LOVE AND LIFE 6

8 2 4
                                    

"Hari ini dan seterusnya, aku akan menjadi langit senjamu.
Meski mengakhiri hari, namun kau tenang karenanya."

♡♡♡

"Kak Jendra?" lirih Zia ketika melihat punggung seseoarng yang ia kenal ditempat sepi ini.

Kenapa dia ada disini malam-malam begini? Apakah dia sendirian ataukah dia bersama seseorang? Apakah kak Jendra baik-baik aja? Atau dia sedang memiliki banyak masalah? Kak Jendra ga mungkin mau bunuh diri kan?

Zia sedang menunggu bundanya selesai bekerja, karena hari ini ia berniat nebeng sang bunda. Ini sebenarnya bundanya yang memaksa karena Zia hari ini terserang flu. Sebagai seorang ibu, tentulah khawatir terhadap anaknya.

Karena ruangan bundanya berada di lantai 5 rektorat, dan artinya itu dekat dengan rooftop, maka Zia berniat menunggu bundanya di atas rooftop.

Namun ia menemukan Jendra tanpa disengaja. Kenapa cara kerja semesta harus seperti in? Ketika dicari tak pernah nemu, namun ketika tak ada niatan untuk mencari, orangnya malah nongol.

Zia masuk perlahan, dan belum memiliki niatan untuk memanggil Jendra.

Jendra menunduk seperti sedang melakukan sesuatu. Tak lama dari itu, asap keluar dari depan Jendra. Zia mengira bahwa sekarang ini, Jendra menghidupkan rokoknya. Zia memegang dadanya karena merasakan sesak.

Ini bukan sesak penyakit. Entah kenapa, tiba-tiba rasanya sesak sekali kala melihat Jendra seperti ini.

Terlihat dari belakang, Jendra tak menyesap rokoknya lagi, namun ia menunduk sangat lama. Dada Zia semakin terasa sesak sewaktu suara lirih tangisan dari Jendra terdengar sangat pelan.

Jendra menangis?

Zia mengepalkan tangannya, ia berfikir, haruskah ia menemuinya atau cukup memandang dari kejauhan saja?

Zia berjalan pelan kearah depan, bersamaan dengan tangannya yang sibuk mengeluarkan tissue dari dalam tasnya. Sebelum melangkah sekali lagi, Zia menarik nafasnya dan menghembuskannya sangat pelan.

Tanpa mengucap apapun, Zia menyodorkan tisunya.

"Capek ya?" tanya Zia berniat untuk menghibur.

Jendra tak mengambil tisunya, dan segera mengusap kasar air matanya. Jendra berbalik ingin pergi meninggalkan rooftop, namun kalah cepat dengan tangan Zia yang menggenggam tangan Jendra agar ia tak jadi pergi.

Zia menyelipkan sebungkus tisunya didalam tangan Jendra.

"Disini aja, gue yang bakal pergi. Kalau mau nangis, nangis aja, kak. Tapi inget, kak Jendra nggak sendiri, karena gue selalu dan selalu ada dibelakang kak Jendra. Aku pergi," kata Zia.

Ia tak mengucapkan apapun lagi, dan segera pergi meninggalkan Jendra yang menatap kepergian Zia.

Apakah Jendra salah berlaku seperti ini?

"Disini, gapapa." Ucapan Jendra membuat langkah Zia terhenti.

Zia tersenyum tenang. Jujur ia tak tenang meninggalkan Jendra dalam keadaan seperti ini, Takut dia berfikiran aneh-aneh, kan bisa berabe...

Zia pun kembali menuju Jendra.

"Mau cerita?" tawar Zia.

"Lu ga akan paham, karena keluarga lu baik-baik aja," sahut Jendra kembali menyesap rokonya.

Zia semakin mendekat kearah Jendra dan kini menyisakan jarak satu Langkah diantara mereka. Zia mengambil rokok Jendra dan menggantinya dengan permen yang ia punya.

LOVE AND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang