𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏𝟎 ☘️

42K 3.1K 24
                                    

Sinar hangat dari mentari pagi menyambut Asher yang baru saja menginjakan kaki di sekolahnya. Setelah cukup lama tidak berangkat karena insiden kemarin. Vorxe, mengikuti langkah adiknya dari belakang. Menenteng tas milik si bungsu yang nampak berseri-seri di hadapannya.

Mereka melangkah beriringan menuju kelas Asher, sesekali si bungsu akan berhenti ketika ada siswa yang bertanya soal keadaannya. Mereka khawatir karena tahu apa yang terjadi dan setelahnya Asher menghilang cukup lama. Tanpa sadar Asher sudah menjadi pusat atensi siapapun di sekolah.

Pemuda yang dulunya dijuluki si jenius sakit jiwa, kini hadir dengan kepribadian dan penampilan baru. Asher yang antisosial, selalu sendirian dan hanya fokus pada buku-buku pelajaran membuat mereka enggan berdekatan. Belum lagi ketika istirahat tiba akan ada drama heboh, perundungan Agrerros pada pemuda itu. Ah jangan lupakan kisah nya mengejar perhatian sang kakak yang bertepuk sebelah tangan. Namun setelah terendus kabar bahwa bungsu Torricely itu nyaris meregang nyawa karena overdosis obat tidur lalu dinyatakan kehilangan sebagai ingatannya Asher hadir dengan versi baru.

Penampilan rapi yang begitu menarik, sepasang netra velvet blue dan surai legam sepanjang bahu yang selalu diikat rapi. Terlihat tampan dan cantik, wajah kusam yang biasanya disembunyikan surai acak-acakan kini nampak putih bersih berseri hingga menampilkan semburat merah alami di pipinya. Sifat tenang namun hangat juga menjadi pemicu utama para siswa tertarik mengenalnya.

Setidaknya dia menyelamatkan kehidupan pemilik tubuh ini. Begitulah fikirannya dahulu. Kini pemuda itu sudah sepenuhnya menjadi Asher. Ingatannya pada kehidupan di raga sebelumnya benar-benar sudah pudar. Digantikan ingatan segar dari hal hal yang baru dialaminya, ditambah beberapa ingatan lama milik si pemilik tubuh sebelum ia menempati raga ini.

"Sherapphine sudah sehat?" Tepat ketika tiba di hadapan pintu kelas, Justin bertanya. Pemuda itu nampak berdiri di depan papan tulis, tersenyum lebar ke arah Asher. Yang dibalas senyuman tipis dan anggukan pelan olehnya.

"Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" Asher beralih pada Vorxe, memberikan jempol pada sang kakak lalu membiarkan pemuda itu pergi setelah menyerahkan tas milik Asher yang sedaritadi dibawanya.

Asher duduk dengan tenang di tempatnya, di depan tempat duduknya ada Hafsa yang tengah menyantap kue coklat ditemani susu kotak rasa coklat juga. Asher tak terlalu peduli dengan itu, tapi jika anak itu kembali mencari masalah dia tidak akan diam. Enak saja gara-garanya dia sampai harus melakukan pembedahan.

"Asher," panggil seorang siswi dengan name tag Rihanna Law. Salah satu teman sekelas Asher. Namun dia hampir tidak pernah berinteraksi dengan intens. Jadi melihat siswi itu mendekat ke arahnya dia merasa heran.

"Aku bawa bekal untuk kamu, ini aku masak sendiri khusus buat kamu. Dimakan ya." Tanpa menunggu jawaban Asher siswi itu meletakan kotak makan berwarna biru muda di hadapannya. Asher mengangkat satu alisnya. Lalu memilih menyisihkan kotak itu ke bawah meja. Ada storage mini di bawah meja. Untuk menyimpan buku atau apapun itu.

Kelas hening setelahnya, sampai guru tiba dan mengajar dengan tenang.

. ☘️☘️☘️ .

"Dari siapa?" Pertanyaan muncul dari Vorxe saat Asher datang dengan kotak makan yang diberikan Rihanna tadi pagi. Asher mendudukan diri terlebih dahulu, menyimpan kotak makan itu di tengah meja.

"Teman sekelas," sahut Asher apa adanya. Vorxe mendelik tajam. Menyingkirkan kotak makan itu dari hadapan sang adik. Lalu memberikan papper bag hitam polos dengan lambang keluarga Torricely di tengahnya yang dominan berwarna gold.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang