Note:
Aa: bahasa indonesia
Aa: bahasa jepang***
"Kamu harus ke psikiater."
Kata temannya yang sudah dia anggap seperti adik sendiri terngiang di benaknya. Saran Amu emang masuk akal, meski Amu suka bercanda dan tingkahnya hampir sama tak warasnya dengan teman-teman mereka yang lain tapi kalau dia dimintai saran dia pasti akan memberi jawaban yang serius.
Karena trauma masakecilnya Shoto tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia memiliki insomnia yang sangat parah, karena itu pula emosinya sering kali tidak bisa terkendali. Shoto tahu itu tidak sehat, tapi ia tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak khususnya pada malam hari. Karenanya Shoto menghabiskan waktunya untuk belajar atau menghajar orang bahkan ikut tawuran yang tentunya membahayakan dirinya sendiri.
Shoto bisa di bilang pintar dan tampan juga memiliki banyak perempuan yang mengaguminya namun dia tidak peduli dengan keselamatannya sendiri. Bahkan kalau ditanya ingin jadi apa suatu saat nanti dia tidak akan menjawab seakan dia tidak punya niat untuk hidup sama sekali.
Shoto masih punya rasa peduli pada teman dekatnya khususnya Amu, seseorang yang tidak benar-benar berhasil dia selamatkan saat mereka masih SMP. Shoto kadang masih menyalahkan diri sendiri mengingat apa yang terjadi kepada Amu, seandainya dia datang lebih cepat atau ia mengantar Amu pulang Amu tidak akan jadi seperti sekarang.
Seandainya saja saat itu ia berhasil menangkap pelakunya ia akan bunuh orangnya dengan tangannya sendiri.
Shoto tidak punya seseorang yang bisa dia sebut sebagai keluarga, ia anak yang lahir di luar pernikahan dan ayahnya sendiri sering kali memukuli ibunya. Ibunya punya gangguan mental karena hal ini, entah berapa kali Shoto di pukul oleh ibunya karena dia tidak memperbolehkannya untuk tidur bahkan mencekiknya. Akhirnya setelah ayahnya di tangkap ibunya pergi entah kemana dan dia dititipkan kepada saudara ibunya dengan uang yang selalu dia kirim setiap bulan.
Setelah dekat dengan Amu dia merasa memiliki seseorang untuk dia jaga. Amu membuatnya merasa normal dan di terima, cuma dia yang berani menasehatinya untuk tidak berkelahi selain Toro. Karena itu saat ia gagal menjaga Amu Shoto mulai overprotective kepadanya begitu juga dengan Toro. Upi dan Kiki tidak tahu apa-apa tentang hal ini karena Amu sendiri tidak mau orang lain sampai tahu dan khawatir padanya.
Karena itu juga saat Amu memberinya saran Shoto benar-benar mendengarkannya dan mulai mencari psikeater yang cocok dengannya tapi sejauh ini tidak ada yang bisa membuatnya merasa dimengerti jadi Shoto bisa dibilang cukup kesulitan hingga kemudian Shoto tanpa sengaja bertemu dengannya.
Shoto tidak sedang mencari seorang dokter saat bertemu dengannya, dia sedang jalan-jalan di malam hari setelah membeli nasi padang dan membeli makanan anjing untuk Doggo hingga tanpa sengaja dia menemukan sebuah kacamata tergeletak di jalan.
Kacamata itu berbentuk persegi panjang dengan bagian pengaitnya berwarna hitam. Kaca mata ini bisa dibilang biasa saja tapi entah kenapa Sho ingin tahu apakah ini kaca mata minus atau sekedar gaya gayaan, tapi belum juga memakainya seorang perempuan berambut putih panjang dengan kulit putih dan pakaian yang serba hitam menghampirinya.
Shoto mematung melihat seorang wanita dewasa yang bisa dibilang sangat cantik baginya. Apalagi matanya yang biru seperti kristal membuatnya otomatis autofokus, Shoto selalu bilang punya seseorang yang di sukai itu crige tapi kalau dia Shoto menarik kata-katanya.
Bukan cuma cantik, dia punya badan yang bagus dan punya tubuh tinggi seperti model namun tidak kurus dan tetap berisi di... ehem beberapa bagian ehem.... Wajahnya juga cantik dan mata birunya seakan bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya. Kalau dia sopan, kuat, pengertian, dan bisa menerima seseorang apa adanya Shoto juga akan memujanya. Yup, tipe Shoto beneran susah dipenuhi.
YOU ARE READING
Pasangan Gila
FanfictionShoto butuh psikeater tapi apa jadinya kalau psikeater yang dia temukan secara tak sengaja ternyata lebih dari sekedar psikeater biasa?