"Hah? setebal ini? nggak salah, Fourth?" tanya Ford sambil mengusap matanya.
Fourth tersenyum simpul. "Hei, Ford! lihat, deh! ini bukan lelucon, kan?" lanjutnya.
Ford berulang kali membelalakkan pandangannya. Ragu sesaat.
"Kenapa Ford? so batal nih ceritanya?" goda Fourth.
"Dibatalin sih bisa, tapi..."
"Tapi kita butuh kan?" tegas Fourth.
Keduanya saling pandang lalu kembali menatap buku super tebal yang sejak tadi ada di tangan Ford.
"Eh, kenapa senyum² gitu? curiga deh" ucap Ford.
"Nggak apa-apa kok lagi mikir aja, gimana bacanya ya?" jawab Fourth.
"Ya ampun, Fourth! mau baca aja bingung, apalagi ngafalin isinya Ah, sumpah deh, ini jadi kayak diktatnya anak² kedokteran noh si Love, mahasiswa kedokteran di sebelah kamar kosmu itu? mana ada bukunya yang tipis?" celoteh Ford.
"Kenyataannya dia bisa tuh naklukin semuanya. masa sih kita nggak? udah deh, beli aja? kayaknya ini bakal kita pakai sampai lulus, pak Tay bilang, teori komunikasi itu salah satu mata kuliah dasar yang harus dipahami." papar Fourth
"Oke. patungan aja gimana? uangku nggak cukup, nih," usul Ford sambil mengeluarkan dua lembar uang lima puluh
"Sip. untung kita satu kos, jadi bisa belajar bareng deh," jawab Fourth. "Eh, Ford jangan lupa, ya! ntar bayarnya disatukan sama buku ini" ujar Fourth mengulurkan sebuah buku
Ford penasaran dengan buku yang di pilih Fourth. sembari menuju ke kasir, ia berulang kali membolak balik cover coklat kehitaman yang membungkus tulisan itu dengan manis.
"Filosofi kopi? dee?" gumam Ford.
"kenapa, Ford? kok, mukamu ditekuk gitu? jelek tahu," senggol Fourth sembari menjajari langkah Ford.
"judul yang aneh. isinya apa sih, Fourth?" tanya Ford penasaran.
"Ya, kalau aku tahu sih buat apa beli? justru karena aku sama penasaran nya dengan kamu, jadi kubeli aja, asyik, ya? sesuatu banget kayaknya," ujar Fourth sambil tersenyum. ada kepuasan di ujung lengkung bibirnya. "Udah, ah, ayo cepat! kelamaan disini, ntar malah kelamaan pulang nya. bisa² nggak dapat angkot, nih" sambungnya
"Nggak dapat angkot juga boleh. Hahaha"
"Ford! becanda mulu, ah" grutu Fourth dengan muka masam itu membuat nya jadi lucu.
"Eits, jangan cemberut! ada cowok genteng, tuh! Fourth beneran nih. Noleh dong! dikit aja" Rajuk Ford
"Nggak! apaan sih kamu ini?! di toko buku masih aja hunting cowok. besok aku usulin deh sama direkturnya supaya karyawan di ganti cowok semua"
"Aih Fourth, nggak segitunya kali, sekali ini aja, gw nggak bohong. cowk ini cakep banget Lo nggak bakal nyesel coba bisa kenalan ah pasti asyik banget" papar Ford.
Pertahanan Fourth tumbang. Ocehan Ford dengan segunung kekaguman dan pujian tiada henti membuat hatinya turut bertanya. sesempurna itukah cowok yang dimaksud Ford? apa ya dia harus mengikuti saran sahabatnya itu? perlahan, Fourth mengedarkan pandangan dengan super duper halus, berharap Ford tak menyadari rasa penasarannya.
"Dua ratus, Kak!" seru sang kasir.
"Fourth?" nada menyikut lengan Fourth. "Fourth, uangnya, dong! Fourth!" nada Ford geram. beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, Ford hanya tersenyum penuh salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender [GEMINIFOURTH]
Teen FictionFourth berusaha menjaga hatinya untuk seseorang yang tengah mengejar mimpinya di Amerika, Gemini. Sekitar sebelas ribu kilometer jarak memisahkan Bandung- Firenze, tapi tidak hati keduanya. Namun, ada lelaki pilihan hati orang tuanya, Gevan. Lelaki...