Avalie mengerjapkan matanya berkali kali, kepalanya terasa sedikit pusing, pandangannya masih buram, namun ia masih bisa menangkap sosok laki laki yang sedang duduk di samping ranjangnya. Dengan kondisi yang masih linglung, Avalie memaksakan dirinya untuk bangkit dari ranjang UKS.
Vargas yang melihat Avalie sadar buru buru menahannya agar tidak berkeliaran terlebih dahulu. "Jngn sok kuat, masih bagus lo ga mati" Ucap Vargas kepada Avalie.
"Tapii gue mau lanjut latihan di lapangann" Avalie terus menerus memberontak, ingin segera menuju lapangan.
"Semua org udh pulang, ini udh sore" kata Vargas dengan tenang sambil memberikan teh hangat kepada Avalie.
"Maaf, gue gabisa sembarangan minum minuman yang di kasih sama orang asing" Kata Avalie sambil melihat lihat gelas yang berisikan teh hangat itu.
"Lo gpp kan? Yaudah gua balik" Vargas mengabaikan omongan Avalie dan akan segera pergi keluar ruangan, namun ia merasakan tangannya di tahan oleh Avalie.
"Eh eh tunggu dulu, tadi gimana jadinya? Paskibra latihan kan?"
Vargas mengerutkan alisnya, di kondisi seperti ini kenapa perempuan dihadapannya lebih peduli dengan ekskulnya dibandingkan dirinya sendiri?
"Basket ngalah, sorry". Ucap Vargas.
Melihat kondisi Avalie yang begitu pucat dan terlihat sangat kelelahan membuat hatinya sedikit luluh, ada rasa ingin membantu perempuan bertubuh kecil ini. Tapi niatnya ia kubur sedalam dalamnya.
Avalie menyadari bahwa saat ini hanya ada dirinya dan laki laki ini di ruangan yang sama, ia tersipu sedikit, dan langsung bergegas meninggalkan UKS yang sudah sunyi.
°°°°
Avalie di buat kebingungan, ia tak tau apa yang terjadi. Terakhir yang ia ingat hanya berdebat dengan laki-laki yang baru saja ia lihat.Avalie mencari barang-barangnya termasuk tas sekolahnya yang ia letakkan di pinggir lapangan terakhir kali.
"gua anterin" Ucap Vargas tiba-tiba, membuat jantung Avalie loncat seketika mendapati Vargas yang tiba di belakangnya begitu saja.
Avalie berbalik, melihat Vargas yang sudah membawa beberapa barang milik Avalie. "Itu.. tas gue".
"gua aja yg bawa, jngn sok kuat"
2 kali dia bilang "jngn sok kuat", masih gue biarin. Batin Avalie
Vargas pergi menuju parkiran sekolah dan membawa barang Avalie tanpa meminta persetujuan dari Avalie.
"Eh gapapa, gue naik ojol aja, sini tas nya, berat looh itu" Avalie mempercepat langkahnya agar bisa mengejar Vargas yang sudah jauh di depannya.
Vargas mengabaikan Avalie yang mengejarnya di belakang, ia tidak mau lama-lama berurusan dengan Avalie. Ia hanya mengantarnya pulang sebagai perwakilan untuk meminta maaf kepada Avalie.
Jantung Avalie kini sunggu berdebar, ia tidak mau laki-laki ini mengantarnya pulang. Bagaimana tidak? Avalie belum pernah di bonceng laki-laki selain papa nya dan ojol saja.
Ia tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Avalie melihat Vargas meletakkan beberapa barang Avalie di balik Jok motornya, dan mengaitkan tas Avalie di pundak menghadap ke arah depan.
Duh nanti gue naiknya gimana? Kan pake rok? Terus biasanya megang pundak papa/Abang ojol, ini kan bukan papaa aku, bukan Abang ojol jugaa, gimanaa nantiiiii ini motornya tinggi banget lagiiii.
Avalie terus menerus mengutuk dirinya sendiri akan hal ini, kenapa ia banyak sekali berpikir ini itu dan banyak hal lainnya? Ia sangat amat gugup hanya karena hal sepele seperti ini.
Biasanya ia hanya melihat perempuan dan laki-laki berbaju seragam putih abu-abu berkendara sepeda motor berdua seperti ini hanya di adegan beberapa film romantis dan hanya melihat teman-teman sekitarnya saja. Dirinya sendiri tidak pernah mengalami hal ini, ini pertama kali untuknya.
"Mau diem aja? Naik atau gua tinggal" ucap Vargas membuat Avalie tersadar dari lamunannya dan mengerjap kebingungan.
"O-ohh gapapa tinggal aja, gue pulang sendiri aja" Ucap Avalie dengan cepat tanpa keraguan.
Lagi lagi dan lagi, Vargas dibuat bingung oleh tingkah laku perempuan ini, biasanya banyak sekali perempuan yang ingin pulang bareng dengannya, kenapa yang satu ini justru menolak? Apa dia tidak pernah terpikirkan akan seperti ini? Dia hanya memperdulikan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi nya?
Begitu banyak pertanyaan di dalam kepala Vargas, dengan cepat, Vargas langsung menarik tangan Avalie dan mengarahkan tangan Avalie ke pundaknya untuk membantunya naik.
"Pegang aja, trs langsung naik,, pelan-pelan." Kata Vargas dengan datar sambil melihat Avalie dari spion motornya.
Avalie terkejut dengan tindakan dan arahan yang dilontarkan Vargas begitu saja, apa Vargas bisa membaca pikirannya saat ini? Avalie tersipu malu, ia malu sekali kalau ada orang lain yang mengetahui bahwa dirinya bahkan tidak pernah mengalami situasi seperti ini.
Avalie memegang pundak Vargas dengan ragu "m-maaf" Ucapnya lalu sedikit menyingkap roknya dan naik secara perlahan.
Vargas melihat posisi Avalie yang tidak nyaman karena terlihat sedang menutupi sesuatu, dengan segera ia melepas jaket denim nya dan memberikannya kepada Avalie.
Lagi? Sepertinya Vargas memang bisa membaca pikiran Avalie. Avalie mengambil jaket milik Vargas dan menutupi roknya yang terlalu naik ke atas.
"Thanks" kata Avalie dengan berusaha seperti tidak terjadi apa-apa.
°°°
CBR1000RR melaju dengan kecepatan tinggi, Avalie dibuat gila dengannya, ia hanya bisa memejamkan matanya dan meremas sedikit baju bagian pinggang Vargas untuk berpegangan.
Avalie menunjukkan jalan menuju rumah nya, sedikit berteriak karena suaranya kalah dengan suara kendaraan di. Jalan.
Sampai beberapa saat, mereka tiba di kediaman avalie. Avalie turun sambil merapihkan penampilannya dan tersenyum. "Terima Kasih". Avalie mengembalikan jaket milik Vargas.
"Vargas."
"Hah? o-ohh, gue Avalie. Btw kok gue baru liat lo sih?"
"baru pindah."
"Oh yaudah kali inii gue maafin karena lo anak baru, besok-besok kalo mau latihan konfirmasi dulu. Masuk grup ketua ekskul ga?"
"Ga, ribet"
"Sini, id line Lo"
"Gausah, gua ada urusan, gua pergi dlu." Vargas langsung pergi meninggalkan Avalie yang terdiam meliha tingkah lakunya yang seperti ini.
Avalie kesal karena berkali-kali laki-laki itu mengabaikannya, sontak ia meledeknya dengan berjoget seperti 'pria mahal' yang sedang viral di media sosial itu.
Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
AVALIE
Teen FictionAvalie, gadis berusia 18 tahun yang penuh dengan antusiasme nya terhadap pergaulan. OSIS? Paskibra? tentu saja, dia mengikuti semua rangkaian kegiatan itu di sekolahnya. Perempuan yang begitu ceria dan gemar memperluas relasinya. Social Butterfly, i...