1. Hari Pertama Ospek

198 16 0
                                    

"Bang, aku mau minta bantuanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, aku mau minta bantuanmu."

"Bantuan apa?"

"Kawanku jadi maba di kampusmu, jurusan kedokteran. Tolong, jaga dia. Hubungi aku kalau ada apa-apa sama dia."

"Jaga dia? Maksudnya gimana?"

"Dia... Nggak baik-baik aja. Dia kesulitan ngendaliin dirinya sendiri setelah kehilangan sahabat. Dia bahkan memilih lari ke Magelang dibanding hidup di sini. Dia butuh temen, tapi bukan aku. Aku cuma buat dia keinget sama masa lalu. Dia butuh orang baru yang bisa buat dia tahu, dia baik-baik saja setelah melalui masa lalu itu. Bang, tolong jaga dia..."

"Siapa namanya?"

"Namanya Rio. Rio Darmawangsa."

***

Rio terbangun dari tidurnya dengan napas tersenggal. Tangannya menggapai nakas di sebelah kasurnya, mengambil gelas berisikan air minum. Dia meneguknya hingga tandas, mengurangi durasi degup jantungnya yang begitu cepat. Membuat keringat bercucuran dan menciptakan pagi yang buruk untuknya. Ini bukan kali pertama dia terbangun dengan kondisi seperti ini. Mimpi buruk itu terus hadir hingga membuat dia tidak bisa mengatasinya lagi.

Dia beringsut bangun dari ranjangnya menuju ke kamar mandi. Melakukan ritual paginya dengan terburu-buru, lantas berganti pakaian dengan kemeja dan celana kain. Hari ini dia akan mengikuti acara ospek di kampusnya. Dia melewatkan sarapannya karena belum tahu warung di dekat kostnya sekaligus dia akan terlambat kalau tidak segera berangkat. Kebiasaan bangun siang itu terbawa hingga sekarang. Membuat Rio sedikit menyesal telah memelihara kebiasaan buruk tersebut.

Rio berangkat dengan berjalan kaki, kakinya berjalan cepat melewati jalan komplek perumahan. Untungnya dia kost di dekat kampus. Hanya membutuhkan waktu lima menit berjalan kaki dari kost. Tapi, tetap saja dia bisa terlambat kalau berjalan lambat. Upacara pembukaan mungkin sudah akan dimulai sekarang.

Tak pernah ia bayangkan akan berkuliah di luar kota. Ini kali pertamanya tinggal sendirian di perantauan. Sejak kecil hingga kemarin dia selalu tinggal bersama keluarganya. Bersekolah di Yogyakarta dan tidak pernah berpikir untuk keluar kota. Memang Magelang tidak jauh dari Yogyakarta, hanya satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Tapi, tetap saja dia sekarang di luar kota sendirian.

"Woy kamu!"

Seorang panitia yang ada di pintu masuk lapangan outdoor memanggil Rio yang berlari begitu saja melewatinya. Rio yang tahu dirinya dipanggil segera menghentikan larinya. Melihat pada beberapa orang maba sepertinya yang kini memandang kepadanya.

"Iya kak..." ujar Rio dan berdiri dengan napas tersenggal di depan sang panitia ospek. Rio tidak dapat melihat dengan jelas rupa kating laki-laki itu karena terhalang bayangan topi yang dikenakan.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang