01. Asmara tanpa sengaja.

30 1 0
                                    

Setelah jam kelasnya berakhir, Gheala memutuskan pergi ke perpustakaan. Berniat membaca beberapa buku untuk bahan tugasnya. Maka, setelah kelas berakhir dan dosen keluar. Ia segera beranjak keluar dan berpamitan kepada teman-temannya untuk pulang lebih dulu.

Sesampainya di perpustakaan, ia langsung mencari buku yang akan di baca dan mencari tempat untuk mengerjakan tugasnya. Ghea mengeluarkan buku, laptop, dan botol minumnya. Lalu, fokus mengerjakan tugas dan mengabaikan hal di sekitarnya. Setelah memakan hampir 3 jam di perpustakaan, ia membereskan barang-barangnya untuk segera pulang. Baru saja ia menutup laptop, saat menghadap ke meja di hadapannya, terdapat buku di sana. Seseorang sepertinya meninggalkan bukunya, entah di sengaja atau tidak. Tetapi, Ghea memilih untuk mengambil buku itu. Membukanya dan mengecek info si pemilik buku. Lalu, mendapati nama di lembar pertama buku yang tertera Marellon Limelka. Serta, terdapat nomor yang langsung ia kirimkan pesan apakah nomor tersebut benar si pemilik buku. Karena tidak mendapat balasan selama beberapa menit, ia memilih untuk membawa buku itu pulang bersamanya. Malamnya, pemilik buku membalas pesan Ghea dan memberi tahu akan mengambil bukunya di tempat yang sama.

Keesokannya, mereka bertemu kembali seperti yang sudah di janjikan. Setelah berkenalan, mereka duduk berdua sejenak, ajakan dari sang pemilik buku. Untuk berterima kasih dan membuang waktu luang, katanya. Ia bercerita apa yang ada di notebooknya itu. Padahal Ghea tidak meminta diceritakan walau sedikit penasaran. Lalu, ia bertanya. Pertanyaan yang ingin sekali di tanyakan dari pertama kali ia melihat Melka di sana.

"Kamu suka nulis, ya?" tanyanya.
Yang ditanya pun menoleh, menatapnya sebentar lalu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

"Pantes aja kemarin kamu fokus nulis sesuatu di buku itu. Awalnya aku pikir lagi nugas, ternyata lagi buat cerita." Jelas Ghea bersamaan dengan senyuman tipis yang Melka berikan padanya.

"Kenapa kamu suka nulis?" tanya Ghea lagi.

"Saya pengen hidup dan abadi." Jelasnya sembari menatap Ghea sejenak.

"Maksudnya?"

"Ah, kamu gak ngerti ya?"

"Ngerti, tapi maksud saya. Kamu pengen abadi sedangkan di cerita kamu aja tokohnya bukan kamu,"

"Tapi nama saya ada di tiap buku yang akan saya terbitkan nanti, Ghe."

"Setidaknya orang tahu kalau saya ada dan nyiptain karya yang gak seberapa itu," lanjutnya sembari menatap ke arah luar jendela.

Ghea yang mengerti pun mengangguk, lalu bertanya kembali.

"Lantas, siapa yang akan kamu buat abadi di dalam ceritamu selain diri kamu sendiri?" ia kembali menoleh, menatapnya dalam, lalu menjawab.

"Belum tau,"

Ghea mengangguk dengan perasaan sedikit kecewa karena tidak mendapatkan jawabannya.

"Tapi saya yakin, saya gak akan salah mengabadikan seseorang di dalam buku saya nanti." Jelas Melka singkat dan beranjak dari duduknya.

Ghea yang mendengar itu pun mengangguk sembari memperhatikan Melka yang menggendong ranselnya.
 
"Matahari mulai turun. Saya pulang dulu, ya. Kamu gak pulang?" tanya Melka yang memperhatikan langit dari dalam jendela.

"Nanti, sebentar lagi. Kamu–" Ghea menggantungkan kalimatnya.

"Hati-hati pulangnya, Melka."

Ia hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya. Namun, baru saja beberapa langkah. Melka memutarkan badannya kembali dan berkata sesuatu pada Ghea yang mampu membuatnya diam.

"Kamu tertarik untuk abadi di cerita saya, Ghe?"

ASAMERTA | END. [MARK LEE]Where stories live. Discover now