Reygan merasa dejavu. Tangan dan kakinya terikat. Seolah dia pernah mengalami hal seperti ini. Mulutnya juga tertutup lakban. Begitu pula matanya yang di tutupi Dia di ikat di tempat duduk. Rasa takut yang menjalar. Insting yang lebih tajam karena tertutup. Setiap degupan jantung terasa melambat bagi Reygan.
Seseorang mendekat, Reygan langsung menatap tajam Glen yang datang dari balik penutup kain hitam di matanya. Ia memandang pemuda itu dengan tatapan penuh permusuhan. Entah apa yang akan di lakukan oleh Glen, firasat Reygan tak enak. Bagaimana ia tau jika itu Glen? Karena Glen lah yang menusuk lehernya dengan jarum.
"Sudah bangun ternyata," ujar Glen sembari menaruh sebuah kotak yang entah apa isinya. Kotak berwarna hitam yang sedari tadi dia bawa. Dia mendekat dan membuka penutup mata Reygan.
Butuh beberapa saat bagi Reygan untuk membiasakan penglihatan nya. "Umph!" dia menyorot tajam Glen.
Glen melihat Reygan. Bibirnya menyunggingkan senyum seringai. "Lo ngebuat gw terangsang hanya mendengar suara berontakmu Rey."
Reygan merinding sekujur badan. Mimpi apa dia semalam karena harus bertemu dengan Glen yang memiliki obsesi tinggi. Tangan nya bergerak brutal berharap ikatannya terlepas.
Mata Reygan membulat sempurna saat Glen mengambil sesuatu dari dalam kotak hitam. "Umph! Hmph!!" dia bergerak ketika Glen berjalan sembari membawa benda itu. Seketika air mata Reygan jatuh.
Glen menghapus buliran bening di pipi Reygan. "Lo terlihat semakin manis Rey. Gw jadi pengen ngeliat lo nangis di bawah kungkungan gw."
Reygan menggeleng kan kepala. Berharap tangan Glen menjauh dari wajahnya. Dia merasa jika masa depannya akan terancam. Buliran bening mengalir deras. Reygan teramat sedih dan kecewa.
"Mari kita mulai Reygan.." Glen memulai melucuti seluruh pakaian Reygan dengan cara menggunting. Dia bergerak sensual perlahan namun pasti.
"Umpnh!!"
"Haha ... Manis sekali."
Seakan mimpi buruk datang, Reygan menangis meraung ketika nipple nya di permainkan. Tetapi bukan itu yang menjadi ketakutan terbesarnya. Melainkan benda yang siap kapan saja membohongi nipple nya den-
HMMPHH!!
Reygan meracau. Bagian dadanya terasa kebas. Glen dengan cepat memasang sebuah aksesoris yang entah apa Reygan tak tau setelah menindik bagian nipple nya.
'Sakit! Itu sakit! Tuhan!!' raung Reygan dalam hati.
Merasa kurang puas, Glen beralih pada pusar Reygan. Mengelus perlahan perut mulus yang terlihat menggoda baginya. "Lo berkali lipat terlihat seksi kalau gw tambahin sedikit pemanis disini."
"Uhmp!" Reygan menggeleng brutal.
Tak mengindahkan tolakan Reygan. Glen melakukan sesuatu yang sama pada nipple Reygan di bagian pusar.
Reygan harus menahan sakit kembali. Dia berdoa ini lekas selesai. Dia sungguh lelah dan merasa pusing. Sakit yang tiba-tiba menderanya begitu mengejutkan diri nya. Entah apa salahnya hingga Glen melakukan hal demikian.
Menit demi menit terlewati. Mata Reygan bengkak karena tangis. Apalagi dia tak bisa bersuara. Bagian bawahnya juga terasa perih. Glen memasukkan sesuatu yang bergetar disana.
Reygan sudah tak bisa menahan diri. Tubuhnya terasa lemas dan berat. Entah dosa apa yang dia lakukan hingga berakhir seperti sekarang. Reygan ... Tidak, dia Vero ... Ingin kembali.
Persetan dengan ia yang tak akan kembali pada tubuh aslinya. Vero lebih memilih mati dari pada harus hidup dengan melakukan perbuatan dosa yang begitu besar. Meski itu bukanlah keinginannya, tetapi dia tetap merasa berdosa dan jijik.
Vero melihat Glen yang menyeringai sembari memegang sebuah besi kecil yang agak panjang. Untuk apa itu Vero tak tau, pandangannya buram. Kepalanya pusing tak tertahan.
'Celine.'
Di akhir kesadarannya, Vero memanggil teman gadisnya. Jika ia bisa memutar waktu. Ia akan memukul Celine yang membuat dia berakhir seperti ini, meski bukan sepenuhnya salah gadis itu. Dia juga akan membawa teman perempuan nya itu ke dukun atau ke orang im untuk meruqyah Celine agar tak membuat cerita nyeleneh seperti itu.
"Apa Ver? Lo manggil gw?"
Vero langsung membuka mata ketika mendengar suara Celine. "Celine?" linglungnya. Dia melihat Celine yang memandang dirinya aneh. Ia melihat sekeliling. Semua tampak normal.
Dia meraba searagamnya. "Ini seragam sekolahku dulu!" serunya.
Celine tambah merasa aneh dengan temannya itu. "Lo gila?"Setelah menghabiskan tidur selama jam pelajaran pertama. Apakan Vero telah menjadi gila, pikir Celine.
Vero terkesiap. Dia mencubit keras pipinya. Pemuda itu berbalik ke arah Celine, mengguncang tubuh Celine. "Anjir Ver! Lo apa-apaan babi!!" pekiknya
"Gw balik Cel! Gw balik!"
Celine menatap bingung tingkah Vero. "Balik dari mana anjir? Lo kan sejak tadi molor. Balik dari alam baka lo?' hardiknya.
Vero mengabaikan itu. Matanya tertuju pada ponsel Celine. Dia mengambil ponsel itu kemudian melempar nya ke luar jendela. "Vero anjir kenapa di lempar bangsat!!"
Awhh!!"
Belom sempat bereaksi, Kepala Celine di gaplok oleh Vero yang sudah lari keluar.
"VERO ANJING TUNGGU GW BANGSAT. AWAS KETANGKEP GW PITING LO!!"
Vero menangis terharu. Dia bernafas lega. "Janji ga bakal baca cerita kek gitu lagi."
Beruntung itu semua hanya mimpi. Meski semuanya terlihat nyata baginya. Itu adalah mimpi buruk yang ia harap tak akan datang lagi. Vero memegang pantatnya. Dia menggeleng ribut. "Anjir, gw masih ngerasain sakitnya."
Kemudian memegang bagian depannya. "Gw lurus gw masih suka melon!!"
Vero memeluk dirinya sendiri. Mungkin, bukan Celine yang butuh di ruqyah. Tetapi dirinya. Siapa tau ia ketempelan hantu gay hingga membuat ia memimpikan hal tersebut.
Banyak tanda tanya dalam benaknya. Jika itu mimpi, kenapa dia bertemu dengan Reygan asli. Jika itu mimpi, kenapa Reygan berkata jika dirinya sudah mati kecelakaan. Jika itu mimpi, kenapa dia masih bisa merasakan sakit.
Tetapi di sisi lain ... Vero tak ingin memikirkan sesuatu diluar nalar itu. Jika dia bercerita pada orang lain, mungkin ia akan di anggap gila.
Mungkin, Vero akan menyimpan kenangan mimpi buruk itu untuk dirinya sendiri.
Bruk!!
Vero menabrak seseorang. Dia tak menyadari jika ada orang di depan karena tak fokus. Ia mengadahkan tanganmya kedepan berniat membantu pemuda yang ia tabrak. "Lo gak papa?" tanyanya. Ia merasa sedikit bersalah.
Pemuda itu mendongak. Dia menerima uluran tangan Vero. "Iya aku gak papa."
Mara Vero membulat sempurna. Dia menarik tangannya secepat kilat. "Vino?" tanyanya ragu.
"Kamu kenal aku?"
Shit!!
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak alur ✔
Novela Juvenil"Manusia punya cinta, tetapi dunia punya Norma." "Meski gw jadi Reygan, gw ga akan ngikutin sesuatu yang paling gw hindari." No bl! Don't copy