"Waktunya 2 jam dimulai dari sekarang!!" Pekikan khas bungsunya Max menggelegar di taman belakang Mansion. Kini tuan muda kita yang satu ini tengah mengadakan acara lomba masak. Dengan peserta 3 kelompok yang terdiri dari 2 orang setiap kelompoknya. Ada Arthur dan Frederick di kelompok pertama, lalu Max dan William di kelompok kedua dan terakhir Sean dan Vorxe. Untuk jurinya ada Asher, Marchell si kakak keduanya dan dua sepupunya. Rupanya anak itu belum kapok dengan nasi goreng buatan Sean yang membuat Jonathan keracunan. Ah mari kita lihat saja hasilnya.
Asher berkeliling ke setiap kelompok untuk mengintip proses memasak mereka, nampaknya dari ketika kelompok itu yang paling tenang adalah kelompok Frederick. Mereka berdua nampak sunyi. Benar-benar sunyi, bukan hal baik juga sebenarnya. Lalu Max dan William sudah pasti memperdebatkan hal tidak penting. Sean? Jangan tanya.
Di tempatnya Sean nampak santai, tepatnya tidak peduli dengan apa yang dia masak. Vorxe juga bukan rekan yang baik, kesabaran anak itu bahkan lebih tipis dari Sean.
"Kak bawang merah! Bukan itu." Vorxe ngegas ketika Sean yang dia suruh mengiris bawang merah malah mengiris cabe merah. Sedangkan si pelaku hanya memandang acuh.
"Sama-sama merah, sama saja." Vorxe mengusap wajahnya kasar, frustasi dengan rekan satu tim nya ini. Namun tak lama ada yang aneh dengan wajahnya, terasa panas. Netranya melirik ke arah tangannya.
"F*uck?!" Pekiknya kala menyadari dia baru saja memotong cabe rawit, pantas wajahnya panas. Tanpa basa-basi dia mencuci wajahnya di wastafel yang berada di ujung bench yang mereka tempati. Melirik ke arah sabun cair warna hijau lalu tanpa fikir panjang dia gunakan untuk mencuci wajahnya.
Asher yang memperhatikan dalam dia hanya bisa menepuk dahinya. Terlalu terkejut dengan tingkah kakaknya. Apalagi Vorxe mencuci wajah dengan sabun cuci piring.. Apa wajahnya akan kinclong seperti piring? Ya tanyakan saja nanti.
Marchell, Lexy dan Levien duduk anteng di sofa dengan kopi di masing-masing tangannya. Mereka cukup ahli dalam memasak makanya Asher tidak mengikutsertakan mereka. Untuk Drystan dia tidak ada disini. Sedang ikut bersama Louis ke Italia.
"Bedebah! Ini kenapa bisa gosong?!" Ditempatnya Max dibuat naik pitam gara-gara satu bagian dari masakannya gosong. William yang tengah mencuci sayuranpun dengan kesal melemparkan terong pada sang kakak.
"Salahmu sendiri bodoh!" Max mendelik tajam, namun enggan membalas dia harus segera memperbaiki masakannya agar bisa memenangkan lomba ini dan membuat si bungsu bangga.
"Minggir aku akan mencuci ini!" Max menyenggol bahu William dengan tidak santai yang dihadiahi tendangan di tulang keringnya. Pria itu mengaduh sesaat sebelum kembali pada tujuannya mencuci wajah gosong..
William sendiri sudah misuh-misuh karena kesal. Namun tak ayal dia segera memotong-motong sayurannya. Ia potong sesuka hati, tidak santai sama sekali bahkan membuat beberapa potongannya mental ke sembarang arah.
Lagi-lagi Asher harus menghela nafas sabar, memang jika di ajak beradu kekuatan atau kemampuan bertarungnya mereka tidak diragukan lagi namun, jika sudah berurusan di dapur mereka payah sekali. Tapi tak apa lah, melihat ekspresi mereka yang tak biasa membuat Asher terhibur. Daripada biasanya datar-datar tak berwarna.
Frederick mematikan kompor lalu menatap sekeliling, dia membutuhkan satu bahan lagi namun sepertinya disini tidak ada yang menarik perhatian. Maka pria itu mendekat pada Arthur membisikan sesuatu, setelah mendapat anggukan pria itu menjauh dari area lomba. Frederick berjalan ke arah kolam ikan hias milik Max yang memang berada tak jauh dari tempat mereka saat ini. Dahinya berkerut sejenak seperti tengah berfikir. Lalu berjongkok di pinggir kolam, lengan kemejanya ia gulung sampai sikut lalu dengan tangan kosong Frederick berusaha menangkap ikan di sana. Asher lagi lagi dibuat takjub. Tidak ada yang memperhatikan Frederick selain dirinya karena mereka sibuk pada masakannya dan jurinya tengah bersantai ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞
Ficção AdolescentePernah mendengar soal transmigrasi jiwa? Mungkin itulah yang dirasakan seorang pemuda yang kini menempati tubuh seseorang yang kehidupannya seperti figuran? Bayang-bayang yang dianggap angin lalu dan tidak pernah nampak keberadaannya. Tapi sepertiny...