Class 9

32 7 0
                                    

Chapter 9;
Class 9

Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Dan mereka baru menginjakkan kaki di kediaman minimalis milik Ian —walau sebenarnya, ini jauh dari kata minimalis.

Kontrakkan Ian hanyalah kontrakkan 1 petak biasa. Isinya hanya kamar mandi, lalu dapur dan kamar yang tidak memiliki pemisah di antaranya. Kalau dikatakan kamar juga sepertinya tidak. Itu hanya merupakan sebuah lantai kosong dengan kasur yang tidak memiliki dipan. Kalau kata Ian, anggap saja itu futon, tempat tidur tradisional yang seringkali ia lihat di dalam film Jepang.

Ali hanya bisa duduk di lantai dan melihat-lihat seisi rumah Ian kala lelaki itu pergi untuk membersihkan tubuhnya setelah hari yang panjang dan melelahkan. Ali bisa melihat beberapa foto milik Ian dan Abi yang tertempel di pintu kulkas dengan magnet.

Ali diam-diam bertanya di dalam hatinya, "Kemana orang tua Ian sampai Ian harus bekerja keras seperti ini?"

Membantu Ian sebentar saja tubuhnya sudah terasa pegal. Belum lagi matanya yang memberat karena mengantuk. Bagaimana Ian bisa hidup seperti ini?

5 menit berlalu, dan akhirnya Ian keluar dengan rambutnya yang basah dan tubuhnya yang bertelanjang dada. Ali bisa melihat jelas punggung belakang Ian yang di hiasi garis-garis merah.

"Lama ya? Kenapa nggak tidur aja?" Tanyanya sambil mengambil sesuatu dari dalam laci meja samping kasur.

Ian menghampiri Ali, lalu menyerahkan satu bungkus koyo. "Gue nggak make koyo" Jawab Ali.

"Tolong pakein, kocak. Bukan buat lo"

Dengan ogah-ogahan, Ali mengambil sebungkus koyo yang Ian beri. Ian tersenyum lalu duduk membelakangi Ali. Ia menunjuk beberapa tempat dimana ia biasa menempelkan benda kotak panas itu.

"Eh iya, besok lo mau pake seragam yang itu lagi?" Ali terdiam. Tidak mungkin ia memakai seragam yang sudah bau ini. Ia saja sudah tidak tahan dengan rasa tidak nyaman pada bajunya.

"Gue ada sih, satu lagi. Tapi agak kotor gitu. Pake itu aja" Sambung Ian sambil sedikit meringis karena Ali menempelkan koyonya dengan sangat kasar.

"Yaudah" Ia berdiri lalu pergi ke kamar mandi tanpa berpamitan.

"Lah, emangnya lo bawa baju ganti, Li?" Ian sedikit berteriak agar Ali yang berada di kamar mandi bisa mendengar.

Di dalam, Ali sudah melepas seluruh pakaiannya lalu ia baru menyadari kalau ia tidak membawa apa-apa selain buku dan alat tulis.

"Pinjem baju" Jawab Ali dari dalam kamar mandi.

"Kancutnya juga?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S-Class: 1st StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang