Class 4

160 18 11
                                    

Chapter 4 ;
Class 4

"Apa yang lo mau dari gue?" Ucapnya dengan napas yang terengah-engah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang lo mau dari gue?" Ucapnya dengan napas yang terengah-engah.

Axcel yang kini sedang menarik kerah pria berponi itu mendecih kencang. "Gue cuma butuh lo mundur dari peringkat satu. Waktunya gue yang dudukin tempat itu. Lo nggak pantes"

Ali mengerutkan alisnya, "Kalau lo mau jadi peringkat satu, ya belajar"

"Ikutin perintah gue atau gue nggak akan pernah berhenti buat ganggu lo" Axcel mendorong tubuh kecil Ali setelah mengatakan itu.

"Gue nggak mau" Balas Ali setelah jeda yang lama.

Axcel yang baru saja akan melepaskan Ali, membalikkan tubuhnya dan menatap mata legam Ali tajam. "Liat aja, kalau lo nggak mempan, gue bakal ngelakuin sesuatu ke sahabat baru lo"

Pupil mata Ali membesar.

"Lo nggak akan bisa kabur dari gue, Ali"

Ali menghela napasnya kala kepalanya lagi-lagi di penuhi oleh omongan tak bermutu dari berandalan gila itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ali menghela napasnya kala kepalanya lagi-lagi di penuhi oleh omongan tak bermutu dari berandalan gila itu. Ia tidak bisa mengorbankan peringkatnya begitu saja. Tidak mudah baginya untuk menjadi peringkat pertama selama bertahun-tahun.

Apa Ia harus mengikuti omongan si berandalan gila itu?

Bagaimana kalau si berandalan gila itu hanya menjebaknya?

Tapi bagaimana jika Ian akan benar-benar terancam karena Ia tidak mengikuti perkataan berandalan gila itu?

Terlalu banyak kata 'bagaimana' di kepalanya sampai Ia tidak sadar kalau bus yang Ia tunggu sejak 30 menit yang lalu sudah lewat begitu saja.

Ali sudah berusaha untuk memanggil bus itu kembali, tapi usahanya tidak menghasilkan apapun selain tenggorokkannya yang sakit. Maka setelah itu, Ia putuskan untuk berjalan saja daripada Ia harus menunggu dan telat untuk mengikuti les hari ini.

Tapi di tengah perjalanan, Ali merasa perutnya semakin lama semakin perih. Ia baru ingat kalau ia belum mencerna apapun selain air putih hari ini. Setelah berpikir lama, Ali memutuskan untuk menyerah dan masuk kedalam restoran kecil yang Ia temukan di jalan.

S-Class: 1st StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang