POV Chika
"Bentar ya chik, kita nunggu satu orang lagi. Bentar lagi dateng, lagi beli cemilan sama minuman orangnya." Ucapan Ci Shani membuatku bertanya-tanya. Nunggu satu orang lagi? Siapa?
"Siapa ci-" Aku tidak sempat melanjutkan kata-kataku karena terpotong oleh suara dari arah belakang.
"Kelamaan nunggu ya ci. Maaf lama, tadi antri banget disana." Suara bariton yang familiar terdengar di gendang telingaku.
Deg! Deg! Deg!
Nafasku seolah berhenti berhembus, jantungku berdetak dengan cepat dan badanku mematung sejenak.
'S-suara i-ini?'
Aku ingat suara ini. Ini adalah suara yang sangat kurindukan. Suara yang tidak pernah kudengar lagi sejak beberapa tahun lalu.
Aku perlahan membalikkan badanku dan kudapati seorang pemuda tampan dengan tatapan tajam dan penampilan cool sedang berdiri disana. Aku mengenalnya. Wajahnya tampak sedikit berubah tapi tidak mungkin aku tidak mengenalinya.
"K-kak Argitara?" Gumamku tanpa sadar. Sang pemilik nama pun mengalihkan atensinya kepadaku. Tampak sedikit terkejut.
"Eh? Anchika?"
Sudah lama aku tidak mendengar suaranya memanggil namaku. Matanya menata- ah tidak, maksudku mata kami saling menatap tanpa berkedip.
"Ekhem. Udah belum tatap-tatapannya?" Suara Ci Shani membuat kami tersadar dan segera mengalihkan pandangan masing-masing dengan canggung.
"Kalian ngobrol dulu aja deh. Udah lama kan ngga ketemu. Biar bocil-bocil cici sama Adel yang urusin. Ayo kita kesana." Ucap Ci Shani sambil mengajak adik-adiknya dan adikku berpindah tempat meninggalkanku berdua dengan Kak Gita.
'Aduh Ci, Kenapa ditinggal ditinggal berdua sama Kak Gita? Ini aku harus gimana?'
"Mau ngobrol disana sambil duduk?" Aku hanya mengangguk mendengar ajakannya. Kami lalu berjalan ke arah bangku yang ditunjuk Kak Gita. Duduk diam dalam keheningan.
Aduh, aku bukanlah orang yang suka dengan keheningan tapi aku juga bingung mau ngomong apa sekarang. Kulirikkan mataku ke arah Kak Gita.
Kenapa sih Kak Gita ngga berubah dari dulu? Suka banget sama keheningan. Karena sudah tidak tahan dengan keheningan ini, akupun memberanikan diri untuk memulai percakapan.
"Ehem. Kak Git- eh maksudku Kak Argita-"
"Panggil Gita aja ngga apa-apa kok. Kita emang udah lama ngga ketemu, tapi bukan berarti kita jadi asing kan?"
Kak Gita mengatakan itu sambil menyunggingkan senyum yang amat sangat manis. Duh, plis jangan meleyot.
"Eh i-iya k-kak. Kakak gimana kabarnya? Ngga nyangka bisa ketemu disini." Ucapku sambil tersenyum kikuk.
"Aku baik kok. Sangat baik malahan."
"Kakak kapan pulang ke Indonesia?"
"Baru aja kemarin malam. Sengaja pulang buat datengin wisudanya duo bocil."
"Ohh. Terus di Indonesia berapa hari kak?"
"Selamanya."
"Hah?"
"Selamanya chika. Aku bakal menetap di Indonesia lagi. Nggak balik ke Jepang. Kuliahku udah selesai. Urusan perusahaan disana juga udah selesai. Perusahaan udah cukup stabil buat aku tinggal dan sekarang udah aku percayain ke sahabatku yang ada disana. Untuk kuliah S2 aku mau ambil deket-deket sini aja."
"Eh? Serius kak?"
"Iya."
"Yessss." Teriakku spontan. Aku segera buru-buru menutup mulutku. Ahh malu banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGITARA
הרפתקאותArgitara Radheya Natio, Menjadi seorang CEO diusianya yang masih muda di Natio Corp, Jepang dikarenakan kakak tertuanya menolak jabatan tersebut. 4 tahun setelahnya kembali ke Indonesia dan secara tidak sengaja terlibat dalam dunia balap mobil jalan...