Kembali ke beberapa saat yang lalu.
Masalah awal Sho terlupakan karena tidak ada juga indikasi kalau Sho kena santet atau pelet. Terlebih Sho juga sudah menyukai seorang perempuan misterius sudah cukup lama jadi kalau benar ada yang mencoba me pelet Sho bukan dia orangnya dan Sho juga tidak terpikirkan wajah perempuan lain selain dia. Sho juga sehat walafiat, dia sangat sehat hingga terus membuat masalah di sekitar sekolah cuma karena dia bosan.
Yang jadi pertanyaan sekarang adalah kalau bukan untuk santet atau pelet apa yang mau dilakukan oleh si pemilik lelembut dengan, kuku dan darah Sho? Selain itu seperti apa orang yang Sho sukai?
Pertanyaan yang terakhir lebih membuat keempat teman Sho penasaran tapi yang bersangkutan tidak mau menjawab sebanyak apapun mereka bertanya."Ih Sho orangnya siapa sih?!!"
Tanya Amu yang sudah tidak tahan dengan sikap secretive dari sahabat masa kecilnya ini.
"Kepo."
Jawab Sho sambil sibuk dengan buku bahasa Jepangnya yang sedang dia isi karena dia sudah selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh guru yang harusnya mengajar.
"Elah paling juga masih cantikan aku."
Ujar Upi dengan Narsisnya yang membuat Sho otomatis mengernyitkan dahinya.
"Najis."
Upi tentu kesal dengan kata-kata Sho tapi Sho tampak tidak peduli dan malah sibuk mengisi buku soal bahasa jepangnya. Namun saat meraba-raba mejanya mencari keberadaan air mineral di mejanya ia melihat kalau air di botolnya sudah habis.
"Sho mau kemana?"
Tanya Toro yang melihat Sho berdiri dari tempat duduknya.
"Beli air haus."
""Ikut!""
Ujar Upi dan Amu yang sudah lupa karena rasa lapar di perut mereka mengalahkan rasa penasaran mereka.
"Kiki sama Toro mau ikut?"
Kiki yang butuh pensil dan Toro yang baru sadar kalau dia lupa bawa penggaris akhirnya ikut juga meski sebenarnya keduanya malas untuk pergi. Merekapun pergi ke kantin dan akan kembali ke kelas ketika seorang perempuan cantik yang terlihat bicara dengan pak Eko dan pak Noame menarik perhatian mereka.
Ketiganya terlihat akrab dengan perempuan itu. Dia punya tinggi hampir sepantaran dengan Toro, rambutnya putih panjang dan dia terlihat seksi meski pakaiannya bisa dibilang sopan. Perempuan itu terlihat memeluk Pak Noame dan pak Noame terlihat tidak risih sama sekali malah mengusap kepalanya bagaikan adegan di film K drama. Tidak lama kemudian pak kepala sekolah datang.
Mereka semua sontak terkejut dengan hal ini karena Pak Noame tidak dekat dengan siapapun selama ini tapi dia sempat terlihat marah pada pak Eko karena salah faham yang sepertinya berhubungan dengan perempuan ini. Sementara itu Shoto terkejut dengan hal lain karena yang bersama pak Noame itu jelas Saori.
"Dia sama pak Noame punya hubungan apa ya? Kok kayaknya deket banget."
Tanya Amu penasaran sambil masih merekam kejadian tadi.
"Who know? Pacarnya kali."
Kata-kata Kiki bagaikan petir di siang bolong untuk Shoto karena ntah kenapa ia merasa seperti melihat pacarnya bermesraan dengan laki-laki lain dan Shoto tak suka. Padahal Shoto sadar diri kalau dia dan Saori tidak punya hubungan apa-apa selain sekedar dokter dan pasien sekaligus teman.
"Kalau bener pak Noame mujur banget. Iya gak sih?"
Iya, itu kalau benar. Tapi setelah Sho pikir-pikir lagi bukankah mereka umurnya terlalu beda jauh? Selain itu Saori sendiri yang bilang kalau dia tidak punya pacar karena dia terlalu sibuk. Kenapa juga Shoto sampai kepikiran yang aneh aneh tadi?! Jangan sampai dia jadi seperti Kiki!!
YOU ARE READING
Pasangan Gila
FanfictionShoto butuh psikeater tapi apa jadinya kalau psikeater yang dia temukan secara tak sengaja ternyata lebih dari sekedar psikeater biasa?