⚠️ PERHATIAN ️⚠️
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan jika ada kesamaan pada nama tokoh, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun para penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
... ⚖️ ...
Selama mengendarai mobil melintasi jalanan kota, pikiran Arkarna melayang ke mana-mana. Berdasarkan pengakuan Devika yang mengatakan bahwa kepolisian telah mengambil bukti dari markas Devika, membuat Arkarna terheran. Sudah jelas ia melihat kepolisian tidak ingin bergerak, lalu siapa yang mengambilnya? Bagaimana juga kampus selalai itu sampai membiarkan orang luar menggeledah dan membawa barang bukti penting begitu saja?
Hingga sebuah kesimpulan terlintas dalam pikiran Arkarna begitu saja. Ada kemungkinan pihak kampus ikut terlibat dalam kasus ini. Jika Arkarna pikirkan, ada begitu banyak mahasiswa yang hilang dari kampus tersebut, tetapi pihak kampus hanya bertindak pasif seakan tak pernah terjadi sebelumnya. Namun, siapa dalang di dalam kampus? Tidak mungkin Arkarna harus menyusup sebagai mahasiswa baru di sana. Sekarang sudah bukan waktu pendaftaran dan pasti akan dicurigai bila tiba-tiba masuk ke dalam kampus di saat beritanya masih memanas.
Sementara Devika yang sedari tadi membisu dengan menatap ke arah jalanan di depan, juga memikirkan hal yang sama. Tampaknya ia juga sadar bahwa tak mungkin ada seseorang yang bisa mengambil bukti dari basecamp mereka tanpa bantuan pihak kampus.
Selama memikirkannya, sebuah ingatan terlintas di pikiran Devika. Ya, ia ingat! Sebelum adanya pembunuhan Dewi yang mengerikan itu, ia ingat jika dirinya pernah menghubungi seseorang yang ada di kampus. Hanya satu yang pernah dia hubungi, Bu Shinta!
“Sepertinya ada oknum di kampus.”
“Sepertinya Bu Shinta pelakunya.”
Dua manusia yang awalnya asyik dengan pikiran sendiri hingga mengeluarkan kesimpulannya tanpa sadar, akhirnya tersadar bahwa kesimpulan mereka berkaitan. Khususnya Arkarna yang mendapat petunjuk baru. “Apa kamu yakin Bu Shinta yang berkontak dengan para mafia?”
Devika mengangguk yakin. “Aku pernah menghubungi dia pas lagi kabur.” Terdiam sejenak, sebuah ide penyelesaian mendadak muncul di kepala Devika. Sontak gadis itu menatap ke arah Arkarna. “Ayo, kita balik ke kampus lagi! Ada yang mau kupastikan perihal Bu Shinta!”
Arkarna menggeleng. “Tidak bisa. Aku harus ke kantor sekarang, bisa-bisa atasanku curiga jika aku belum datang ke kantor lagi.”
Bahu Devika seketika turun. Ia lupa jika polisi di depannya ini mengusut diam-diam. Bisa berbahaya bila Arkarna dicurigai sedikit saja. Namun, sekarang apa yang harus Devika lakukan? Tidak mungkin ia berdiam diri di saat semua kemungkinan terburuk terhadap teman-temannya bisa terjadi kapan pun.
Selang beberapa menit, sebuah nama muncul di pikiran Devika. “Kita, kan, ngelacak mafia lewat Pak Gilang, gimana kalau kita selidiki lagi Pak Gilang? Siapa tahu nanti muncul jalan keluarnya lewat dia, ‘kan?” saran Devika.
Pikiran Arkarna seketika terpusat pada ide Devika. Benar juga, jika mereka saja menemukan lokasi para mafia itu berkumpul lewat Gilang, bukankah akan ada kemungkinan lain yang bisa mereka temukan? Arkarna lantas menjawab, “Baiklah, tapi kamu kuantar ke rumah dulu. Sambil nunggu pulang dari kantor, kamu bisa pantau alat sadap kita.”
Devika mengangguk. Lantas begitu mobil berhenti di apartemen Arkarna, gadis itu turun begitu saja setelah berkata, “Akan kumasakkan sesuatu, jadi Kak Arka tidak perlu beli di luar buat makan malam nanti.” Lalu, gadis itu melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari Arkarna sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SEGERA TERBIT] Maha-Gorilya, Juli: Harta dan Fakta
Mystery / Thriller🏆 Juara 1 dan Kelompok Terbaik dalam Event Cakra Serial Marathon Batch 02 yang diselenggarakan oleh Cakra Media Publisher ... ⚖️ ... Merasa geram dan tidak suka dengan cara dan sikap para pasak kunci, adalah hak bagi rakyatnya. Rasa tersebut kemudi...