"Ma,aku lolos"ucapnya girang melalui telepon selulernya
"Alhamdulillah...Pah,anak kita lolos pah" seorang wanita yang terdengar memanggil suaminya
Nihil jawaban dari sang ayah membuat Tarisha bingung. Entah seberapa besar kesalahan yang Tarisha buat dulu hingga ayahnya tidak memperdulikannya lagi sekarang
"Mama gak lagi sama papa?"
"Engga sayang. Papa dari sore dikamar terus. Mama masih diruang makan baru selesai makan sama Adel""Mama coba panggil dulu ya sayang"
"G-gak usah mah, mungkin papa lagi sibuk atau mungkin papa lagi istirahat. Aku titip salam aja buat papa"Air mata mulai menetes di pipi Tarisha
"Yasudah. Tapi yang pasti nanti mama kasih tau ke papa ya nak"ucap Amelia-bundanya
"Iya ma""Oh iya sayang,kamu kapan berangkat pendidikan?"sambung wanita itu.
"H+3 aku berangkat mah"jawab Tarisha
"Yaudah lusa mama sama papa usahakan ke Jakarta ya. Besok beli perlengkapannya sama Karina. Nanti mama transfer uangnya ya sayang"ucap ibundanya
"Ma,Kalo papa sibuk sama kerjaannya gak usah dipaksain ya. Ada Karina kok yang antar aku. Dia belum ada tugas luar lagi,jadi dia bisa antar aku sebentar ke polda. Mama sama papa cukup doain Risa aja,semoga pendidikannya lancar"ucapnya pasrah dan membuat air matanya terus menetes
"Tenang aja sayang,dia sendiri yang mau kamu ada diposisi ini,masa iya dia gak mau antar kamu pendidikan sih. Kan gak mungkin"
"Yaudah ma,Tarisha tutup dulu teleponnya ya. Risa mau istirahat. Mama juga istirahat ya"
"Iya sayang,kamu jaga kesehatan ya. Jangan sampai sakit. Harus makan-makanan yang sehat. Banyak minum air putih juga"
"Iya ma,assalamualaikun"
"Waalaikumsalam"
Telepon ditutup,Tarisha menangis sejadi-jadinya. Sebab ia tidak mengerti mengapa papa nya sekecewa ini. Ia merasa ia sudah berhasil menuruti permintaan sang papa,tapi mengapa papa nya masih tidak peduli?
"TARISHAAAAAA"teriak sahabatnya yang Tiba-tiba terdiam melihat keadaan sahabatnya saat ini
"Eh bestie gua kenapa?"
Karina menghampiri Tarisha yang sedang menangis diatas ranjang miliknya.
Tarisha yang baru menyadari keberadaan sahabatnya,dengan cepat ia menghapus air mata yang terus mengalir dari matanya namun di cegah oleh Karina
"Biarin dia ngalir"
"Hati sama air mata itu keduanya saling mendukung. Kalo hati udah gak kuat,air mata akan ikut keluar. Setidaknya sedikit bikin hati jadi lebih tenang"Karina tau betul keadaan yang dialami oleh sahabatnya. Yang seharusnya keluarganya lah yang menjadi support system Tarisha, tapi tidak dengan kali ini. Dukungan bukan diberikan dari orang tua,melainkan hanya dari seorang ibu.
"Gua bingung rin,gua gak tau apa mau nya papa. Semua yang dia pengen kayaknya udah gua lakuin semua. Tapi kenapa sikap papa masih kayak gini"ucapnya dengan terus menangis
"Gua tau ko ris perasaan lu kayak gimana. Tapi gua cuma bisa bilang ke lu,lu harus lebih sabar lagi ngadepin sikap bokap lu"Karina terus mengelus-elus pundak Tarisha agar sedikit lebih tenang.
"Tapi sampe kapan rin,gua cape. Gua gak ngerti harus gimana lagi"Ucap Tarisha frustasi
"Sabar ris,cuma sampe tahun depan kok. Gua yakin,setelah lu dilantik nanti,bokap lu pasti care lagi sama lu. Dia cuma mau pembuktian itu benar-bener lu kejar dengan segala usaha lu"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERWIRA
Teen FictionSelama 6 tahun Tarisha menjadikannya sebagai sosok idola. Karena berkat Laki-laki itu,Tarisha mampu menentukan masa depannya. Dan profesi yang sama telah berhasil Tarisha dapatkan. Menjadi Polisi bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali rintangan yan...