Class 2

133 21 1
                                    

Chapter 2;
Class 2

Ian tidak pernah membayangkan hidupnya akan jadi seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ian tidak pernah membayangkan hidupnya akan jadi seperti ini.

Ia masih ingat betul, hari dimana tangisnya tumpah tanpa henti. Hari dimana hidupnya seakan-akan sudah di renggut begitu saja. Hari dimana ia harus menanggung beratnya hidup. Hari dimana kedua orang tuanya meninggalkan dia dan Adiknya. Meninggalkan mereka yang bahkan belum tahu betul cara untuk hidup dengan benar.

"Ata, pulang. Ayah dan Ibumu sudah pergi" Jantung Ian berdetak 3 kali lipat lebih kencang dari sebelumnya.

"Ayah Ibu kenapa?" Ian yang kala itu baru berumur 10 tahun membuka suaranya, meski sulit karena sesak yang memenuhi dadanya.

"Kecelakaan, Ata. Pulang, ya? Adik kamu ada sama tante"

Semenjak hari itu, Ian tahu hidupnya tidak akan sama seperti dulu.

"Selamat untuk Rakha Sadeli Nataprawira yang baru saja memenangkan olimpiade matematika juara 1" Tepuk tangan menggema saat Pak Anwar menungumkam hasilolimpiade minggu lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat untuk Rakha Sadeli Nataprawira yang baru saja memenangkan olimpiade matematika juara 1" Tepuk tangan menggema saat Pak Anwar menungumkam hasil
olimpiade minggu lalu.

"Dan juga Axcel Jordan, juara 2 olimpiade matematika" Tepuk tangan sekali lagi menggema, namun kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Rakha dan Axcel, silahkan maju" Ucap Pak Anwar sembari menunjuk mereka berdua.

"Bapak sangat bangga sekali, dua murid-murid bapak baru saja meraih juara 1 dan 2. Bapak udah nggak kaget sih, sama Rakha. Kayaknya Rakha nggak pernah kalah, ya?" Pak Anwar terkekeh di akhir kalimatnya.

Setelah menyerahkan sertifikat kemenangan, Rakha dan Axcel kembali ke tempat duduknya. Axcel menatap Rakha dengan senyum tanpa arti, lalu setelahnya ia kembali di sibukkan oleh teman-temannya yang memberikan kata selamat.

"Anak-anak, sebentar lagi ujian. Bapak harap kalian belajar dengan giat. Oh iya, buat murid baru, Gazata, mungkin dia belum tau sistem ujian disini. Jadi kalian bisa membimbing Gazata nantinya" Ian yang sedang tidur di kursi paling belakang itu terbangun karena orang di depannya menyenggol pelan lengan Ian.

S-Class: 1st StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang