Kent Abimana Salim
Karena ia januari ; pria yang hanya menoreh warna putih.
Remaja pria yang berkulit putih pucat fasih sedang menerjang waktu magrib sambil sesekali memandangi gadis manis dari spion motor nya yang mengarah langsung ke wajah nya, setiap melihat nya dalam kesunyian ia jadi bernostalgia, Kent tak ubah lembar kertas warna putih bukan karena warna kulit nya yang nampak putih bersih seperti porcelain tapi karena ia adalah figur yang tidak pernah aneh-aneh selalu berjalan sesuai garis hidup yang semestinya, kepribadian nya sebenarnya kalem dan tidak banyak berbunyi namun ternyata ketika ia berhadapan dengan gadis yang keras nya minta ampun malah ada buih keinginan nya untuk menggandeng dan menuntun nya menghadapi dunia yang kejam nya teramat sangat ini.
Januari menjadi berarti ketika ia terlahir dan hadir didunia seolah tahun itu diawali dengan manis dan penuh perayaan yang meriah, Kent abimana salim , lahir di keluarga Chinese Budha dan tumbuh dalam pekat hangat nya keluarga, ia tidak pernah muluk-muluk dan selalu menjadi figur anak tunggal yang bisa dibanggakan, demikian setiap tahun nya dikala ia bertambah umur atau sesederhana pencapaian kecil, selalu keluarga nya rayakan meskipun hanya kecil-kecilan.
Sore itu di hiasi dengan langit yang bercampur antara jingga dan merah muda, angin berhembus tenang namun sedikit membuat bulu kuduk nya berdiri, entah karena suasana restoran outdoor yang terasa dingin dan keluh karena hangat nya mentari sedikit demi sedikit terkikis atau karena rangkaian pertanyaan nya yang ia tau betul akan membuat orang tua nya terkejut.
"Pah aku boleh pacaran ga sih? Kan aku sudah masuk SMA yang papa mau" ada alasan mutlak dibalik pertanyaan nya itu, entah sejak kapan ia merasa demikian, awalnya ia pikir ini hanya masa puber nya yang sedang bergejolak hingga setiap ia menaruh pandang pada teman sekelas nya itu rasanya ia ingin melindungi nya padahal sudah jelas-jelas hanya di balas acuh oleh sang gadis, namun seberapa kalipun di tepis perasaan itu malah semakin menggebu-gebu.
Papa nya hanya tersenyum simpul menyadari bahwa putra kesayangan nya terlalu cepat bertumbuh dewasa "boleh, kalo itu ngga ganggu kamu belajar kenapa engga? Yang penting kan kamu bahagia"
"Papa gamau terlalu menekan kamu, tapi kamu selalu membuktikan diri kalau kamu bisa, awal semester aja papa ga nyangka kamu bisa ada diperingkat 1" Pria yang berusia pertengahan tiga puluhan itu selalu mengutamakan kebahagiaan Kent, baginya apapun yang dipilih nya asal ada tanggung jawab disela-sela nya maka akan dibiarkan begitu saja, kelak ia akan membawa diri nya sendiri kemanapun ia pergi tanpa figur sang kepala keluarga di sisi nya.
Kent tersenyum getir semakin dibebaskan rasanya semakin ia memasang pembatas pada dunia karena ia tidak ingin mengecewakan orang tua nya, hati nya berdegup seperti ada perang batin disana, ada yang bertubrukan diantara iya dan tidak namun akhirnya ia memutuskan untuk bertanya saja meskipun harus ada penolakan nanti nya, "tapi dia islam pa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban boy | Sohee RIIZE
FanfictionInilah aku dengan aku yang sebenarnya - Shaka Maetala Nararya Where regular uptown girl meet her suburbs boy.