07. Fakta Mengerikan

20 3 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan jika ada kesamaan pada nama tokoh, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun para penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

... ⚖️ ...

Devika spontan membuka mata. Menatap langit-langit kamar dengan ekspresi syok sekaligus terpaku. Ia lalu menatap sekitar sembari beranjak bangun dengan perasaan khawatir dan mimik yang beralih menunjukkan sisi bingungnya.

Devika celingukan, masih mencari kepastian akan keberadaannya saat ini. Dan di saat ia sadar sepenuhnya, dalam hatinya bergumam, Ternyata cuma mimpi.

Devika lalu duduk dengan daksa yang sedikit ditekuk dan mengelus pelipisnya. Rasanya sesak jika membayangkan mimpi-mimpi itu menjadi nyata. Ingatannya masih kental ketika kawan-kawannya dibawa pergi jauh entah ke mana. Terkhususnya Arlene yang tampak diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi hanya karena memberontak.

Mendapati mimpi-mimpi seperti itu, semakin membuat Devika gelisah. Bagaimana kalau mimpi itu benar-benar jadi nyata? Bagaimana kalau semua itu adalah sebuah petunjuk dari alam?

Membayangkan dan mempertanyakan hal tersebut, semakin membuat bulu kuduk Devika berdiri. Ia semakin takut akan keadaan keempat kawannya, yang bisa kapan saja berakhir nahas seperti orang-orang yang keadilannya mereka perjuangkan.

“Enggak! Enggak! Enggak mungkin! Mereka pasti selamat! Mereka masih hidup!”

Devika menggeleng-geleng dan terus bermonolog. Ia bahkan refleks mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya dengan dahi yang berkeringat dingin.

Di sisi lain, Lilyana, Qesya dan Arlene yang masih syok akan keberadaan mereka di sebuah ruangan yang sempit dan tanpa ventilasi masih sibuk merutuki para manusia bejat yang menangkap mereka. Masih terdengar kegaduhan walau sudah diperingati dan diancam.

Bersamaan dengan itu, mereka mendengar suara teriakan dari luar. Seperti suara wanita yang memiliki jumlah lebih dari 1 orang.

Seakan mengenal salah satu suara dari banyaknya teriakan yang terdengar, Lilyana tiba-tiba berkata, “Itu suara Monica enggak, sih? Anak fakultas sebelah?” Matanya membulat seiring ia yakin jika indra pendengarannya tidak salah tangkap.

Menyadari hal yang sama, Qesya ikut berkata, “Bener! Itu suara Monica!” Karena ia juga mengenai mahasiswi tersebut.

Melototlah mereka berempat, pun saling pandang seakan tersambar petir. Dan tak lama dari sana, muncullah sekelompok mahasiswi yang suaranya tadi mereka dengar, tengah ditarik paksa oleh para sosok berpakaian serba hitam menuju ke arah barat. Seperti ingin dibawa keluar, entah ke mana.

Melihat itu, Nuraini menelan kasar salivanya, sedangkan ketiga kawannya melongo, tak percaya. Dengan mata kepala mereka sendiri, mereka menyaksikan bagaimana orang-orang yang mereka kenal dibawa dengan cara yang tidak beradab. Mulai dari dijambak, hingga dibius secara tak terduga. Namun yang pasti, mereka semua mengerang dan menangis sejadi-jadinya.

Semua terlihat jelas, semua terpampang dengan nyata. Karena pria yang sebelumnya datang untuk membekap mulut mereka kembali datang, membuang kain sumpalan di mulut mereka, entah untuk apa, dan sengaja membuka lebar-lebar pintu ruangan seakan ingin memberikan tontonan. Namun, ada satu kejanggalan di benak mereka.

Tunggu! Jadi maksudnya apa semua ini? Jadi bukan hanya mereka berlima yang disekap dan diincar? Tapi juga mahasiswi lain?

Seakan masih tak percaya, Qesya menoleh ke arah Arlene, kemudian bertanya, “Lo liat juga, kan?”

[SEGERA TERBIT] Maha-Gorilya, Juli: Harta dan FaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang