Bahagia! Sangat bahagia! Gemini tak pernah memiliki perasaan seringan itu. Melihat senyum di wajah kedua orang tuanya, menyaksikan surat kebanggaan di mata sang ayah yang selalu ia idolakan adalah harga mati yang tak pernah ingin ia gantikan dengan hal apa pun. 'Thank God!' Pekiknya dalam hati.
"Ayah sangat bangga sama kamu. Lihat kan, Mah? Anak kita benar-benar bisa menyelesaikan tugasnya di kampus top ini?" Kata sang ayah sembari memeluk Gemini yang masih lengkap dengan toga.
"Hehehe. Ya mamah juga bangga. Makasih, nak!" Sambung sang ibu, kemudian memeluk sang putra kesayangannya.
"Ngomong-ngomong, soal ke Amerika itu, kamu kapan rencana berangkat?" Tanya sang ayah.
Gemini melepaskan pelukannya dari sang ibu yang masih saja haru, ia menghela napas.
"Menurut jadwal si besok sudah harus terbang. Pak Earth sudah mengurus semuanya. Doain aku ya mah pah, semoga semua nya lancar dan bisa kembali kesini dengan kesuksesan" pinta Gemini.
Mereka saling mengangguk, lalu beranjak meninggalkan UnChula menuju kos Gemini. Ada yang ngilu di separuh hatinya. Fourth Tak datang di hari yang sangat bersejarah untuknya.
"Taraaa....! Congratulations, Gemini!" Seru teman-teman kos nya
Gemini kaget mendapatkan Suprise luar biasa. Tiupan terompet, serpihan warna-warni menyerbu wajah dan sekujur tubuhnya. Ucapan selamat bertubi-tubi menghujaninya. Prom, Mark, Milk, dan Ford. Juga Hei! Fourth? Ya, Fourth? Kemana dia?
"Cari Fourth?" Selidik Mark.
Gemini tersipu berusaha menyembunyikan gemuruh yang menderu hebat di kalbunya.
"Fourth masih ada urusan di luar. Maaf, dia nggak bisa datang. Tapi kakak nggak usah khawatir! Dia juga titip ucapan selamat buat kakak" ucap Ford.
"Titip?" Jawab Gemini lirih.
"Udahlah! Nggak usah dipikirin! Everything is gonna be OK!" Ucap prom sembari merangkul sahabatnya itu.
Mereka kembali larut dalam sukacita yang beradu dengan sepenggal kesedihan karena esok Gemini akan segera terbang meninggalkan kota ini. Meski jauh hari mereka sudah yakin saat ini akan tiba, tetap saja hati tak bisa berkompromi.
"Berarti ntar malem ngelembur buat packing dong" celetuk Mark.
Melepaskan, bagaimana kondisinya, selalu meninggalkan jejak perih. Keikhlasan tetap saja menjadi proses yang harus didapatkan dari perjalanan hati. Gemini sadar, ia harus melangkah. Kepergian yang selalu diimpikannya sejak dulu pantang di buang.
________________Skipp<( ̄︶ ̄)>
Bandara bangkok sangat padat. Kedua orang tua Gemini merasakan sesak hendak melepas anak semata wayangnya ke Amerika. Negara yang sangat jauh, bahkan dalam bayangan mereka sekalipun tak pernah terlintas. Prom, Milk, Mark Ford dan pak Off jumpol hanya bisa mengirim doa dari Thailand.
"Gemini!" Seru pak Earth dari kejauhan.
Gemini menoleh. Ia lega karena pak Earth menepati janjinya. Menghantar Gemini ke Amerika untuk menemui salah satu rekannya yang menjadi mentor Gemini selama di Amerika.
"Kita nggak punya waktu banyak. Come on!" Ajak pak Earth.
Gemini berpamitan pada kedua orang tuanya. Lelaki pantang untuk menangis, tapi toh air mata itu jatuh juga.
"Jaga diri baik-baik, nak! Jangan lupa jaga kesehatan kamu!" Pesan sang ayah.
Fourth, bayangan itu datang. Gemini sana sekali belum bisa mengucapkan selamat tinggal padanya. Hanya sebaris pesan pendek yang ia kirimkan dan sampai ponsel ia matikan, Fourth sama sekali tak menanggapinya. Aroma kota ini akan menjadi suguhan paling ia rindukan kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender [GEMINIFOURTH]
Teen FictionFourth berusaha menjaga hatinya untuk seseorang yang tengah mengejar mimpinya di Amerika, Gemini. Sekitar sebelas ribu kilometer jarak memisahkan Bandung- Firenze, tapi tidak hati keduanya. Namun, ada lelaki pilihan hati orang tuanya, Gevan. Lelaki...