Gemini antusias menyelesaikan tugas akhirnya. Semangat perjuangan mahasiswa berkobar. Bayangan dan janji masa depan membuatnya tak ragu lagi untuk melangkah maju.
"Gimana, gem? Kamu udah jadi terima tawaran dari pak Earth?" Tanya pak Off jumpol
"Ya pak, sejak dulu saya ingin ke Amerika, sekalian menimba ilmu seni rupa disana. Apalagi, kata orang, kesempatan itu nggak akan datang dua kalo. Jadi, sangat sayang kalau saya tolak" jawab Gemini.
Pak Off tersenyum mendengar jawaban Gemini. Ia semakin sadar bahwasanya mahasiswanya yang satu itu punya tekad kuat.
"Kalau gitu, kamu harus cepat kelarin TA kamu. Udah sampai mana? Kok, seminggu ini nggak bimbingan?" Tanya pak Off.
Gemini tersipu mendengar teguran dari pak Off jumpol. Ia merasa bersalah karena selama satu Minggu terakhir sibuk mengurus masalah pribadinya dengan Fourth. Perjuangan untuk meyakinkan Fourth tetap saja menemui jalan buntu, nihil. Gemini hampir saja menyerah kalau saja prom tak memberinya pencerahan.
'Beri dia waktu, Gem. Dia itu kadang terlalu angkuh untuk mengakui kata sependapatnya, setelah sebelumnya dia mati-matian menentang. Cinta itu butuh kesabaran. Dan kini kamu yang harus memaklumi nya' nasihat Prom.
Gemini tersenyum sendiri mengingat kalimat prom yang dinilainya sangat baik itu.
"Hei! Kok malah melamun sih?" Tegur pak Off.
"Eh, maaf! Maaf pak saya.." bantah Gemini kaget.
"Ya udah, kamu konsentrasi sama TA dulu! Saya tunggu dua hari lagi di ruangan saya. Kamu bawa perkembangan TA kamu sampai di mana. Kita nggak punya waktu banyak supaya kamu bisa mengejar wisuda tahun ini"
"Ya pak. Terimakasih banyak atas bantuannya. Terimakasih juga sudah mengenalkan saya pada pak Earth" jawab Gemini.
Pak Off berlalu menuju kelas. Gemini kembali membuka beberapa file TA yang sudah ia kerjakan, sembari menunggu prom, konsentrasi segera ia kumpulkan. TA ini adalah perjuangan hidup dan mati sebagai mahasiswa. Ah, tak terasa sebentar lagi ia akan menyendang titel alumni UnChula.
"Semoga berhasil" kata Gemini menyemangati diri sendiri.
- - - - - -
Fourth melipat wajahnya di depan cermin. Sinar mentari yang menembus jendela kamarnya sama sekali tak membuat gairah hidup menyala. Pria manis itu masih asyik dengan pergulatan batin berlumur rasa kesal pasca keputusan perpisahannya dengan Gemini.
"Fourth! Fourth! Buka pintunya dong!" Ucap Ford.
Fourth Tak menggubris sapaan Ford. Ia memilih berdiam dalam kamar kosnya. Seabrek planning yang sudah dirancang jauh hari bahkan rela dibuangnya.
Ford membuka paksa pintu kamar kos Fourth yang ternyata tak terkunci. Ia terperanjat melihat penampilan sahabatnya itu. Ford beranjak menuju sisi jendela dan membuka kain gorden merah marun itu.
"Hei! Lihat nih! Udah jam sembilan. Emangnya Lo nggak ke kampus? Fourth! Kita ada kuliah lho" tegas Ford.
Fourth Tak peduli. Hidup berakhir sudah, tak ada lagi mimpi.
"Ayo Fourth! Bangun, dong!" Pekik Ford.
Fourth dengan lemah melepaskan selimutnya. Ia berdiri Lalu mendorong tubuh Ford keluar kamar.
"Ford, please deh! Jgn nggangu aku!" Bentaknya.
"Tapi....."
"Kalo kamu mau kuliah, pergi saja sana sendiri!" Ucap Fourth dari dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender [GEMINIFOURTH]
Teen FictionFourth berusaha menjaga hatinya untuk seseorang yang tengah mengejar mimpinya di Amerika, Gemini. Sekitar sebelas ribu kilometer jarak memisahkan Bandung- Firenze, tapi tidak hati keduanya. Namun, ada lelaki pilihan hati orang tuanya, Gevan. Lelaki...