat kearah depan sekilas untuk melihat Dokja.
"Entahlah. Bagaimana kau tahu dia jelek? Dia tidak pernah menunjukkan wajahnya pada orang-orang kita."

"My Mafia Salvation." Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang