8. Rio

103 13 1
                                    

Hari-hari terus berlalu, Rio sudah sibuk dengan perkuliahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari terus berlalu, Rio sudah sibuk dengan perkuliahannya. Arghi serta Jofan juga mulai disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Arghi misalnya, dia menjadi perwakilan kampusnya mengikuti lomba debat di Jakarta. Jofan terlibat dalam acara menghias Kota Jogja. Dia bersama beberapa teman kampusnya dan kampus lain akan menghias Kota Jogja dengan lukisannya. Ada beberapa bangunan yang akan dihias dan tiang-tiang yang juga dihias.

Rio? Dia hanya menjalani perkuliahan biasa. Setiap sabtu-minggu dia akan pergi ke Yayasan di Jogja tempat dirinya dulunya menjadi sukarelawan bersama Alvin. Dia jarang pulang ke rumah, bahkan hanya satu kali dalam satu bulan. Itu membuat bunda merasa rindu. Ingin meminta Rio pulang saat libur kuliah, tapi suaminya melarangnya. Rio yang sekarang, semakin dikekang semakin berontak. Saat terakhir Rio pulang bahkan pemuda itu marah kepada bunda. Entah apa sebabnya, bunda juga kurang mengerti. Saat ditanya oleh ayahnya, Rio malah memilih berangkat segera ke Magelang, padahal itu adalah hari sabtu.

Sesekali Ica akan meminta bantuan Arghi atau Jofan untuk mengabarinya kalau Rio menghubungi mereka. Melaporkan apapun yang Rio ceritakan kepada keduanya, sehingga Ica juga tahu apa yang dilalui Rio di Magelang. Arghi yang paling banyak memberitahu bagaimama keadaan Rio di Magelang. Entah bagaimana caranya Arghi bisa tahu sedetail mungkin keberadaan Rio dan aktivitasnya. Misal, Rio ada di kost sedang makan siang dengan lauk ikan bakar atau Rio sedang ada di kampus, berkumpul dengan teman sekelasnya membahas tugas kelompok. Berkat Arghi Ica tidak terlalu pusing memikirkan Rio.

Sementara itu, yang sebenarnya terjadi adalah Arghi juga kesulitan menghubungi Rio. Kawannya itu selalu menolak panggilan darinya atau menonaktifkan ponselnya, bahkan pesan yang ia kirim tak selalu dibalas Rio. Dia mendapatkan informasi Rio dari seorang informan kepercayaannya.

Laskar.

Iya Laskar! Dialah orang yang Arghi jadikan informan. Saat Rio menanyakan soal Laskar, Arghi sempat panik. Takut kalau setelah Rio tahu dia kenal Laskar, Rio akan menutup diri dari Laskar. Sementara hanya Laskar yang bisa memberitahu kondisi Rio dan bisa membantu Rio kalau laki-laki itu ada masalah.

Saat ospek misalnya. Siang itu mendadak Arghi dihubungi oleh Laskar. Dengan panik teman SMP-nya itu menjelaskan kondisi Rio. Laskar berkata, Rio berteriak kencang dengan tubuh menggigil memanggil Alvin. Meminta maaf dengan wajah kacau membuat suasana di lapangan ospek rusuh. Arghi menanyai Laskar apa yang memicu kambuhnya Rio, Laskar menyebut beberapa hal hingga sampai pada buah anggur. Arghi langsung paham kalau itulah yang membuat Rio tumbang. Bukan karena kelelahan atau hal lainnya.

Akhirnya Arghi mencoba meminta Laskar bertanya terkait kambuhnya sakit Rio tersebut. Apakah memang karena anggur atau ada hal lain yang mungkin pemicu. Tapi, Rio sepertinya juga tidak menyadarinya. Atau lebih tepatnya tidak mau membiarkan orang lain mengetahui tentang sakitnya itu. Semua tentang Alvin mendadak menjadi sumber kesakitan Rio.

Bahkan kepulangan Rio setelah ospek juga permintaan dari Arghi. Laskar sebenarnya bisa pulang sendirian tapi karena permintaan Arghi itu akhirnya Laskar memaksa Rio memboncengnya. Untungnya Rio mau ikut pulang. Dia berkali-kali memastikan Rio pulang ke rumahnya bukan pergi ke tempat lain setelah dari tempatnya.

Beberapa hari lalu Arghi mendapat cerita dari Laskar kalau Rio sudah mau mengirim chat duluan kepada Laskar. Meminta laki-laki itu menemaninya mencari makan malam. Arghi senang karena akhirnya Rio mau berteman dengan orang lain. Meskipun akhirnya Rio semakin menghindarinya. Tapi, satu yang Arghi harapkan adalah Rio mau melupakan kenangan menyakitkan tentang kehilangan Alvin dan menjadi Rio yang dulu.

Rio juga sudah mulai bercerita pada Laskar tentang sedikit masa lalunya. Tentang dia yang memiliki tiga sahabat di awal masuk SMA. Bertemu teman masa kecilnya di SMA tersebut. Hanya sebatas itu, tapi sudah membuat Arghi senang mendengarnya. Laskar juga ikut senang karena Rio mau mulai bercerita tentang hal pribadi semacam itu.

"Terus sekarang Rio dimana?"

Siang ini, Arghi yang disibukkan dengan lombanya dibuat kaget saat Laskar mengatakan Rio tidak masuk kampus dua hari. Laskar menanyai beberapa teman sekelas Rio, mencoba mencari tahu apakah Rio sempat mengirim pesan izin kepada mereka atau tidak. Tapi, hampir sebagian mengatakan Rio tidak berkirim pesan dengan mereka. Dicari di kost juga tidak ada, jadi dia mencoba menanyai hal tersebut kepada Arghi. Rupanya Arghi ada di Jakarta untuk lomba.

["Aku nggak tahu Ar. Tadi udah nyoba hubungin dia, tapi hp dia nggak aktif."]

Arghi menggaruk kepalanya merasa bingung. Dia memutuskan untuk mengakhiri panggilan tersebut agar bisa menghubungi Jofan. Siapa tahu remaja itu kuliahnya kosong dan bisa menghampiri rumah Rio. Memastikan kawannya itu ada di rumahnya.

Tapi, sayangnya Jofan ada di kampusnya, baru saja mulai perkuliahan. Jadi, tidak bisa pergi ke rumah Rio saat ini juga. Jofan akan pergi saat sore, sepulang dari kegiatan perkuliahannya. Arghi terus mencoba menghubungi Rio meskipun hasilnya nihil. Seperti kata Laskar, Rio mematikan ponselnya.

Oh ayolah! Rio ada dimana sekarang. Kemana kiranya laki-laki itu pergi sendirian. Bahkan membolos kuliah berturut-turut selama dua hari.

Arghi melupakan sejenak masalah Rio, dia sudah harus fokus mempersiapkan perlombaannya. Lombanya akan dimulai dalam 10 menit. Dia harap setelah lombanya selesai, Jofan atau Laskar akan memberinya kabar baik. Jangan sampai orang tua Rio tahu putranya membolos kuliah.

***

Perlombaan Arghi selesai pukul delapan malam. Dia kelelahan karena terus duduk di kursi dan tidak bisa beristirahat meluruskan tubuhnya. Saat sampai di hotel tempatnya menginap dua hari ini dia langsung mengecek ponselnya. Tidak ada berita menyenangkan, justru Jofan mengatakan kalau Rio tidak ada di rumahnya. Arghi sungguh kelabakan karena itu. Kemana sih Rio?

Akhirnya, malam itu dia putuskan untuk kembali ke Jogja sendirian, meminta maaf pada temannya karena tidak bisa mengikuti acara penutupan sekaligus pengumuman pemenang yang akan dilaksanakan esok hari. Dia pulang dengan naik kereta. Pikirannya kalut memikirkan dimana kiranya Rio berada. Dia sudah menghubungi teman basket Rio saat SMA, termasuk Anton. Mereka semua tidak tahu Rio dimana dan sudah lama Rio tidak bertemu mereka.

Setiba di stasiun, Arghi menaiki taksi. Sebenarnya Jofan menawari menjemput saat tahu Arghi langsung pulang ke Jogja, tapi Arghi menolak. Arghi sampai di Jogja pagi-pagi buta sebelum matahari terbit, Jofan lebih baik istirahat karena ada kuliah.

Arghi berkeliling di Jogja. Mengunjungi tempat-tempat yang mungkin saja Rio datangi. Seperti lapangan basket, alun-alun, bahkan ke rumah Alvin. Siapa tahu Rio merindukan Alvin dan datang ke rumah tersebut. Tapi, tidak ada.

Tidak mungkinkan Rio pergi ke pemakaman Alvin selama itu. Tidak ada cara lain untuk membuktikan prasangka tersebut. Arghi segera memberitahu pada supir taksi tersebut pergi ke pemakaman Alvin. Saat sampai di pemakaman tersebut, matahari sudah bersinar. Kalau memang di tempat ini, Rio juga tidak ada. Arghi menyerah dan akan pulang ke rumahnya. Tubuhnya sudah sangat lelah.

"Rio!"

"Rio!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang