Berjiwa Besar

779 149 11
                                    

Juan cukup merasa lega saat keputusan baik berpihak pada keponakannya. Janin tak berdosa dalam rahim Ester tidak akan lagi terkatung-katung nasibnya. Walau bukan ayah biologis yang akan menikahi keponakannya, paling tidak masih ada hubungan keluarga dengan nama Eleazer.

Gary menundukkan kepala saat matanya berserobok dengan manik legam Juan. Lansia itu tentu saja masih menyimpan kebencian pada pemuda pengecut yang hanya mampu menebar benih sialannya tanpa mau bertanggung jawab. Walau Juan sebenarnya cukup prihatin dengan laki-laki muda yang tidak bersalah dalam hal ini, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak. Yang terpenting baginya, masa depan Ester dan calon bayinya tidak akan sekelabu yang telah terbayangkan.

Mungkin, hidup bersama dengan seorang Lukas Leonathan akan lebih baik yang notabenenya lebih berjiwa besar mau menikahi Ester yang telah dinodai keturunan utama Eleazer, yaitu Gary Gevariel.

“Nak Ester, nggak keberatan kan bukan menikah dengan anak saya?” tanya Carlin tersenyum—yang dapat Ester rasakan tidak ada ketulusan di dalamnya.

“Iya, Nyonya,” jawab Ester menundukkan kepala seraya meremas ujung rok selututnya.

Melihat kecemasan gadis itu membuat Lena peka dan lekas menumpuk punggung tangannya sembari berbisik menenangkan, “Tenang, Den Lukas orangnya baik. Nggak pernah aneh-aneh selama Bibi mengenalnya.”

“Lukas, Tante ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Berkat kamu, masalah ini bisa diselesaikan dengan baik tanpa ada pihak manapun yang dirugikan,” kata Carlin memandang semua yang hadir satu-persatu. Ia sadar apa yang telah diucapkan membuat dada pemuda yang dijadikan tumbal tengah bergemuruh karena jelas-jelas dia lah yang sangat dirugikan.

“Ya, Tante. Ini sudah kewajiban saya membayar segala kebaikan keluarga Eleazer,” balas Lukas singkat dengan ekpresi dingin.

Carlin mengangguk, lalu menoleh pada pria lansia yang masih terlihat gagah, “Kalau begitu pelaksanaan pernikahan mereka kita lakukan dua pekan dari sekarang. Gimana, Pak Juan?”

“Saya setuju saja. Bukankah lebih cepat lebih baik mengingat perut Ester akan semakin besar?” timpal Juan menyetujui.

“Baiklah kalau begitu, berhubung saya juga masih harus disibukkan dengan pernikahan anak saya dua minggu setelahnya. Jadi, ada baiknya pernikahan dilakukan tidak terlalu besar-besaran karena—“

“Cukup dengan Pendeta meresmikan hubungan kami, selebihnya nggak perlu ada ritual pesta yang nggak berguna. Hanya itu permintaan saya.” Lukas memangkas cepat. “Jujur, saya juga masih terlalu syok dengan semua ini. Saya harap, baik Tante Carlin dan Pak Juan mau menghormati dan mengabulkan permohonan saya,” imbuhnya serius menatap bergantian dua orang dituakannya.

“Saya sih setuju saja. Gimanapun Lukas juga berhak mengutarakan keinginannya. Pak Juan jangan khawatir, biaya pestanya nanti akan dicairkan langsung ke dalam rekening Anda supaya nggak menilai keluarga kami aji mumpung dan memanfaatkan aib ini agar tidak keluar modal sepeser pun.” Kata-kata Carlin sungguh sangat arogan. Seolah menganggap semua hal bisa dibeli dengan uang.

“Astaga, Nyonya! Kalau memang sedari awal tujuan saya uang, saya akan menuntut nominal fantastis—bukan malah meminta keponakan saya dinikahi!" sanggah Juan dengan suara ketus. Bola matanya memerah menahan amarah akibat kalimat merendahkan dirinya. “Saya masih memegang prinsip turun-temurun yang nggak menerima perempuan hamil di luar nikah tanpa suami, maka saya akan mengejar orang itu sampai ke lubang semut pun untuk bertanggung jawab atas perbuatannya!”

“Baik, Pak Juan saya mengerti. Saya rasa sudah cukup banyak waktu yang tersita. Kalau nggak diakhiri saya rasa masalahnya akan melebar ke mana-mana,” pungkas Carlin pada akhirnya. Bukan untuk mengalah, tetapi lebih ke menghindar karena sudah muak berurusan dengan rakyat jelata yang dinilainya banyak kemauan.

Redeeming LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang