11.

5.5K 708 15
                                    






"Kenapa mukanya di tekuk gitu?" tanya Hiro, salah satu teman Reygan. Orang yang pertama kali mengajak dirinya berteman. Pemuda blasteran Indo-jepang itu memiliki kulit putih dan tahi lalat di bawah mata kanannya.

Reygan menghela nafas. Dia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi nya. "Biasa, si Aliya bikin pagi gw buruk." mengingat itu Reygan jadi kesal sendiri. Tapi ia harus tahan emosi. Dia tak boleh menjadi pribadi yang penuh amarah.

Hiro mengendikkkan bahu. Seperti sudah paham dengan apa yang terjadi pada temannya. "Ga heran sih kalo si dia. Emang cewek itu suka caper ke anak osis."

"Tapi korban kecaperannya jangan gw dong. Gw ga tau apa-apa. Masih awal nih gw masuk sini. Baru dua minggu!" kesal Reygan. Gimana ga kesal, setiap hari ada aja kelakuan gadis itu yang memojokkan nya.

"Ya udah lah ga usah di ladenin," celetuk teman Reygan satunya, Alex.

Reygan mendelik. "Karena bukan lo yang di gituin!" serunya.

"Ya lo mau gimana? Mau labrak tu cewek. Makin menjadi sih menurut gw, yakin."

Reygan berdecak kesal mendengar ucapan Alex. Memang sih, dari sifat Aliya. Gadis itu akan sangat menjadi-jadi ketika ia mencoba menegur. Yang ada gadis itu akan berlagak tak tau apapun.

Membayangkan itu, lebih baik Reygan biarkan saja dulu. Ia ingin kehidupan sekolah nya tenang. Ketiga nya mengobrol dan bercanda. Pikiran Reygan juga lebih tenang ketika dia pindah. Ia sepenuhnya total lupa dengan seluruh alur cerita, tepatnya tak mau tau. Dia sudah nyaman disini bersama teman baru dan kehidupan baru.

Beberapa saat kemudian bel tanda masuk pun terdengar. Para siswa dan siswi berbondong-bondong masuk ke kelas maisng-masing. Alex dan Hiro pun pergi ke kursi masing-masing.

Reygan pun menghela nafas. Firasatnya mengatakan jika gadis yang sering mengganggunya itu akan membuat ulah.

Memilih tak peduli, Reygan mengeluarkan alat tulis untuk persiapan. Sampai ia tak menyadari, jika ada gadis yang sudah jatuh di sampingnya. Alisnya terangkat ketika gadis yang ternyata Aliya itu meringis melihat lututnya terluka.

"Aliya kamu kenapa?" tanya guru Wanita di depan.

Aliya mencoba berdiri. Reygan hanya melihat tanpa membantu, begitu pun anak di sekelilingnya. Mereka sudah paham dengan Aliya yang sering mencari perhatian.

"R-reygan menjegal saya bu," cicitnya menahan tangis. Dia menatap guru di depan dengan tatapan sedihnya.

Sedangkan sang Guru, Serenia ... Pun menegur Reygan."Benar itu Reygan?"

Reygan pun menjawab. "Tidak bu. Saya sedang sibuk merapikan alat tulis."

"Bohong bu. Saya yakin Reygan lah yang menjegal saya dengan kaki hingga saya terjatuh," sahut Aliya menyanggah ucapan Reygan.

Tak ingin menyebabkan pertikaian. Bu Seren pun berkata. "Reygan, rapikan lagi alat tulismu. Berdiri di depan selama 30 menit."

Reygan berdecak kesal, mau tak mau dia harus menerima hukuman itu. Bisik-bisik pun terdengar mencemooh Aliya yang suka sekali mencari perhatian. Mereka membela Reygan dan mengatakan jika Reygan tak salah. Hingga membuat bu Seren bingung sendiri.

Ingin menghukum Aliya tetapi lutut gadis itu terluka. Jadinya, ia menyuruh Aliya untuk mencatat pelajaran di buku Reygan selama anak itu berdiri di depan.


*

"Sumpah! Si Caper bener bener pengen gw banting anjing!" kesal Hiro. Pemuda itu ikut merasa kesal karena tingkah laku Aliya.

"Lo aja yang liat kesel. Apalagi gw yang ngerasain," balas Reygan. Mereka sedang berada di kantin menunggu Alex membawa pesanan mereka.

"Lagian tuh cewek ga ada kapoknya. Anak sekolah ini sampek ngerti sifat dia. Tapi dia kek bodo amat selalu bikin masalah sama murid baru," ucap Hiro. Pemuda itu berdecak ketika melihat Aliya datang bersama satu temannya. Di sisi lain, dia melihat Alex yang sudah kesusahan membawa pesanan nya dan Reygan.

"Rey, lihat deh. Gw udah feeling kalo si Alex bakal ketiban sial."

Reygan tak paham. Ia pun mengikuti arah pandang Hiro dan melihat apa yang di lihat oleh Hiro. "Gw setuju. Haruskah kita hitung?" candanya menatap Hiro.

1

2

3

"ANJING!" Pekik Alex ketika semua pesanan yang sudah ia bawa susah payah harus berhamburan jatuh ketika ada gadis yang sedang bercanda tak tau tempat dan posisi.

"Lo buta hah?!!"

Aliya sampai terperanjat mendengar teriakan Alex. "K-kamu apa-apaan sih Lex. Cuma gitu doang. Tinggal beli lagi, ga usah bentak cewek. Kek banci tau ga," sergahnya.

Alex menatap datar Aliya. Ia mengadahkan tangan di depan gadis itu. "Mana."

Aliya tak mengerti pun bertanya. "Huh?"

"Mana duit nya tolol. Ganti uang gw!" desak Alex.

Aliya memandang Alex heran. "Kamu ga salah minta uang ke cewek?" nadanya terdengar remeh. "Kamu semiskin itu ya?"

Alex menatap Aliya sinis. "Lo ga tau diri banget ya? Katanya lo penegak keadilan. Ganti lah uang gw buat gantiin ni makanan yang udah lo berantakin gini. Lo harusnya bisa tanggung jawab."

"Mana bisa gitu. Itu salah kamu sendiri karena ga lihat jalan." Aliya tentu saja bukan tipe yang akan mau ngalah begitu saja.

Alex di buat geram. "Ya lo kenapa jingkrak jingkrak di kantin anjing."

"Itu terserah aku dong. Mau aku jingkrak mau aku tiduran sekalipun."

"Ganti bangsat. Kalo lo ga ganti. Lo ga akan aman disekolah ini!" ancam Alex.

"Kamu ngancem? Merasa keren kamu gitu?" Aliya bersedekap dada. "Bukan keren tapi kamu keliatan cupu."

"Oh gitu? Okay. Mulai besok, lo ga akan aman disini anjing!" setelah itu pergi dari hadapan Aliya yang mencak-mencak.

Reygan dan Hiro tergelak melihat tontonan menarik itu. Selama ini Alex selalu mengatakan pada mereka untuk tak usah meladeni Aliya. Tetapi sekarang, Alex lah yang di ganggu. Dengan sikap Alex yang diam-diam emosian.

"Mampus! Sekarang ngerti kan kenapa si Reygan kesel mulu sama tu cewek," ledek Hiro ketika Alex sudah duduk.

Alex semakin berwajah masam. "Gw bakal buat pelajaran sama tu cewek," desisnya. Tangannya mengepal. Dia bukan orang yang suka di usik.

Hiro mengangkat bahu acuh, tak ingin menghalangi rencana Alex. Sedangkan Reygan juga acuh tak acuh. Dari pada itu ... "Ini kita ga jadi makan? Gw lapar cuy."

"Bolos aja yuk."







Tbc.

Menolak alur  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang