Langkah kecil gadis itu melaju perlahan masuk ke dalam rumah. Tak ada sapaan, tak ada sambutan, tak ada pertanyaan sepele seperti :
"ehh, sudah pulang nak?"
"Gimana sekolahnya hari ini?"
Yang ia lihat hanyalah sisa-sisa paper bag bermerek yang berserakan di meja milik kakak perempuan nya yang gemar sekali menghamburkan uang keluarga nya.
Avalie memasuki kamar tidurnya, merapikan pakaian seragamnya dan segera membersihkan diri. Hanya itu rutinitas Avalie sehari-hari.
Sebelum matahari terbit ia berangkat sekolah, setelah matahari terbenam ia baru pulang ke rumah. Sampai di rumah, ia hanya numpang tidur dan makan malam.
Avalie baru teringat, novel yang ia baca sudah habis. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya ia memakai hoodie dan celana santai nya untuk bergegas pergi menuju toko buku dengan langkah yang begitu berat. Tujuannya saat ini tidak langsung menuju toko buku, ia sedang menimbang terlebih dahulu mencari suasana segar di taman pada malam hari.
Avalie menyukai buku, ia suka sekali novel fiksi. Namun, tiap kali ingin membelinya, banyak sekali pertimbangan, banyak biaya yang jauh lebih penting untuk ia keluarkan di sekolahnya, seperti iuran event osis, iuran ekskul, iuran baju Jersey untuk kelas, iuran jaket almamater, dan masih banyak lagi biaya yang dikeluarkan Avalie.
Avalie tidak pernah meminta uang lebih untuk iuran itu, ibu nya selalu memarahinya kalau ia meminta uang lebih untuk iuran. Bahkan ibunya akan melarang Avalie untuk mengikuti banyak kegiatan di sekolah kalau meminta uang lebih.
Ingin sekali ia iri dengan kakak perempuan nya, yang selalu meminta uang lebih untuk bermain dengan teman-teman kuliah nya, membeli handphone terbaru, membeli baju bermerk tiap kali ia bermain dengan teman-temannya yang memiliki gaya hidup berlebihan.
Avalie memang pandai bergaul, teman-temannya juga memiliki gaya hidup yang sangat tinggi, tapi dibalik itu semua, Avalie mengerti keadaan hidupnya, walaupun tidak terlihat, Avalie berusaha menyetarakan gaya hidup teman-temannya tanpa harus mengeluarkan biaya yang berlebihan.
Ketika ia bermain, Avalie lebih memilih untuk tidak membeli apapun, ia hanya menimbrung dengan teman-temannya yang berbelanja, untungnya Avalie memiliki selera yang bagus.
Teman-temannya suka sekali meminta rekomendasi dari Avalie. Sehingga, Avalie hanya menimbrung untuk hal itu, ia tidak perlu ikut membelinya.
Begitulah cara Avalie menyesuaikan hidup dengan lingkungannya. Walaupun telinga nya sedikit teriris saat mendengar hal-hal seperti :
"Sumpah ini baju kaos murah banget, cuma 100rb ih lumayan kan buat baju santai di rumah."
"Demi apapun tas ini lagi promo, cuma 300rb lohhh."
Sungguh, untuk hal-hal seperti itu, Avalie hanya bisa mengiyakan dan ikut-ikutan heboh saja dengan teman-temannya. Padahal jauh di lubuk hatinya, uang dengan jumlah segitu bukan uang yang kecil untuk sekali berbelanja, ia lebih memilih belanja di aplikasi online shop yang jauh lebih murah dan memiliki kualitas yang sama.
Ahh, ia jadi teringat, kalau saja kakak laki-lakinya masih ada, pasti ia bisa terbantu untuk sekedar membeli novel, hanya kakak laki-lakinya itulah yang bisa ia andalkan, kakak laki-lakinya sangat menyayangi Avalie.
°°°°°
REFAN POV
KAMU SEDANG MEMBACA
AVALIE
Teen FictionAvalie, gadis berusia 18 tahun yang penuh dengan antusiasme nya terhadap pergaulan. OSIS? Paskibra? tentu saja, dia mengikuti semua rangkaian kegiatan itu di sekolahnya. Perempuan yang begitu ceria dan gemar memperluas relasinya. Social Butterfly, i...