𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟐𝟑 ☘️

25.6K 2.1K 53
                                    

"Ingat jangan kemana-mana setelah pulang nanti, tunggu aku menjemputmu faham? Jangan mau diajak oleh siapapun dan harus--"

"Dad stop! Ini udah ke sebelas kalinya Dad bilang itu. Aku udah hafal diluar kepala. Dah ah aku mau ke kelas bye." Asher memotong ucapan Max. Ayahnya ini sudah berkali-kali mengatakan hal sama. Setelah mengecup singkat pipi sang sayah anak itu berlari menjauh membuat Max menghela nafas.

Dia masih khawatir dengan bungsunya itu. Mengingat kejadian kelam yang dialami bungsunya. Ini adalah pertama Asher sekolah lagi setelah vakum hampir 6 bulan. Awalnya Max menyuruhnya home schooling tapi anak itu merengek seharian dan merajuk agar diijinkan sekolah. Jadi mau tak mau ya Max ijinkan meskipun berat.

Asher melangkah semangat menyusuri koridor sekolahnya yang ramai. Ah sepertinya sudah ada peserta didik baru. Jika tak salah hari ini adalah hari pertama kegiatan KBM setelah seminggu kemarin disibukkan dengan kegiatan MPLS untuk anak baru.

Mengingat dia sudah naik tingkat membuatnya lebih semangat. Meskipun sedikit sedih karena Vorxe tak ada di kelasnya. Dia sudah lulus dan melanjutkan Perguruan tinggi yang masih bagian dari sekolahnya ini. Hanya berbeda gedung saja. Jadi dia masih bisa menganggu kakaknya itu.

"Asher?" Asher mengulas senyum pada Justin yang menatapnya tak percaya. Mungkin karena Asher terlalu lama tak sekolah setelah berita menghebohkannya beberapa bulan lalu.

Teman sekelasnya juga memberi respon baik, mereka menanyakan kabar Asher dan tidak ada yang mengusik masa lalu kelamnya. Asher menjawa  seadanya dengan senyuman membuat mereka lega.

Tak lama guru pun datang, sama. Dia basa-basi menanyai kabar Asher sebelum mengajar. Hingga Bell berbunyi Asher segera keluar dari kelas. Tujuannya adalah kantin tapi bukan kantin sekolahnya. Dia akan ke kantin Thor'S University menemui Vorxe tentu saja.

Ingin melihat apa kakaknya itu punya sirkel baru. Atau masih sama. Atau jangan-jangan kakaknya itu punya pacar?

Anak itu melangkah riang sesekali menyenandungkan lagu yang dia hafal. Beberapa mahasiswa yang berada di sekitar koridor menatap heran mengira anak itu tersesat.

Hingga sesampainya di kantin velvet blue miliknya memindai keberadaan sang kakak. Dan gotcha! Dia melihat sang kakak berada di pojok kantin dengan beberapa orang yang sebagian dia kenal. Ada Dante dan Aaron saja sih yang dia kenali.

Ketika hendak mendekat dia melihat seorang pemuda mini.. Dasarnya Asher memang tak sadar diri. Ah kembali lagi pada pemuda yang Asher sebut mini itu. Dia nampak mendekati Vorxe. Membuat Ahser menautkan aliasnya. Sekilas melirik pin di dadanya yang melambangkan kalau orang itu senior kakaknya. Untuk apa dekat-dekat begitu. Asher maju beberapa langkah agar bisa menguping.

"Vorxe, kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa hubungi aku ya? Ini nomor aku juga udah aku Save di HP kamu." Asher bergidik ngeri mendengar nadak bicara orang itu. Sangat amat lembut seperti perempuan.

"Aku gabung disini ya? Gak papa kan Vorxe soalnya udah penuh." Kakaknya nampak hanya mengangguk. Melihat bagaimana orang itu dekat bahkan mepet mepet ke arah Vorxe membuat Asher bernafsu untuk menendangnya ke Antartika. Demi kerang ajaib! Asher tidak rela kakaknya di dekati modelan begitu.

Sekelebat ide tiba-tiba muncul dikepalanya membuat senyuman terbit di bibirnya. Jika dalam seri kartun mungkin akan ada lampu di atas kepalanya. Ah abaikan itu.

Asher melangkah santai ke arah Vorxe, menepuk bahu pemuda itu cukup keras. Membuat penghuni kanting seketika menahan nafas. Kaget siapakah gerangan orang yang berani menganggu mahasiswa baru yang tekenal dingin dan kaku plus rumor kejam nya. Mereka menerka-nerka apakah yang akan dilakukan si 'mahasiswa dingin' itu.

Apakah ada perundungan atau .. Dan jangan lupakan pemuda di samping Vorxe juga menatap tajam ke arah Asher. Ah dia suka tatapan itu.

"Kakak, gabung boleh?" Ujar Asher dengan senyuman manisnya.

"Heh lo anak SMA kan punya kantin sendiri. Ngapain ke sini?" Pemuda yang tak Asher kenali berujar sinis dibalas tatapan acuh.

"Ini udah penuh. Lo gak liat?!" Asher memandang tak suka pada pemuda mini itu. Dengan kesal dia duduk di pangkuan sang kakak yang tentunya disambut baik olehnya. Membuat semua pasang mata menatap tak percaya ke arah mereka.

"Lo gak sopan!!" Si pemuda mini itu berteriak membuat Asher menaikan sebelah alisnya. Ketika ingin beranjak Vorxe manahan pinggangnya. Memeluk pinggang ramping sang adik lalu meletakan dagunya di bahu sempit sang adik. Yang tentu saja pemandangan itu tak lepas dari para penghuni kantin.

Ada yang mimisan tak kuat menahan adegan dadakan ini, ada yang sesak nafas karena lupa bernafas, ada yang menganga memberi nyamuk jalan masuk.. Dan lain lain.

Abaikan itu, pemuda manis di samping Vorxe mengepalkan kedua tangannya kesal. Dia sudah berusaha menarik perhatian juniornya ini namun tak berhasil. Lalu ini anak ini tiba-tiba duduk di pangkuannya. Tidak adil baginya.

"Kak Dante, mau dong~" Dante terkekeh singkat sebelum menyuapi adik sahabatnya itu dengan makanannya. Tentu saja diterima dengan baik oleh anak itu.

"Siapa?" Pemuda dengan wajah oriental yang duduk paling ujung bertanya. Heran dengan pemandangan di hadapannya.

"Adeknya Vorxe," sahut Aaron mewakili. Membuat mereka yang baru mengetahui fakta tersebut terkejut bukan main.

Pemuda mini itu juga nampak terkejut membuat seringaian tipis muncul di wajah manis Asher. Puas sekali dia hari ini.

"Cobain punya kakak nih," ujar di pemuda di samping Dante. Asher sih Terima Terima saja. Emang niat awalnya mau malakin kakaknya.

Ada total 7 orang dengan Asher jadi 8. 3 diantaranya adalah Vorxe, Dante dan Aaron. Lalu si pria dengan wajah oriental namanya Hanley Hong, dan yang hanya diam Abishaka Juwana lalu yang mengatainya nyasar itu Gava Havanna. Dan si Mini Haidar Lennan Nasution. Sirkel barunya Vorxe. Kecuali si mini. Itu makhluk astral yang nempel pada sang kakak.

"Nanti pulang sama siapa?" Asher menoleh pada sang kakak.

"Daddy, katanya mau jemput." Vorxe manggut-manggut. Asher sendiri kembali menikmati suapan dari teman-teman kakaknya ini. Lumayan yang gratisan jangan ditolak. Menahan emosi biar gak lempar si mini dari rooftop juga butuh energi. Dikiranya nahan emosi gak capek. Huh.. Dasar Asher

Sedangkan ditempatnya Lennan alias si mini nampak masih tak Terima. Ambisinya untuk mendapatkan Vorxe tak akan luntur.

. ☘️☘️☘️ .

"Papa!" Pekikan Ahser membuat William yang semula berkutat pada laptopnya menoleh. Memasang senyum melihat keponakan manisnya mendekat dengan semangat. Dibelakangnya ada Max membawakan tas anak itu menandakan baru saja pulang sekolah.

"Apa kabar manis?" Asher terkikik geli lalu duduk di samping William.

"Baik juga, papa udah sehat?" William mengangguk semangat membuat senyuman anak itu semakin melebar.

"Sudah sangat sehat, bagaimana harinya?" Asher memeluk lengan William menatap pemuda itu dengan beragam ekspresi.

"Sangaaaat menyebalkan! Tapi aku juga senang ah bagaimana ini papa?!" William terkekeh, menarik tubuh Asher ke pelukannya karena terlampau gemas dia.

"Lalu manisnya Papa ini mau apa supaya tidak kesal lagi?" Tanya William seraya mengelus lembut surai si manis. Max sendiri duduk menyandar di sofa lain. Dengan jas yang sudah dicampakkan dan dasi yang dilonggarkan.

"Nanti ketika weekend saja bagaimana?" Asher mengangguk semangat seraya memekik bahagia membuat Max dan William tidak bisa untuk tidak tertawa. Sesaat setelahnya anak itu menguap. Dan tak lama dengkuran halus terdengar.

"Pindahkan ke kamarnya," ujar Max yang diangguki William. Menggendong Asher ala bridal dan membawanya memasuki lift.

Menyisakan Max yang memilih memejamkan matanya sejenak di sofa. Dia lelah juga. Yaiyalah namanya juga manusia.

☘️☘️☘️

Yuhuuuuuuuu bub ada si mini nih
Kira-kira diapain enaknya ya?

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang