10. terkunci

246 42 10
                                    

-0000-

Hyunsik berjalan menuju pintu dan diikuti oleh semuanya. Namun, berkali-kali Hyunsik menarik knop pintu tersebut, pintu itu terkunci.

"Kok?"

"Siapa yang kunci pintu?"tanya Hyunsik, menghadap kepada mereka semua yang juga kebingungan.

"Enggak ada, lagian. Ngapain ngunci pintu? Kan kita mau pulang."

"Jadi ini siapa yang ngunci? Masa kekunci sendiri? Mana gak ada kunci nya lagi."Hyunsik menatap pintu tersebut heran.

"Dobrak aja dobrak."tutur Sing asal.

"Heh! Rumah orang mau didobrak."omel Lex.

"Kalo pintu nya rusak, biar Wain aja yang tanggung jawab, bayar pake duit. Dia kan holang kaya."ucap Sing santai yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Wain.

Hyunsik mengangguk, dan malah menyetujui ucapan Sing. Ia mulai mendorong pintu tersebut dengan kekuatan tinggi.

berkali-kali Hyunsuk mencoba mendobrak pintu tersebut. Tidak ada yang terjadi.

Wain pun berinisiatif untuk membantu. Ia mulai mendorong pintu tersebut berdua dengan Hyunsik.

Yang mereka dapatkan hanyalah rasa sakit. Entah kenapa, Pintu tersebut bagaikan besi.

"Masa kita ke kurung disini sih?"ucap Hyunsik pasrah.

Zayyan mulai khawatir, ia takut jika mereka terkurung di penginapan ini sampai malam tiba. Beberapa detik, Akhirnya ia menemukan ide yang cemerlang.

"Lewat kaca!"Zayyan berseru.

"Oh iya!"

"Ada yang bawa palu?"tanya Zayyan.

"Enggak ada lah! Orang stress kali yang bawa palu kesini."ucap Wain.

"Maksud lo, gue orang stress?"Sing menyahut dengan sambil mengeluarkan satu palu kecil yang terasa berat, dari dalam tas nya.

Gyumin pun tak kuasa menahan tawanya. "Hahaha! Random banget."

"Ngapain lo bawa palu? Kemaren baaa karung."Davin terheran-heran.

"Buat jaga-jaga!"

Zayyan tak mempedulikan itu, ia langsung merebut palu itu dari genggaman Sing.

"Weh santai."

Zayyan memukul kaca itu dengan sekuat-kuatnya, lagi dan lagi. Kaca itu sama seperti pintu. Tidak ada timbul goresan sedikitpun.

Berulang kali Zayyan melakukannya, semuanya sia-sia.

"Coba gantian, bang."Wain mengambil palu tersebut dari genggaman Zayyan.

Zayyan mengangguk, lagi pula. Ia sudah sangat lelah.

Wain mulai memukul kaca tersebut, tenaga Wain sangat kuat. Tapi, tetap saja. Kaca itu tak ada goresan sedikitpun.

Wain menghela nafas kasar, ia frustasi!

"Tempat ini bukan tempat biasa."ucap Zayyan dengan raut wajah serius.

SEBUAH DESA-Xodiac (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang