03. Niskala punya arti.

14 0 0
                                    

Hari-hari berlalu, mereka berdua semakin dekat. Pergi kesana kemari bersama. Mengopi, membaca dan melakukan segala hal bersama. Juga tentang hal yang belum sempat Ghea tanya, masih ia pendam dari Minggu sebelumnya. Supaya tidak menganggu momen yang ingin ia habiskan bersama Limelka. Memang dasar budak cinta. Padahal, belum tentu Melka memiliki perasaan yang sama. Walau, wajar saja kalau Ghea jatuh padanya. Siapa yang tidak terpana dengan wajah rupawan Melka? Apalagi mendengar tiap kata indah yang Melka layangkan.

Mungkin bagi sebagian orang di luar sana yang mendengarnya. Melka hanya seorang pria dewasa yang bermodal kalimat indah bak gombal remaja yang memikat kasihnya. Tetapi, perkataan Melka berbeda dengan gombalan cheesy yang membuat bulu kuduk berdiri. Justru, Melka lebih sering membuat orang yang mendengarnya tersipu tanpa bermaksud merayu. Ghea, contohnya. Menurut Ghea, Melka itu Adiwarna dan penuh rahasia. Indah, sangat indah dan tidak sembarang orang dapat memahami kata-katanya. 

Dua bulan setelahnya, mereka semakin mengenal satu sama lain. Walau sebenarnya kalau Ghea sadari, selama ini ia tidak mengenal Melka sejauh ia mengenal dirinya. Entah tentang dia dan dunianya. Contohnya sekarang. Malam setelah pergi dari Galeria berdua dan beristirahat di rumah. Melka tanpa di minta mengirim playlist lagu untuk menemani Ghea belajar. Terharu sudah pasti. Apalagi setelah mengetahui profil akun Spotify milik Melka yang menampilkan foto Melka saat pertemuan kedua mereka. Foto itu, Ghea yang memotretnya serta ajakan tiba-tiba dari Melka melalui telepon. Ia mengajaknya pergi ke pantai setelah Ghea selesai ujian, Ghea yang mendengar itu pun langsung menyetujui ide tersebut dengan senang hati.

Pada hari Minggu, setelah Ghea melewati ujiannya. Mereka pergi bersama ke pantai dengan motor yang biasa Melka pakai. Sesampainya di sana, mereka langsung asyik bermain pasir dan Ghea yang berlari kegirangan. Setelah asyik bermain, mereka memilih duduk beristirahat. Ia lebih dulu duduk, sebab Melka sibuk membersihkan tempatnya setelah membersihkan tempat yang Ghea duduki. Mereka duduk berdampingan dan berjarak sekitar 2 meter dari air pantai. Berniat menghindari cipratan ombak. Ghea menutup mata sejenak disusul Melka yang mengikutinya. Menikmati angin pantai serta langit yang mulai menunjukkan senjanya. 

Di saat momen seperti ini, hal terbaik yang harus dilakukan adalah melamun. Melupakan masalah yang ada, menikmati pemberian indah yang Tuhan beri.

Ia membuka mata, menganggumi objek indah depan mata. Ombak, batu-batu besar, serta air yang terlihat sangat biru dan menawan hari ini. Membuang nafas guna melepas penat sejenak. Menatap langit yang juga tak kalah indah menghilangkan sesak.

Tiba-tiba tanpa disadari, Ghea mengucapkan hal yang ia rahasiakan selama ini.

"Aku mau mati di pantai," ucapnya sembari terkejut dengan perkataannya sendiri.

Melka yang sama halnya sedang menikmati pantai saat ini pun menoleh. Ia membelalakkan matanya, terkejut dengan ucapannya. Ghea pun merasa bersalah telah menghancurkan kegiatannya yang sedang mengagumi alam.

Ia pikir, Melka akan memaksa dan melontarkan banyak pertanyaan atau merespon dengan sederet kata bak ceramah yang menyebalkan. Nyatanya, ia kembali menatap air di hadapannya dengan tenang. Padahal, baru saja matanya terbelalak. Sunyi datang di antara keduanya.

"Ghe," panggilnya. Ghea menoleh.

"Kamu tau? Asa itu selalu ada. Begitu juga aku untuk kamu, selalu ada."

Ia terdiam, memandangnya sembari menunggu lanjutan kata.

"Terima kasih sudah bertahan, ya. Terima kasih masih memilih hidup, walau harapanmu sedang redup."

Ghea menundukkan wajahnya dan merespon ucapan Melka dengan senyuman.

"Kamu tau? Aku gak percaya sama harapan, Mel. Asa bisa hilang kapan aja atau terganti nantinya. Sama aja kayak cinta," Ghea menghadap langit, menghirup udara pantai.

"Aku bahkan bingung, kenapa orang-orang bisa selama itu jatuh cinta? Gimana caranya sampai kayak gitu, ya? Kamu tau, Mel?"

Melka yang mendengar itu pun tertawa pelan. Sedangkan, Ghea terheran-heran dengan respon yang Melka berikan.

"You can't ask someone how they falling in love, Ghe. Karena cinta yang sesungguhnya itu membingungkan. Bingung kenapa bisa sejatuh itu, bingung kenapa bisa sedalam itu, bingung bagaimana mereka bisa masuk ke dalamnya and how they will out. Kita gak akan pernah ngerti karena mereka pun gak punya alasan yang bisa di ungkapkan. And that's why you can't ask me how people falling in love. Karena aku gak punya jawaban sepatah kata pun dari pertanyaan sederhanamu itu. Contohnya aku. Aku bingung kenapa hatiku pilih kamu."

Kacaunya, untuk kesekian kalinya ia jatuh pada kalimat indah Melka serta ungkapan terakhir yang mampu membuat seluruh wajahnya memerah. 

ASAMERTA | END. [MARK LEE]Where stories live. Discover now