Anna Croft

209 24 3
                                    


"..Apa yang membuat mu memanggilku?" Tanya seorang wanita berbalut jaket hitam gelap dengan rambut berwarna pirang cerah, menunjukan bahwa dia asli keturunan barat.
"Aku punya urusan kecil. Kau tahu aku tetap akan menerimamu sekalipun kau pengkhianat yang buruk, Anna."

Anna terkekeh, "Seorang Yoo Joonghyuk membutuhkan aku? Kupikir kau adalah pria paling tangguh dikorea yang tidak pernah meminta tolong siapapun."
"Meski begitu aku tahu kau akan tetap menyetujuiku." Balas Joonghyuk tidak peduli dengan provokasinya. Terus menatap Glock yang ada ditangannya dan memolesnya hingga bersih mengkilat.

Anna menatap nya dengan wajah tidak santai. Dia yang berniat memancing emosi, malah dia yang terpojok. Anna membuang muka, tidak berkata apapun sambil memandang keluar jendela, tempat duduknya terasa nyaman, tak dapat disangkal, kedai sempurna milik Joonghyuk membuatnya agak kurang fokus. Tempatnya terletak didataran tinggi, namun tetap dekat dan strategis dengan kota.
Pemandangannya asri dan polusi udara disini masih bersih, membuat kondisi pagi hari ini membuat Anna semakin merasa puas.

"Kopi hangat, tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit sudah siap, terimakasih sudah datang."
Uriel tiba-tiba datang mencairkan suasana kedua macan ini. Mereka melihat kearah Uriel yang menyajikan pesanan mereka, lalu menerima masing-masing kopi hangat mereka untuk dinikmati.

Sambil Anna menikmati kopi hangat miliknya, dia juga memperhatikan gerak-gerik Uriel yang mencoba berbicara dengan Joonghyuk.

"Tuan Yoo, kau tahu aku sedang sibuk dengan kasus sekarang. Berita tentang penculikan Dokja Kim membebani pekerjaan ku.

Beberapa tuduhan dan protes mulai muncul sebagai tanggapan bahwa keamanan melakukan tugasnya dengan tidak becus."
Bisik Uriel disamping Joonghyuk yang sedang menyeruput kopinya.

"Aku tahu. Metatron pasti lebih banyak memberikanmu tuntutan, kan?"
Joonghyuk melanjutkan.
"Tapi apa hubungannya semua itu dengan pekerjaan mu, Yang Mulia?"

Anna terbelalak hampir memuntahkan kopinya. 'Yang Mulia' ? 'Yang Mulia' ?? Apa yang dia maksud dengan seorang-

Uriel adalah seorang hakim agung.

Alasan mereka berdua (Joonghyuk & Uriel)  bekerja sama untuk membuka kedai seperti ini tidak lain tujuannya adalah untuk memerah informasi. Orang tua biasanya paling sering datang jika ada toko yang menjual segala jenis minum-minuman, atau  juga dengan para remaja yang biasanya datang untuk nongkrong dan membicarakan hal-hal yang tengah memuncak klimaksnya sekarang.

Sangat menguntungkan karna membuat mereka mendapatkan informasi dengan begitu mudah.

Anna mendongak, dia terbelalak ketika mendengar Jonghyuk menyebut Uriel dengan sebutan suci berupa panggilan untuk 'hakim agung' , mereka bukanlah orang-orang biasa.
Tentu saja, perbincangan Uriel dan Joonghyuk tadi hanyalah pengalihan untuk membuat Anna semakin gusar.
Mereka berdua menyembunyikan seringai mereka begitu menangkap basah Anna yang seorang kriminalitas penjual barang-barang atau senjata Ilegal dari berbagai negara.

"Baik, aku kalah. Apa yang mau kau bicarakan?"

.

[Anak ini tak mau bangun dari pagi.]
Ujar salah satu orang yang memakai tudung hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. [Sekarang sudah terlalu malam untuk bangun, apa dia mati?]

[..Tidak masalah, semakin dia tidak berdaya semakin lancar rencana kita.]
Jawab salah satu dari mereka lagi, sama-sama memiliki tudung hitam yang membuatnya tak menampakan wajahnya.

[Apa kalian sudah mengirimkan videonya pada kepolisian?] Suara seorang wanita. Terdengar tegas dan berat, tapi tetap menunjukan bukti gendernya.

Kedua orang yang ada disana mengangguk kecil, menghela nafas malas sambil menatap kearah pintu luar pabrik yang penerangannya kurang membuatnya terlihat gelap dan seram.
   [Tahan dia.] Titah wanita bertudung itu, salah satu pria lalu berjalan menghampiri Kim Dokja yang tengah terikat kencang sambil menunduk ketanah seolah tak mau menatap mereka.

"My Mafia Salvation." Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang