Sesuai perkataan Alex. Kehidupan sekolah Aliya tak tenang. Gadis itu selalu mendapatkan perundungan kemanapun dia pergi. Alex sengaja mengajak semua orang yang sudah bosan melihat tingkah Aliya untuk membully gadis itu.
Hanya dengan satu gerakan, mereka semua mengiyakan permintaan atau lebih tepatnya perintah Alex merinding Aliya. Mendandakan betapa mereka sudah kes oleh tingkah menyebalkan gadis itu.
Seperti saat ini, Hp Aliya di lempar sana sini oleh keempat siswa. Sementara Aliya mengejar kemana hpnya di lempar. "Balikin sini!" serunya. Dia harus menjijit agar bisa sampai. Karena mereka sengaja meninggikan ponsel Aliya. Apalagi tinggi mereka yang tak sama.
Dari kejauhan Alex memandang sinis. "Makanya jangan main-main sama gw!"
Reygan hanya bisa bergidik ngeri. Dalam hati dia menekankan diri untuk tak pernah menyinggung Alex. Melihat wajah lelah Aliya, berhasil membuat Reygan gugup. Ia jadi penasaran, seberapa besar pengaruh Alex bagi sekolah ini.
"Lex, ini ga berlebihan kan?" celetuknya.
Alex menoleh ke arah Reygan. "Ini termasuk yang paling ringan. Gw bakal nyuruh mereka berhenti dalam seminggu. Kalo gadis itu berbuat lebih, bukan hanya seminggu, tetapi sampai dia keluar dari sekolah ini."
Sungguh, bulu kuduk Reygan berdiri. Wajah Alex terlihat meyakinkan. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat ia melihat kebelakang tempat dimana Aliya di permainkan.
Reygan melihat seseorang yang melambai padanya. Matanya membola, dia berpikir bagaimana mungkin orang itu disini, memakai seragam yang sama dengannya.
Reygan mengalihkan perhatiannya dari orang itu dan bertanya pada Alex. "Alex, hari ini ada murid pindahan?"
Alex berpikir sejenak sebelum menjawab. "Gw ingat. Keknya ada sih. Dia sekelas sama kita. Kenapa emangnya?"
Reygan menggeleng pelan. "Gak papa. Gw cuma tanya." lain di mulut lain di hati. Karena Reygan saat ini tengah mengumpat dalam hati. Berdoa masa sekolah sekaligus masa depannya tak terancam melihat keberadaan orang itu.
Orang mencurigakan yang ia temui sejak menjadi Reygan, Glen Scoot.
*
Reygan memakan makanannya dengan keringat dingin, bagaimana tidak. Orang yang ingin dia hindari sekarang berada satu kursi dengannya di meja kantin, tepat di sebelahnya.
"Gw kira lo pindah kemana. Sejak Vino masuk penjara, lo juga menghilang. Jadi, gw nyari lo. Setelah ketemu, gw nyusul lo kesini," kata Glen. Pemuda itu tersenyum pongah.
"Haha." Reygan tak bisa menjawab. Dirinya hanya bisa tertawa pelan. Keberadaan Glen membuat dirinya was was. Apakah ia tak berhasil untuk lari dari plot cerita.
Ataukah meski alurnya melenceng, tetap akan ada alur yang berjalan? Ya ampun, tubuh Reygan merinding sekujur tubuh mendengar ucapan Glen. Untuk apa Glen mencari keberadaan nya. Untuk apa Glen menyusul dirinya.
"Kalian temenan?" tanya Hiro di seberang. Menunjuk Reygan dan Glen bersamaan.
"Ti-"
"Iya, kami teman dekat, ya kan Rey?" jawab Glen memotong ucapan Reygan. Tangannya dengan berani memeluk pinggang Reygan tanpa sepengetahuan kedua manusia di depannya.
Hiro mengangguk. Dia pun mengenalkan diri, begitu pula Alex.
Sementara Reygan harus menahan diri untuk tak memberontak karena ancaman Glen. Ia harus merelakan pinggangnya di sentuh oleh tangan Glen yang sekarang mangelus di bagian pinggang.
Glen berbisik memintanya untuk diam. Atau ia akan melakukan hal lebih dari sekedar memeluk pinggang.
Reygan merasa hidupnya mulai berantakan kedepannya. Dia tak menyangka jika Glen segila itu. Apakah Glen menyukai Reygan? Glen hanya pemeran sampingan kan.
Glen tak akan berbuat jauh kan?
**
Brak!!
"Maksud lo apaan ngancem gw gitu?!" marah Reygan. Dia membanting tubuh Glen ke wastafel toilet. Dia yang sudah tak tahan menahan jijik pun menyeret Glen ke kamar mandi setelah izin pada Hiro dan Alex.
Glen terkekeh. Dia mengabaikan punggung nya yang terbentur pinggiran wastafel. "Wow, setelah hampir dua bulan lo hilang ... Akhirnya gw ngerasain pukulan lo." pemuda itu menjilat lidahnya sendiri. Menatap Reygan penuh dengan nafsu bejatnya.
"Lo gila!" umpat Reygan. Dia memandang jijik wajah Glen yang memerah.
Glen menyeringai kecil. "Gw gila karena lo Rey!"
"Lebih baik lo keluar dari sekolah ini. Kalo lo ga keluar, gw yang akan pergi jauh dari sini!" ancam Reygan. Demi keselamatan hidupnya, dia harus bersikap seperti ini.
Reygan memandang heran Glen yang sekarang tertawa keras.
"Mau lo pergi kemanapun. Gw akan tetep bisa nemuin lo Rey. Udah cukup gw ngalah sama Vino. Lo harus jadi milik gw!" tekan Glen beserta nada posesifnya.
Reygan bergidik ngeri. Harusnya dia tau jika 90% orang di cerita adalah orang gila yang menyimpang. Ia segera membuka pintu untuk lari dari Glen yang seperti nya sudah bernafsu padanya. Namun ...
Brugh!
Gyut!
Sayang sekali, dia kalah cepat dengan Glen yang mendorong dirinya begitu keras ke arah pintu. Lalu menyuntikkan Reygan dengan sesuatu yang ia tak tau. Yang pasti, mata Reygan memberat.
'Sial! Ada apa dengan manusia disini?!' ucapnya frustasi sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
Mungkin dua chapter kedepan akan ending ...
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak alur ✔
Dla nastolatków"Manusia punya cinta, tetapi dunia punya Norma." "Meski gw jadi Reygan, gw ga akan ngikutin sesuatu yang paling gw hindari." No bl! Don't copy