Saudade: Hidup dalam Kasih Sayang

6 1 0
                                    

Dari keempat bagian dari penggalan cerita yang tetulis disini, sedikit dari sosok Sadha telah diceritakan berdasarkan cerita yang terhimpun dari satu orang ke orang lainnya dengan perasaan bersemangat dan bahagia.

Dimulai dari cerita yang berasal dari adik-adik Sadha. Semuanya seakan sedang menulis not balok pada paduan suara yang serasi, seluruhnya mengatakan dengan makna yang sama bahwa kakak keduanya itu merupakan kakak yang baik dan peduli. Hal ini merupakan perwujudan dari perilakunya untuk mengedepankan kesejahteraan adik-adiknya sebelum dirinya sendiri. Satu tambah fakta yang membuat haru, bahwa setiap makan, Sadha selalu menyisihkan makanan untuk adik-adiknya. Terkadang dia menyisihkan makanan yang terlihat lezat untuk adiknya namun tak memiliki kuantitas yang cukup untuk jumlah mereka.

Hingga detik ini, Sadha tetap menjadi dirinya yang seperti itu; dikagumi pada setiap gerak-geriknya dan keputusan serta caranya memaknai kehidupan dengan penuh nilai-nilai tak kasat mata; tentang proses dan sebuah keikhlasan atas usaha yang menurutnya tidak pernah berkhianat.

Pada tahun 1995, Sadha dan Indira, adik kelas yang dilihatnya di bus kota itu, akhirnya menikah. Tentu perasaan senang menyeruak diantara keduanya, dengan persiapan yang seadanya, berbekal rasa berani dan cinta dan kasih sayang tak terhingga, akhirnya bahtera rumah tangga mereka dapat terjalin. Seiring berjalannya waktu, tentu bukan hubungan namanya bila tidak berjalan tanpa sebuah problematika. Namun, seperti biasa, keduanya memaknai hal tersebut sebagai pelajaran hidup untuk terus berjalan lurus meskipun terkadang lika-liku akan siap menyambut di setiap persimpangan keputusan yang mereka ambil dalam rumah tangga mereka.

Sadha tetap menjadi pria yang tangguh dan pekerja keras. Yang tak kenal lelah terbukti dari keharusan dirinya melaju dari Klaten ke Surakarta karena beberapa tuntutan yang harus diselesaikan bersamaan. Ia pekerja keras yang mengerti arah kompas menunjukkan rumahnya kembali. Menunjukkan bahwa Indira sedang berada di Surakarta dan tidak ada tempat lain yang jadi persinggahannya dibanding tempat dimana istri tercintanya berdiri.

Tahun 1997, Sadha dan Indira menyambut buah hati pertamanya lahir ke dunia. Dinamakan Edinsa yang saat malam kelahirannya diharapkan menjadi anak pertama yang tangguh menanggung beberapa titik kehidupan yang tak mudah, yang diharapkan masa depannya selalu menjadi orang yang peduli akan sekitarnya. Anak kedua, ketiga dan keempat lahir pada tahun 2001, 2003 dan 2006. Namanya secara berturut-turut adalah Pamela, Ratih, Yeshia.

Pada tahun 2021, Edinsa menyelesaikan perjalan pendidikan tingginya di Universitas Diponegoro, menyandang gelar sarjana kedokteran. Benar sekali. Putri Sadha menjadi seorang dokter yang pernah dirinya sebut dan doakan untuk menjadi kenyataan. Tahun 2021 menjawab mimpi itu dengan tegas, menyatakan bahwa mimpi terkadang punya jalan dan caranya sendiri untuk menuju jembatan keberhasilan, memberikan gambaran sketsa dan abstrak bahwa semua tak bisa diperkirakan kapan terjadinya dan dengan cara apa sesuatu terwujud, sekarang ataupun nanti. Tahun 2022, Edinsa menyandang gelar dokter setelah menyelesaikan perjalanan co-assistantnya di salah satu rumah sakit di Semarang.

Kehidupan bagi Sadha adalah sebuah kasih sayang yang harus terus dialirkan lewat kejadian-kejadian tak terduga yang terjadi setiap harinya. Akan selalu ada celah pada setiap suka dan duka bahwa kebencian selalu membuat kita kesepian dan merupakan sebuah cara untuk mengerdilkan diri sendiri.

Sampai sekarang, Sadha menjadi sosok ayah yang sangat dikagumi putri-putrinya, sebagai sosok laki-laki cool melebihi tokoh-tokoh cowok dingin seperti Dilan dan Nathan yang merupakan tokoh utama cerita fiksi di beberapa platform kepenulisan anak-anak jaman sekarang yang eksistensi sosoknya jarang ditemui lagi pada kehidupan zaman sekarang ini.

Sederhana dapat tercipta ketika menceritakan bagaimana Sadha mengajarkan pengajaran hidup kepada putri-putrinya. Tak perlu dua detik berpikir untuk penulis memikirkan salah satu kejadian apa yang paling berkesan, namun sekali lagi, Sadha adalah Sadha. Dirinya akan tetap menjadi sebaik apa yang ditulis paragraf ini sebelum kamu mengenalnya sendiri. Akan jauh lebih indah daripada tulisan yang diketik ini. Untuk menceritakan seorang Sadha, mungkin satu bulan proses menulis tak akan mampu memuat seluruh cerita yang penulis ketahui tentangnya. Terlalu banyak, namun mudah dan indah untuk hanya sekedar diingat dan diresapi.

Aku, penulis, akan memintamu untuk kembali ke 5 paragraf sebelum paragraf ini untuk membaca nama dari putri-putri Sadha dan membaca nama anak ketiga darinya. Mungkin nama dari anak ketiga Safri Sadhana terbaca seperti tak asing oleh beberapa mata pembaca yang tak lama ditemukan dalam rangkaian paragraf-paragraf pada tulisan ini sehingga memberikan kebingungan serta terkaan-terkaan yang belum terjawab tanpa penjelasan. Benar, namaku adalah Ratih. Benar pula, Safri Sadhana (bukan nama sebenarnya) adalah ayahku.

Saudade: Sadha, Aku, dan SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang