3. Laskar

104 11 0
                                    

"Kalian ngapain! Yo, kamu baik-baik aja? Hei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian ngapain! Yo, kamu baik-baik aja? Hei... Kenapa? Yo, sadar Yo!"

Rio mendengar sayup-sayup suara yang memanggil-manggil namanya. Matanya tertutup rapat tidak mampu membuka untuk melihat siapa yang datang dan sekarang menepuk-tepuk pipinya. Rio tidak tahu apa yang terjadi dengannya sampai saat dirinya berhasil membuka matanya, yang ia lihat bukan lagi lapangan indoor. Melainkan ruang bercat putih, sepertinya klinik rumah sakit.

"Yo, gimana, udah baikan?"

Rio menoleh segera saat mendengar pertanyaan tersebut. Dilihatnya Laskar yang beranjak dari duduknya dan berdiri memandang ke arahnya. Tampak sangat khawatir dengan kondisinya. Rio beringsut duduk.

"Iya aku baik-baik aja. Memangnya tadi aku kenapa?" tanya Rio. Dia sungguh ingin tahu apa yang terjadi dengannya hingga sampai di ruangan ini.

"Kamu teriak-teriak histeris dan akhirnya pingsan," jelas Laskar membuat Rio mengernyit. Dia teriak-teriak? Kapan? Dia tidak mengingatnya. Tapi, tenggorokannya memang terasa sakit sekarang.

"Teriak apa aja, Bang?" tanya Rio super penasaran. Dia takut mulutnya secara tidak sadar berteriak mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak seharusnya.

"Aduh, itu cuma teriak aja kok," jawab Laskar mendadak gelapan. Rio bernapas lega karena dia hanya berteriak bukan mengeluarkan kata-kata. Itu jauh lebih baik.

"Oh iya, kalau boleh tahu kamu ada trauma sama anggur?" tanya Laskar hati-hati. Rio terdiam, bingung apakah harus menjawabnya atau memilih untuk tidak membahasnya. Pasalnya Rio sendiri tidak yakin itu bisa dikatakan sebagai trauma. Dia hanya merasa ingatannya terlempar ke masa lalu hanya dengan melihat anggur atau bahkan melihat kedua sahabatnya. Itulah yang membuat dia mengambil keputusan pergi ke luar kota meninggalkan kota kelahirannya.

"Kalau emang nggak nyaman, nggak usah dipaksain. Yang penting kamu harus intrupsi ke senior kalau hal itu buat kamu tertekan," ujar Laskar akhirnya membuat Rio mengangguk. Laskar kembali duduk dan mempersilakan Rio kembali istirahat. Percuma mereka pergi ke lapangan indoor kembali karena sebentar lagi acara selesai. Lebih baik menunggu di sini sambil duduk nyaman. Laskar memandang Rio diam-diam, "maaf banget buat hari ini. Padahal aku udah pastiin nggak akan ada perpeloncoan kayak gitu, tapi aku lengah. Ditinggal sebentar aja mereka berlaku seenaknya," ucap Laskar. Rio memandang balik pada Laskar.

"Nggak perlu minta maaf gitu, Bang. Bukan salah Bang Laskar juga," sahut Rio menjadi tak enak hati. Dia membuat seniornya meminta maaf seperti ini. Padahal ini salahnya. Salahnya yang terlalu lemah. Hanya karena anggur dia membuat satu seniornya meminta maaf padahal bukanlah kesalahan mereka.

"Ayo aku antar pulang!" ajak Laskar berdiri. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Tandanya acara ospek sudah selesai.

"Nggak usah bang, aku bisa sendiri. Lagian kostnya deket dari kampus," tolak Rio. Dia tidak bisa terus-terusan membuat seniornya itu kerepotan karenanya.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang