Class 6

109 11 1
                                    

Chapter 6 ;
Class 6

Ian mengambil handphone yang berada di sampingnya tepat setelah ia membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ian mengambil handphone yang berada di sampingnya tepat setelah ia membuka matanya. Ia menekan tombol power cukup lama. Entah sejak kapan ia memutuskan untuk mematikan handphonenya itu agar tidak ada notifikasi yang menganggu tidurnya.

Kala benda itu menyala, beberapa notifikasi mulai memenuhi lockscreennya. Termasuk notifikasi dari Ali. Tanpa membaca, Ian memantikan ponselnya lagi. Ia mengedarkan pandang ke sekitar kamarnya. Sepi, berantakkan, dan gelap. Tiga kata itu mampu mendeskripsikan keadaan kamar Ian saat ini.

Sudah beberapa hari ini ia memutuskan untuk tidak keluar dari kontrakkan minimalisnya itu. Tidak sekolah, tidak kerja, tidak makan, tidak mandi. Ia hanya tertidur sepanjang hari.

Kejadian beberapa hari yang lalu membuat Ian terpuruk. Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Satu-satu anggota keluarganya yang tersisa sudah pergi.

Ia sangat sedih, tapi anehnya tidak ada air mata yang turun sama sekali.

Ali menatap ruang obrolan dirinya dengan Ian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ali menatap ruang obrolan dirinya dengan Ian. Pesan darinya sudah berubah dari centang satu menjadi centang dua. Ia menunggu centang itu berubah menjadi warna biru, tapi hal itu tak kunjung terjadi.

Ali menyaksikan detik-detik itu. Detik-detik dimana Abi menghembuskan napas terakhirnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi kepada Abi. Apa penyakitnya, dan apa saja yang sudah ia lewatkan. Bahkan ini pertama kalinya ia bertemu dengan sosok adik Ian. Tapi ia bisa menyaksikan sorot mata Ian yang meredup meski ia tidak menangis sama sekali.

Ia bisa merasakan kesedihannya, bahkan sampai saat ini.

Setelah Ali mematikan ponselnya, Ali mulai berkemas untuk pulang. Karena bel pulang memang sudah berbunyi sekotar 10 menit yang lalu.

Ali bergegas pergi ke gerbang sekolahnya dan memesan ojek online. Hari ini ia sedang tidak ingin pulang menaiki bus.

Sembari menunggu ojeknya sampai, Ali memutuskan untuk menunggu di halte bus yang cukup dekat dengan gerbang sekolahnya. Belum sampai ia mendaratkan pantatnya di kursi halte, ia melihat Axcel dan teman-temannya yang sedang melakukan rutinitas hariannya kepada salah satu teman kelas Ali.

S-Class: 1st StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang