8.

6K 784 56
                                    









"Abang nanti adek cuddle ya??" rengek Vero memeluk lengan Delvin. Delvin tersenyum pahit dan mengelus rambut Vero.

"Iya nanti Cuddle lagi." Delvin memegang tangan sang adik yang bebas infus.

Vero memangguk semangat. "Nanti abang usap usap kepala adek biar adek lekas wushh tidur hehe." bibir itu menyunggingkan senyum tulus.

Namun Delvin yang melihatnya merasa terkeken karena rasa sesak. Adiknya harus seperti ini karena mental yang terguncang. Delvin memang ingin adiknya manja padanya, tetapi bukan seperti ini caranya.

Adiknya menjadi pribadi yang berbeda ketika bangun setelah dua hari tak sadarkan diri. Dokter berkata jika otak sang adik menolak ingatan kenangan buruk yang baru saja di alami. Hingga pribadi yang baru terbentuk dari kenangan yang buruk. ( ngasal )

Entah Delvin harus senang atau sedih. Dia tak bisa berhenti menyebut dirinya abang gagal. Melihat tatapan polos adiknya berhasil membuat ia kembali menangis.

Melihat abangnya menangis. Vero menghapus air mata Delvin. "Abang kenapa nangis? Adek ada salah? Atau kalau cuddle, adek peluk abang erat erat sampek ugh ugh nafas abang gitu?" ujar Vero memperagakan orang sesak nafas.

Bukannya berhenti Delvin semakin menangis. Dia menarik adiknya ke dalam pelukannya. Ia meminta maaf karena menjadi abang yang gagal menjaganya.

Vero yang tak mengerti pun celingak celinguk. Dia menatap papa dan mama nya yang melihat kearahnya. Tangannya melambai ke arah kedua orang tuanya dengan senyuman manis miliknya.

Vanya mengeratkan pegangannya di lengan sang suami. Ibu dua anak itu membalas senyuman sang putra dan lambaian tangannya. Berbeda dengan hatinya yang teramat sesak melihat kondisi sang putra.

Vanya sempat down ketika mendengar putranya di culik dan berakhir seperti ini. Hatinya semakin hancur ketika anaknya menjadi pribadi yang polos dan tak tau apapun. Sakit hatinya saat tubuh putranya di jamah paksa. Dia tak menyangka jika Vino begitu nekat hingga membuat anaknya seperti ini.

"Tegar sayang. Jangan ingatkan putra kita kenangan buruk itu," ujar Mannaf menguatkan sang istri. Walaupun dia juga merasakan hal yang sama.

Semuanya sama-sama terluka. Tetapi mereka sama-sama berkomitmen untuk tak mengingatkan Vero terhadap kejadian yang menimpa nya.

**

"LO MANUSIA MENJIJIKKAN YANG PERNAH GW TEMUI VINO!" geram Delvin. Dia menghapus kasar air mata yang tiba-tiba meluruh tanpa disuruh. Sejak tadi dirinya adu mulut dengan Vino.

Vino tergelak. Dia bersedekap dada. Di balik tembok kaca Vino memandang Delvin rendah. "So? Manusia menjijikkan ini yang pertama kali menyentuh adikmu," pungkasnya. Entah kemana larinya sifat lemah lembut Vino.

Brak!

"Bajingan! Gw akan buat lo mendekam di penjara seumur hidup!" tekan Delvin penuh ancaman. Matanya menyorot benci wajah Vino yang hanya menyeringai.

"Tak masalah bagiku. Yang penting aku sudah mendapatkan apa yang aku mau." mengangkat bahu acuh. Vino berdiri dan pergi. Waktu kunjungan masih lama, namun pemuda itu memilih mengakhiri lebih awal.

"Vino! Berhenti! Berhenti anjing!!!" teriak Delvin. Dia berniat akan menyusul Vino dan menghajarnya. Akan tegapi dua petugas polisi menahan tubuhnya.

Delvin menyentak kedua polisi itu hingga terlepas. "Bangsat lo Vin ... Lo udah buat adek gw hancur." ia menutup wajah dengan tangannya.

Delvin berharap adiknya akan melupakan kejadian ini. Haruskah ia bersyukur adiknya berada di kondisi yang sekarang? Katakan dia jahat, tetapi mungkin ini yang terbaik untuk adiknya.

Delvin tak ingin adiknya depresi berujung masa depan yang suram. Masa depan sang adik masihlah panjang.











Tbc.

Gimana? Enak kan? Jadi Vero ga perlu ingat si onoh dan depresi.

Kedepannya Vero bisa di panggil Reygan?

Atau tetep Vero?

Menolak alur  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang