Sinar matahari terasa sangat menyengat, bagaimana tidak? hari menunjukkan pukul 12.00, matahari sedang berada tepat di atas kepala. Beberapa murid SMA FERSATRA sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang bermain, tertidur, belajar, menonton film, membaca novel, mengejakan tugas, joget-joget tiktok, dan banyak hal lainnya. Mereka sangat nyaman di dalam kelasnya, karena suhu ruangan di kelas terasa sangat dingin. Sungguh kenikmatan duniawi jika bisa menikmati sejuknya ruangan kelas saat matahari sedang terik teriknya.
Tetapi, anggota ekskul paskibra yang sedang dispen terus menjalankan pelatihan rutinnya untuk mempersiapkan penampilan pada event sekolah yang akan datang. Avalien Kayla Ronze, seorang gadis sederhana itu sedang menikmati hukuman di tengah lapangan terik bersama teman-teman anggota paskibra.Push up, meletakkan telapak tangan di lapangan yang panas itu tentu saja membuat telapak tangan berubah menjadi kemerahan, tentunya terasa sangat sakit, namun hal itu sudah biasa dikalangan anggota paskibra, sudah sebulan mereka latihan seperti ini, namun karena kesalahan kecil saja, mereka langsung mengambil sikap push up sebagai konsekuensinya.
Keringat terus menerus mengalir sampai baju gadis itu mulai terasa basah, mungkin sebagian orang berpikir bahwa mendapatkan dispen dari sekolah adalah hal yang menyenangkan karena bisa membolos dari pelajaran yang menyebakan. Namun, tidak untuk Avalie. Hal yang dialami seorang anggota paskibra saat mendapatkan dispen juga tidaklah mudah, memang sangat menyenangkan karena dilakukan bersama sama, namun penderitaan yang dirasakan juga setimpal dengan rasa kesenangannya.
Hukuman demi hukuman dirasakan setiap harinya, Avalie sebagai ketua ekskul paskibra itu sedang memberikan komando untuk melakukan push up bersama. Beberapa murid yang sedang free class tentunya keluar untuk melihat proses latihan paskibra. Ada yang melihat dari atas, bahkan melihat dari dekat secara langsung.
"KAK AVALIEE SMNGT KAK"
"DUH AVALIE GEULIS PISAN"
"AVALIE LAGI KEPANASAN AJA CAKEP BNGT BUSET"
"AVALIEE, GUE BELIIN COLA NIHHH""ANAK PASKIB SEMANGAT YAA!"
Sorak sorai terdengar ramai dari berbagai koridor, untuk menyemangati ava yang sedang latihan paskibra. Avalie yang sedang fokus tentunya tidak menghiraukan hal itu, ia tetap fokus pada latihannya agar tidak melakukan kesalahan. Saat sedang berada dalam barisan, ia tak bisa berkata apapun, namun saat sudah selesai latihan, avalie adalah gadis yang ramah, murah senyum, ceria, receh, dan supel.
Avalie adalah gadis yang unik, jika kalian menganggap Avalie adalah gadis yang memiliki tubuh yang tinggi karena mengikuti ekskul paskibra, kalian salah besar, tingginya hanya 149cm, sangat sangat pendek. Namun power dan kesigapannya tidak perlu di ragukan, ia nomor satu dalam hal itu. Tetapi tetap saja ia memiliki posisi barisan di Banjar akhir dan saf akhir karena memiliki tubuh yang mungil.
Sampai tak terasa, bel pulang berbunyi, kebanyakan murid akan mulai bergegas untuk pulang. Hal ini berbeda untuk anggota ekskul basket yang tidak bergegas pulang, mereka akan mengukuti DBL minggu depan, dengan semangat mereka bergegas menuju lapangan dan pemanasan disana, tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil alih lapangan dari ekskul paskibra.
Melihat hal itu, Avalie yang sedang istirahat di pinggir lapangan langsung bergegas menuju lapangan dan menghampiri salah satu laki-laki yang sedang memimpin pemanasan untuk latihan basket, Ia sedikit asing dengan wajah laki-laki itu, seperti yang kita tau, Avalie memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan lawan jenisnya, tapi mau bagaimana lagi, sebagai ketua ekskul paskibra, ia harus mewakili teman-temannya yang lain. Akhirnya Avalie memberanikan diri untuk menghampiri mereka."Haloo sorry.. ini basket lagi mau latihan yaa?" Ucap avalie dengan senyum ramahnya.
Laki-laki itu hanya menoleh sekilas lalu mengabaikan Avalie, tetap fokus menggiring bola ke ring basket.Avalie merasa canggung, ia hanya bisa berdiam diri disana sambil melihat anggota ekskul basket yang sekiranya ia kenal dari anggota OSIS.
"Eh, Refan" Avalie memanggil laki-laki yang baru saja ingin melakukan shooting bola ke ring basket pun menghentikan aksinya, lalu menoleh."Oit? kenapa va?" Refan menghampiri Avalie.
"Ini basket mau latihan disini?"
"Biasalah, lagi persiapan DBL minggu depan, kenapa emang?"
"Yahh.. gabisa latihan di tempat lain aja? soalnya paskibra juga mau pake lapangan ini, udah dapet ttd dari wakasek kalau hari ini jadwalnya paskibra latihan nih"
"Paskib aja yg latihan di tempat lain, gitu aja ribet" laki-laki yang tadi mengabaikan Avalie kini memotong pembicaraannya dengan Refan.
Mendengar ada yang membuka suara, Refan hanya bisa meringis, "Nah, lo tanya aja sama bos besar kita nih, gua lanjut latihan dulu ya" Refan menepuk pundak Vargas, ketua Basket Fersatra, kemudian ia mempersilahkan Avalie untuk berbincang dengan Vargas dan melanjutkan kegiatannya."Um.. jadi gimana?" Avalie sangat canggung untuk berbicara kepada Vargas, ini kali pertamanya ia melihat Vargas selama 3 tahun ia sekolah disini.
Terdengar hembusan kasar dari Vargas, ia mendekatkan wajahnya ke Avalie, memberikan tekanan penuh kepadanya "Paskib ga penting, DBL jauh lebih penting buat prestasi di sekolah."Avalie melangkah mundur, sedikit menjauh dari Vargas "O-ohh gabisa gitu dong. Gue ngomong baik-baik loh ini, biasanya antar ketua ekskul itu kalo mau latihan, pasti ada konfirmasi dulu biar ga bentrok kaya gini" Avalie berusaha menahan emosinya dari tatapan yang diberikan laki-laki ini untuknya.
"Gue ga kenal lo, jadi gabisa konfirmasi, lo aja yg terlalu ribet" Ucap Vargas dengan datar, ia berbalik dan ingin menjauh dari avalie."Pakibra emang prestasinya ga sebanyak basket, tapi kita terpiilih buat tampil di event sekolah kita, kalau kita ga latihan terus penampilannya kurang maksimal gimana? lo mau bikin malu sekolah?" Avalie akhirnya memberanikan diri untuk berbicara dengan lantang.
Langkah Vargas terhenti, ia bisa merasakan emosi Avalie yang kian memuncak setelah mendengar suara lantangnya yang seperti itu, ia berbalik menghadap Avalie yang wajahnya sudah memerah karena tersengat panasnya matahari.
Vargas menatap tajam ke arah gadis itu, seakan-akan ingin menerkamnya saat itu juga, ia hendak membalas perkataan Avalie, namun niatnya ter-urung saat melihat sebuah bola basket yang menghantam Avalie hingga gadis itu sempoyongan.
Dengan sigap, Vargas menampung tubuh Avalie, perlahan mata gadis itu tertutup dan badannya melemah tak sadarkan diri.
Continue
Review, Saran, dan Kritikan sangat membantu Author dalam proses pembuatan cerita ini, Thanks.

KAMU SEDANG MEMBACA
AVALIE
Teen FictionAvalie, gadis berusia 18 tahun yang penuh dengan antusiasme nya terhadap pergaulan. OSIS? Paskibra? tentu saja, dia mengikuti semua rangkaian kegiatan itu di sekolahnya. Perempuan yang begitu ceria dan gemar memperluas relasinya. Social Butterfly, i...