Vino berdiri di depan pintu besar mansion Erlangga. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Dia sedikit gugup karena ini kali kedua dia berada di kediaman Erlangga.
Kesan pertama yang dia dapat bukan lah tolakan. Tetapi sikap acuh dan menganggap dia tak ada di sekitar mereka meskipun dia nerada tepat di depan keluarga Reygan.
Pintu Mansion di buka, Vino masuk. Dia mengeratkan pegangan pada tas yang dia gendong. Vino memutuskan kemari untuk memastikan apa yang di katakan oleh kekasihnya benar atau tidak.
Dia masih tak percaya dan menerima dia di campakkan begitu saja. "Mungkin Rey sedang ada masalah."
"Semangat Vin! Kamu sudah bekerja keras dari awal kan!"
Vino datang dengan harapan apa yang di katakan Reygan aka Vero itu kebohongan belaka. Dia berpikir jika sang kekasih ingin memberikan dirinya kejutan. Selama dua bulan ini tak ada masalah selain dari keluarga Reygan yang tak menyetujui.
"Sedang apa?" Delvin yang ingin mengambil air hangat atas suruhan mama nya pun berhenti dan menghampiri Vino ketika pemuda itu kebingungan di mansion besarnya.
Vino terperanjat, dia langsung gugup dan menunduk kebawah. "A-anu bang ... Reygannya ada?" tanyanya terbata-bata
"Urusan nya sama lo apa?" balas Delvin acuh. Pemuda yang lebih tua 4 tahun dari Reygan itu menyilangkan tangan di dada.
"Reygan pacar aku bang." mengenyampingkan rasa takutnya, Vino membalas ucapan Delvin tanpa menyadari jika wajah dari pemuda itu pias.
Delvin memandang tajam Vino. "Lo nyadar ga sih? Apa yang lo katakan itu?" sarkasnya. Dia benci lelaki yang telah membuat adiknya menyimpang itu.
"Apa yang salah dengan itu bang? Reygan kekasihku. Kami saling mencintai," tegas Vino. Dia mendongak menatap Delvin yang lebih tinggi darinya.
"Sadar anjing! Lo cowok, adek gw cowok!" Delvin meninggikan suaranya. Dia maju dan menarik kerah Vino hingga membuat pemuda itu sedikit tercekik karena perbedaan tinggi yang sangat jauh.
"Apa yang salah dengan itu bang!"seru Vino frustasi. Apa yang salah dengan perasaannya.
"Apa yang salah lo bilang?!" Delvin mengangkat tangannya kuat untuk menampar Vino. Vino sudah menutup mata bersiap menerima tamparan itu.
"Delvin!"
Delvin langsung melepaskan Vino begitu suara mama nya mengintrupsi. "Jauhin Reygan! Jangan rusak adek gw dengan sisi menyimpang lo itu!" berangnya kemudian memilih pergi.
Vanya, selaku mama Delvin san Reygan menghela nafas. Dia menyusul putra sulungnya ketika apa yang dia minta belum datang sejak tadi. Lalu, apa yang dia dapat sekarang?
Dia sama sekali tak bisa berkomentar apapun tentang perlakuan sang putra pada pemuda yang sekarang menahan tangis. Reygan adalah kesayangan mereka, terutama Delvin. Dia juga lah yang paling kecewa karena keputusan sang adik memilih berhubungan dengan sejenis.
Wanita lembut itu menepuk bahu Vino. "Vino, pulanglah nak. Temui Reygan ketika dia sekolah nanti." kemudian beranjak pergi. Dia tak berkata lebih. Disisi lain Vanya menolak keras hubungan keduanya. Tetapi disisi lain, dia juga merasa kasihan.
Memang cinta tak ada yang tahu kemana ia akan berlabuh. Tetapi norma tak akan duduk menemani bersama segala sesuatu yang tabu. Hubungan keduanya adalah hal yang tabu. Meskipun di negara ini banyak yang demikian, tetapi keluarganya menolak hubungan sejenis.
"Tante, salah aku mencintai Reygan?" tanya Vino sebelum Vanya benar-benar pergi.
Vanya menghentikan langkahnya. Dia berbalik lalu tersenyum. "Tak ada yang salah dengan itu. Tetapi kadang, cinta tak harus memiliki kan?"
Tubuh Vino meluruh. Dia menangis kencang. Jika tak salah, kenapa hubungannya di larang?
*
Mannaf menyunggingkan senyum melihat kedua putra saling bersenda gurau. Bersama Hanya di samping Mannaf yang juga menyaksikan kebahagiaan yang datang setelah dua bulan lamanya sepasang saudara itu perang dingin.
"Nanti aku kuliah di tempat abang ya pa?" Mannaf mengangguk setuju. Dia mendekat dan mengelus rambut Vero.
Delvin mencubit pipi Vero."Sok sok an kuliah disana. Benerin dulu nilai kamu!" seluruh amarahnya hilang ketika melihat sang adik.
Meski dia kecewa, namun ia tak pernah mengurangi rasa sayang terhadap Reygan. Dia berharap jika adiknya cepat sadar dan segera menjauh dari hubungan yang sangat dia benci.
"Lihat saja nanti. Aku akan menjadi lulusan terbaik disana. Kan ma?" seru Vero meminta bantuan Vanya.
Vanya tersenyum. "Iya, putra mama kan hebat."
"Hehe."
Vero sangat bahagia. Dia tak pernah merasakan ini sebelumnya. Vero tinggal sendiri karena orang tuanya telah lama berpulang. Awalnya dia tinggal dengan sang paman, tetapi bibinya keberatan hingga membuat ia harus angkat kaki dari rumah pamannya.
Menyingkirkan hal negatif tentang cerita ini. Vero senang ketika mendapatkan hal positif.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak alur ✔
Teen Fiction"Manusia punya cinta, tetapi dunia punya Norma." "Meski gw jadi Reygan, gw ga akan ngikutin sesuatu yang paling gw hindari." No bl! Don't copy