Perintah.

290 37 7
                                    

Yoo Jonghyuk mengelap meja tempat nya biasa membuat pesanan. Agak kotor karna dia mendapat cukup banyak pelanggan hari ini. Sambil bersenandung sedikit, Jonghyuk nampak fokus mendengarkan isi berita-berita lokal yang disiarkan diacara televisi.

"Selang beberapa tahun telah berlalu pembantaian massal yang terjadi dikota Seoul kembali memuncak menghebohkan dunia dengan nomor kasusnya.

Total minggu ini sebanyak 21 kasus kematian yang tiba-tiba telah terjadi di semua penjuru kota Seoul. Para penyelidik dan pihak kepolisian tidak dapat menyimpulkan kasus dengan tepat. Jadi, kini beberapa pihak menyimpulkan jika kasus tersebut masih dianggap kasus bunuh diri.*"

Kata pembawa acara bersaksi menyatakan informasi sebanyak yang mereka dapat.
Jonghyuk mendengus, tertawa menganggap itu sebuah omong kosong.

"Bodoh. Bagaimana mungkin hal seperti itu disebut bunuh diri?"
Gumam Jonghyuk merendahkan.

"Sedang lihat berita apa, Hyuk-ie?" Tanya Dokja yang duduk didepan meja kasir mencoba mengganggu Jonghyuk. Dengan mengayun-ayunkan kedua kaki nya silih berganti, pria itu hanya terduduk malas memainkan makanannya pertanda bosan.
"Sedang lihat kasus bodoh."

Jawab Jonghyuk cuek. Dokja yang diperlakukan dengan dingin hanya bisa mendecih karna semakin bosan.
"Kapan aku boleh pergi?" Dokja memain-mainkan perban yang menutupi tangan nya dengan ceroboh.

"Aku tidak mengekangmu. Pergi saja jika kau mau." Kata Jonghyuk dengan cuek.
"Memangnya kenapa kau tadi dipukuli seperti itu?" Lanjutnya bertanya.

"Aku mau menolong wanita."

"..Wanita?"

Dokja berdiri dari tempat duduknya, lalu membereskan minuman yang dia kacaukan.
"Aku melihat ada seorang wanita yang diganggu. Tidak, itu sebuah pelecehan." Jelas Dokja membuat Jonghyuk akhirnya mengerti dengan pasti alur cerita selanjutnya.

"Pasaran. Kau sampai bertarung dengan mereka seperti itu." Jonghyuk mendekat menatapi Dokja dengan serius.

"Tapi sebenarnya, itu terjadi bukan karena seorang wanita, kan?" Yoo Jonghyuk menyela, sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Dokja melihat kearah Jonghyuk dengan sisi seriusnya. Dia bukan pria sembarangan.
Jonghyuk berjalan kearah nya dengan meraba suatu barang yang ada di saku depan celemeknya.

"Ini yang kau cari, kan?" Jonghyuk menunjukan suatu cincin dengan batu hijau berlian yang berkilau di tengah nya ditangan kanannya, dan sebuah pistol berisi 4 peluru di tangan kirinya.

"Kau adalah cahaya diatas kegelapan."

Dokja melihat kearah Jonghyuk dengan muka serius. Dia hanya diam dan menatapinya dengan tajam. Dari tatapannya, sudah terbaca ribuan ekspresi bagi Jonghyuk.

Dokja tertawa lantang, menutupi mukanya untuk mengendalikan gelak tawanya yang tidak sopan.

"Benar, ini aku. Tuan agung mafia penyelamat." Dokja menyeringai mengetahui dirinya tertangkap oleh seorang eksekutor yang namanya tercantum dengan rapih diribuan kertas koran. Prestasi nya bukan main. Dan Dokja, secara sengaja tertangkap langsung oleh seorang eksekutor sepertinya yang berdarah dingin tanpa ampun.

"Hyuk-ie~ ayo, jangan sia-siakan kesempatan ini?" Desah Dokja mengambil lengan kiri Jonghyuk, lalu menempelkan ujung pistol hitam legam itu di keningnya dengan tatapan masokis.

"Tembak aku."

..

Belasan kasus pembunuhan massal terjadi secara tiba-tiba. Pembunuhan yang selalu melibatkan para pemimpin sebagai sasaran utamanya.

"My Mafia Salvation." Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang