5. Teman Laskar

88 10 0
                                    

Hari ini, Rio akhirnya menurut ajakan Laskar untuk pulang ke Jogja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini, Rio akhirnya menurut ajakan Laskar untuk pulang ke Jogja. Lelaki itu selalu punya cara membuatnya menurut dengan ajakannya. Rio takjub dengan jiwa kepemimpinan Laskar yang menguar begitu saja membuat siapapun tunduk kepadanya. Bahkan sekarang Rio tahu alasan senior di kampusnya tunduk pada Laskar, karena Laskar banyak berkontribusi di kampus terlebih organisasi mereka. Bukan hanya teman orang di organisasi yang tunduk takzim pada Laskar, hampir mahasiswa di kampusnya berlaku seperti itu. Rio baru tahu fakta itu.

Mereka mengobrol banyak hal di atas kuda besi milik Rio. Laskar yang membuat percakapan mereka terus berlanjut dan Rio menanggapinya. Laskar tersenyum diam-diam merasa Rio mulai membuka diri kepadanya di hari kelima. Padahal Laskar sudah pesimis dengan respon Rio yang selalu singkat. Tapi, ternyata tidak sesulit itu untuk akrab dengan Rio.

"Perempatan depan belok kanan, terus nanti ada rumah paling besar cat abu-abu gerbangnya warna item dan ada banyak tanaman di depan pagar, nah itu... Rumahku di sebelahnya."

Rio terkekeh mendengar ucapan Laskar. Bisa-bisanya Rio mendengar serius penuturan Laskar. Laskar ikut tertawa mendengar Rio hanyut dalam guyonannya. Padahal candaan receh, tapi Rio tertawa terpingkal sampai geleng-geleng kepala.

"Itu beneran rumahku di sebelahnya," ujar Laskar meyakinkan. Rio manggut-manggut dan berhenti di rumah bergaya tradisional. Memang benar sebelah rumahnya adalah rumah bergaya mewah yang elegan. Tapi, apa susahnya mengatakan rumah tradisional bercat hijau telur asin. Tidak perlu pamer rumah orang lain.

"Ayo mampir dulu!" ajak Laskar sembari melepas helmnya. Dia membuka pagar sedada yang terbuat dari anyaman bambu. Rio hendak menolak, tapi seorang laki-laki paruh baya keluar dari rumah. Bapak Laskar.

"Lho bawa temen, Le... Sini-sini masuk! Kebetulan ibunya Laskar masak opor ayam. Ayo masuk, jangan sungkan!"

Rio memandang Laskar sejenak dan mendapat anggukan dari lelaki tersebut. Lantas Rio menurut dan memarkir motornya di halaman rumah Laskar. Halaman rumah seniornya ini sungguh indah. Dilapisi rumput asli dan banyak tanaman yang tengah mekar bunganya. Ada juga pohon mangga yang terlihat berbuah lebat.

"Mau mangga? Nanti tak ambilin langsung dari pohonnya, biar masih fresh!" ujar Bapak Laskar melihat Rio terus memandangi pohon mangga tersebut setelah turun dari motor dan menyalaminya.

"Eh, enggak pak. Nggak usah," jawab Rio segera menolak ide tawaran tersebut. Dia hanya sekilas mengingat suasana rumah Jofan saat melihat pohon tersebut. Kalau di rumah Jofan ada pohon jambu, di rumah Laskar ada pohon mangga. Itu saja.

"Le, ini kawanmu kok pemalu banget," adu bapak membuat Rio menggigit bibirnya merasa malu tentu saja. Dia mengekor bapak masuk ke rumah dan melihat ibu Laskar tengah sibuk di dapur sementara Laskar masuk ke kamar berganti baju.

"Makanya bapak jangan sok akrab gitu. Belum kenalan udah sok akrab," omel Laskar membuat bapak berdecak dan berbalik memandang Rio yang kini salah tinggah. Ayolah, bisakah Laskar segera keluar kamar dan menemaninya sekarang. Rio sungguh merasa tak enak pada bapak Laskar.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang