14. Ruangan Asing

11 3 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan jika ada kesamaan pada nama tokoh, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun para penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

... ⚖️ ...

Devika mengerjapkan mata, mencoba memungut kesadarannya. Ia merasa seperti tengah terlentang. Ah, iya. Mungkin karena gadis itu habis mengalami kecelakaan dengan mobil. Dan mungkin ia tidak sadarkan diri karena hal itu.

Akan tetapi, mengapa tempat Devika berbaring terasa empuk, seakan-akan rasanya cukup berbeda dengan ranjang rumah sakit? Bahkan samar-samar matanya menangkap bayangan benda-benda di depannya, lantas menatap langit-langit ruangan yang terlihat memiliki nuansa klasik, yang semakin menunjukkan dengan jelas jika ia bukan berada di rumah sakit.

Kasur ini, benda-benda itu, dan nuansa ruangan yang terlihat, benar-benar bukanlah milik atau sesuatu yang berada di rumah sakit. Lalu, sekarang ia di mana?

Menyadari itu, Devika segera beranjak bangun dari posisinya, lantas menatap sekeliling. Terlihat sebuah ruangan bernuansa minimalis yang ditata rapi.

Jika sesuai logika, mana mungkin ada perempuan yang menyukai nuansa minimalis yang memperlihatkan begitu banyak ruang di dalamnya. Karena biasanya, perempuan sering kali membeli sesuatu yang bisa memenuhi kamarnya. Entah di dinding, atau pojok-pojok dan sekitarnya. Itu artinya, sudah jelas kalau kamar ini adalah milik laki-laki. Namun, siapa? Dan bagaimana bisa Devika sampai di sana?

Memikirkan soal itu, kepala Devika mendadak pusing. Informasi-informasi singkat menjelang kecelakaan seketika berputar di kepalanya, seakan ingatan itu sempat memudar dari otaknya. Ia sedikit kesulitan untuk mencerna segala hal yang telah terjadi dengan begitu cepat.

Sampai, Devika yang sudah kewalahan dengan pikirannya, tiba-tiba menegakkan kepala. Lantas menatap horor ke sembarang arah. Ia seakan mendapatkan sinyal mengenai kejadian yang saat ini sedang dirinya alami setelah mengingat kejadian semalam.

 Gila! Gila! Ini Gila! Kok, gue bisa berakhir di sini? Terus semalam gue abis diapain sama para mafia?

Devika lantas segera mengalihkan perhatiannya pada pakaian yang ia kenakan. Tubuhnya seketika merinding. Ia baru sadar jika pakaian yang dirinya kenakan saat ini berbeda dengan yang gadis itu pakai semalam, sebelum kecelakaan terjadi.

Dengan tangan yang kian gemetar, Devika menarik kain pakaiannya, lantas memeriksa sesuatu. Tunggu! Ada sesuatu yang janggal!

Di sana, Devika melihat pakaian lain di balik pakaiannya saat ini. Pakaian yang ia gunakan semalam ternyata tertutupi oleh pakaian besar yang entah milik siapa, tetapi yang pasti menutupi seluruh tubuhnya.

Apa itu artinya ... lelaki yang membawanya belum melakukan “itu” pada Devika? Atau sosok itu baru akan melakukannya setelah gadis itu sadarkan diri?

Memikirkan soal itu, pikiran-pikiran negatif lainnya mulai bermunculan dan berhasil mengusik ketenangan Devika. Ia resah, ia takut. Bagaimana kalau setelah ini gue bakal diperlakukan buruk dan senonoh lagi? Enggak, enggak! Itu enggak mungkin! Ia menggeleng-geleng tak jelas.

Dari sana, netra Devika kembali menelisik sekitar, termasuk daksanya. Ia ingin tahu apakah ada hal lain yang bisa memberinya petunjuk atau semacamnya. Dan ternyata, kali ini ia menemukan kain perban yang mencuat dari balik lengannya.

[SEGERA TERBIT] Maha-Gorilya, Juli: Harta dan FaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang