Class 5

116 17 4
                                    

Chapter 5 ;
Class 5

"Gazata Andrian" Guru mulai mengabsen seisi kelas kala bel tanda jam pelajaran pertama di mulai berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gazata Andrian" Guru mulai mengabsen seisi kelas kala bel tanda jam pelajaran pertama di mulai berbunyi.

"Gazata Andrian, ada?" Ulangnya sekali lagi saat tidak mendengar jawaban apapun. Ali menatap kosong meja Ian yang berada di pojokkan.

"Hadeh kebiasaan deh" Gumam Pak Ciptono sambil menulis alpha di lembar absen milik Ian.

Diam-diam, Ali mengambil ponselnya di kolong meja. Lalu ia membuka ruang pesan antara dirinya dan Ian. Pesan terakhir yang dikirimnya adalah pesan kemarin malam.

Kenapa gak masuk?|

Namun setelah beberapa saat, Ali menghapus seluruh ketikannya dan mengurungkan niatnya untuk menanyakan kabar Ian. Pada akhirnya ia mematikan ponselnya sebelum ia di tegur guru.

Tapi nyatanya, Ali tidak bisa duduk dengan tenang setelah mengetahui Ian tidak masuk tanpa keterangan. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menghampiri kediaman Ian setelah pulang sekolah dan tidak menghadiri lesnya.

Dan disini ia tiba, berdiri di depan kontrakkan minimalis milik Ian sembari mempertimbangkan apakah ia harus menyerah dan pergi atau menunggu disini sebentar lagi. Pasalnya, sudah lima kali Ali mengetuk pintu rapuh itu, tapi pintunya tidak kunjung terbuka. Ia juga sudah mengirim pesan perihal dirinya yang sudah pegal berdiri disini, tapi pesannya tak kunjung Ian balas. Seharusnya ia sudah berada di tempat lesnya sekarang.

Saat Ali memutuskan untuk berbalik, ponselnya berdering dengan nama kontak Gazata Andrian yang tertera disana. Ali menekkan tombol hijau tanpa berpikir. Ia sudah siap memaki-maki Ian.

"Lo kemana aja, sih? Di sekolah nggak masuk, gue chat lo nggak jawab, gue samperin rumah lo juga nggak di bukain. Lo minggat apa gimana?" Omel Ali.

"Udah selesai?"

"Apaan, sih?"

"Udah selesai marah marahnya, Neng?" Ucap Ian disusuli kekehan di belakang kalimat.

"Gue cowok!"

"Ya lagian, marah-marah mulu kayak cewek"

"Gue tuh khawatir, tau!"

Ali membungkam mulutnya sendiri setelah mengucapkan kalimat yang bahkan ia tidak sadar kalau ia baru saja mengucapkan kalimat itu.

"Gue bukan khawatir sama lo. Nggak usah pede" Ali buru-buru meralat ucapannya.

"Cie-cie, makasih ya udah khawatirin gue" Ucap Ian lalu tertawa kencang di akhir kalimatnya.

S-Class: 1st StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang