Bab. 4

899 119 6
                                    

"Al, mau sampai kapan sih kamu kayak gitu?"

"Enggak tahu," jawab Alexa seenak jidatnya.

"Alexa, aku serius ih!" Tuntut Arelia gemas. Saking gemasnya rasanya tangan ini sudah sangat gatal untuk menampar mulut Alexa yang kissable itu. Satu kali tidak cukup, setidaknya Arelia butuh menamparnya lebih dari tiga kali sampai Alexa bisa sadar diri.

"Aku juga serius, Are. Manusia mana sih yang bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bahkan enggak akan ada satu pun makhluk di dunia ini yang akan tahu apa yang akan menimpa mereka satu detik kemudian. Iya 'kan? Makanya waktu kamu nanya sampai kapan yah jujur aku enggak tahu. Gak salah dong?"

"Lagian kenapa lagi kamu berantem kayak gitu?" Tanya Arelia.

Alexa mengangkat pundaknya. "I don't know, aku cuma kasih senyum sama salah satu cowok yang lagi makan di kantin ehh malah tiga cewek itu yang langsung mencak-mencak. Ya udah aku ladenin. Cuma itu."

Mendengar jawaban Alexa membuat kedua mata Arelia spontan memicing sipit penuh curiga. Jelas sebuah senyuman biasa tidak akan memicu pertengkaran sehebat itu bukan?

"Jenis senyumnya yang kayak gimana ya mohon maaf?"

"Senyum biasa sambil say hai doang kok."

"Kok saya enggak percaya ya."

Kesal, Alexa memutar bola matanya. "Serius, Are. Cuma senyuman biasa aja. Like this," Alexa tiba-tiba menaruh piring gado-gadonya di atas meja kecil yang ada di samping ranjang. Kemudian bergerak untuk mendemontasikan apa yang dia lakukan sebelumnya. Alexa memiringkan kepalanya, menyampirkan rambutnya ke belakang telinga lalu setelahnya melambaikan jari-jarinya sembari mengumbar senyuman yang terkesan manja.

Melihatnya Arelia tentu saja langsung mendengus sinis, lihat! Tebakannya benar 'kan. Siapa yang bisa berpikir lurus jika Alexa membuat gestur segenit itu!!

"Wah sumpah Al, kamu gila!!" Teriak Arelia setelahnya.

"Terserah deh, pokoknya bukan aku yang salah ya. Aku cuma mau jadi manusia baik yang ramah kepada semua orang. Kamu pernah dengar 'kan kalau senyum itu ibadah."

"Ibadahnya enggak sambil goda cowok orang ya!"

"Goda apaan sih, Are. Enggak ya! Dibilangin aku enggak godain ihh, enggak percayaan banget sama sahabat," sungut Alexa kesal.

"Nih ya aku aja enggak percaya apalagi orang lain. Sumpah deh Al, mau sampai kapan kamu kayak gitu? Enggak capek apa kamu terus-terusan dimarahin orang? Lihat nih sekarang, bahkan saat kamu enggak niat goda, orang-orang bakal mikir kalau kamu lagi mau rebut cinta mereka secara mereka udah tahu reputasi kamu, Al. Karena itu tolong sebaiknya kamu berhenti deh."

Alexa terdiam sejenak, seolah tengah meresapi setiap kalimat yang memasuki gendang telinganya. Tapi bukan Alexa namanya jika bisa menurut semudah itu karena beberapa detik kemudian Alexa menunduk sedih dan mengatakan hal yang membuat Arelia serasa ingin menggaruk tembok. "Tapi aku emang terlalu cantik sampai-sampai semua cowok tergoda sama aku."

PLAK!

Pada akhirnya tangan Arelia berhasil menggeplak kening mulus Alexa.

Alexa melotot protes, mengusap-ngusap keningnya yang memerah. "Jahat banget sih sama sahabat sendiri juga."

"Ya makanya dengerin dong kalau aku lagi ngomong!" Tuntut Arelia geregetan.

"Ini juga dengerin Arelia, sayang...."

Oke, jangan salahkan Arelia jika Alexa akan berakhir tergeletak di atas lantai UKS. Gadis itu bergegas bangun dari kursi yang ia duduki lalu membuat gerakan menyingsingkan lengan bajunya. Sedangkan tatapan matanya menghunus tajam kepada sang calon mangsa. Arelia sudah memantapkan tekad bahwa apapun yang terjadi serta apapun konsekuensinya Arelia siap menampar sahabatnya penuh keikhlasan.

LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang