2.

8K 964 77
                                    








"Lo harus tenang Ver. Tenang!" Vero mengelus dadanya yang tak karuan karena detakan jantung begitu cepat.

Bagaimana bisa ia tak karuan jika Vero memasuki raga Reyga Erlangga. Lelaki homo yang menjadi pasangan dari pemeran utama. Tubuhnya merinding seketika. Tak perlu di jelaskan bagaimana alur cerita, pokonya Vero benci ini.

"Astaga!" mau setenang apapun dirinya, Vero tetap shock. Kenapa dia harus masuk kedalam pria yang pastinya akan jadi manusia yang sangat di hindari.

"Huftt tenang Ver. Lo perlu tenang. Yang penting lo ga belok dari jalan normal, okay! Reygan adalah Reygan. lo ada lo Vero! Jalani aja sampai nemu cara biar bisa balik ke raga asli!" tekan Vero penuh semangat membara. Dia mengepalkan kuat satu tangan di depan dada, memperkuat keinginannya.

"Tapi anjing tau ga! Sialan! Ini gara-gara Celine." Vero ingin menangis rasanya. Apakah ini karena dia selalu menghina dan menkomplain cerita Celine? Ataukah ada sesuatu yang membuat dirinya harus masuk ke dalam raga Reygan?

Vero mengusak rambutnya acak. Dia sungguh pusing dengan apa yang dia alami ini.

"Rey! Kamu gak papa?"

Suara pemuda yang tadi menyapanya terdengar dari luar. Reygan meraup mukanya ketika mendengar nada mendayu dari lelaki yang sama sama memiliki junior di antara selangkangan. Sepertinya Vero harus ekstra sabar, mengingat jika novel ini 90% belok.

"Reyga kenapa ga jawab? Jangan bikin aku khawatir?" suara lembut sialnya terasa geli di pendengaran Vero itu sedikit meninggi. Vero berdecak dan keluar dari dalam bilik toilet.

"Kenapa?" tanya Vero dingin. Mungkin bawaan tubuh, suara Vero begitu berat.

Pemuda itu tersentak. Vero tak tau siapa pemuda di depannya ini. Mengapa sejak tadi menempel padanya. Matanya bergulir menatap name tag pemuda itu, Karvino Achalandra.

Sial! Pemuda di depannya ini adalah seseorang yang menyukai Reygan. Bab berapa ini, apakah dia sampai di bab dimana kedua nya menjalin hubungan? Kalau iya, sial baginya!

"Rey.." Bibir Vino melengkung kebawah. Matanya berkaca-kaca menatap Vero. "Rey, kamu kenapa? Kenapa kamu dingin gitu ke aku?" ucapnya merengek.

Vero merinding seluruh badan. Ketika tangannya akan di sentuh, dia langsung menyembunyikan tangannya kebelakang. Demi apapun dia seperti bertemu dengan hal yang paling menakutkan baginya.

"Aku ada salah?" ujar Vino tetap dengan nada merengek.

Perut Vero terasa di aduk. "Lo siapa gw?" tanya Vero to the poin mengabaikan rasa mualnya. Dia harus tau mereka memiliki sttus apa.

"Kenapa kamu masih bertanya Rey? Kita sepasang kekasih kan? Kita sudah menjalani ini sekitar 2 bulan," lirih Vino. Pemuda itu menangis, air matanya tak berhenti mengalir. Tangannya meremat seragam nya.

Vero ingin pingsan rasanya. Jadi dia sudah di pertengahan bab?

Vero harus mengakhiri ini sebelum semuanya terlalu jauh. Sejak tadi dia menormalkan ekspresinya di depan Vino. Dia tak ingin membuat Vino sakit hati. Meski dia tak suka seseorang yang menyimpang, tetapi dia juga tak mau jika terang-terangan membenci.

Menghela nafas panjang, Vero menatap Vino. "Let's break up."

Tentu saja Vino terkejut. "Rey kenapa? Ada apa denganmu?" tanyanya bingung. Tadi pagi mereka baik-baik saja. Lalu kenapa sekarang kekasihnya itu ingin memutuskan hubungan.

"Gw gak papa. Kita putus. Dari sini, kita ga hubungan apa-apa lagi." Vero berujar mantap. Tiba-tiba, dadanya merasa sakit. Mungkin itu perasaan asli Reygan. Tetapi Vero tak peduli, saat ini yang menempati tubuh Reygan adalah dirinya.

Vino menggeleng kuat. "Enggak. Aku ga mau Rey! Kamu kenapa? Ada yang jahatin kamu? Kamu ada yang lain? Kamu bosan sama aku?" pertanyaan beruntun Vino layangkan. Dia sungguh bingung. Sangat sulit mendapatkan Reygan, namun sekarang pemuda itu malah ingin memutuskan hubungan.

"Yang kita lakukan ini salah dan menyimpang Vin. Hubungan kita tabu. Gw harap lo ngerti." tak ingin berlama-lama. Vero pergi setelah berucap demikian. Jika dia tak lekas pergi, Vero takut dia mengatakan perkataan buruk.

Grep!

"Enggak Rey! Aku ga mau putus! Aku sayang sama kamu hikss please jangan gini. Kalau ada masalah bicarakan baik baik." Vino memeluk Vero dari belakang sesaat sebelum Vero beranjak.

Vero yang mendapatkan pelukan itu terjengit kaget dan melepas pelukan paksa lalu mendorong Vino sampai lelaki itu terjerembab.

Vero langsung pergi meninggalkan Vino. "Ya Tuhan, jangan catat itu dosa ku ya. Bukan aku yang meluk!" suara Vero bergetar. Pandangannya buram, dia merasakan pipinya yang basah. Vero menangis, dia takut, sungguh.

*

"Kenapa telat pulang?" suara berintonasi datar menyapa Vero setelah dia sampai di Mansion yang begitu mewah. Suara dingin itu berhasil membuat Vero gugup. Pamannya tak seseram ini.

"G-gw.. Maksudnya aku tersesat." Vero mati kutu. Rasanya dia ingin tenggelam ke dasar laut. Pria di depannya ini menyeramkan.

"Alasan klasik. Bilang aja kamu jalan sama pemuda itu." suara lain menyanggah ucapannya. Lelaki lebih muda dari pria yang berdiri tepat di depannya.

Vero menggeleng. "Aku benar tersesat. Tadi kepalaku terbentur, aku sedikit tak mengingat sesuatu." Vero sudah menyiapkan alasan ini saat dia kelimpungan mencari alamat rumah Reygan. Dia sengaja membenturkan kepanya pada tiang listrik hingga benjol atau bahkan luka.

Kedua pria di depannya itu terlihat khawatir namun tak percaya. Vero berdecak kesal, mana kepalanya nyut-nyut an. Apa dia terlalu keras membenturkan kepala?

Mannaf Erlangga .. Melihat gerak gerik putranya pun mendekat dan memegang pundak Vero. "Wajahmu pucat, bagian mana yang luka?" tanyanya sembari mencari luka di kepala Vero.

Ketika dia menemukan luka itu, dia terkejut saat melihat ada darah. "Delvin, suruh bi Sri panggil mama dan kamu ambil p3k."

Delvin pun mengangguk dan segera melakukan tugasnya. Awalnya dia tak percaya akan alasan sang adik. Namun melihat adiknya yang sekarang berada di pelukan Mannaf karena lemas pun dia khawatir.

Di sisi Vero, dia tak menyangka akan sesakit ini. Tubuhnya lemas tapi tak sampai pingsan. 'Pusing banget!' serunya dalam hati.

Mannaf membawa Vero duduk di sofa ruang keluarga. Pria itu sibuk menyingkirkan rambut tebal putranya dari luka yang berada di dekat pusaran kepala.

"Kenapa sampai seperti ini boy?"

Vero membalas gelengan sebagai jawaban. Tak apa lah dia berkorban gini. Yang penting segala tingkahnnya tak menimbulkan kecurigaan bagi keluarga Reygan.








Tbc.

Menolak alur  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang