16. Karena kamu istimewa

315 55 15
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

Happy reading

16. Karena kamu istimewa

“Batu, kertas, gunting!”

Itu adalah suara dari ponsel yang sedang menampilkan sebuah video. Dimana ada seorang laki-laki yang sedang bermain ‘batu, kertas, gunting,' seorang diri. Laki-laki itu berperan seolah dihadapannya ada orang lain, saat dirinya melangkah ke depan, terlihat seperti dia yang memenangkan permainan.

Qing meletakkan kaleng minumannya, ketika melihat tatapan teman-temannya seperti meminta penjelasan. Dalam kondisi seperti ini, bolehkah dia menyalahkan hantu sialan itu? Tadi pagi keduanya pergi ke taman kota, karena katanya taman itu bisa membuat Qing mengingat kembali masa lalunya.

Beberapa kali Qing tanyakan, mengapa perempuan itu bisa begitu yakin? Seolah-olah dia mengetahui segalanya. Jika memang benar dia tahu, mengapa tidak langsung memberitahunya saja?

“Bisa lo jelasin?” tanya Daiva.

Mengingat kembali segala keanehan Qing setelah terbangun dari koma, membuat mereka khawatir. Tingkah Qing terlalu kentara akan adanya perubahan. Jika itu menjurus pada hal yang baik, mereka tentu akan ikut merasa senang. Namun apa yang terjadi kini, rasa-rasanya tidak bisa mereka terima dengan akal.

Sebelum mengeluarkan suara, Qing menunduk sekilas. Sejak lama ingin dia ceritakan, tapi takut mereka semua akan menganggapnya memiliki gangguan jiwa. “Ada perempuan yang selama ini ngikutin gue,” jelasnya.

Cukup lama terdiam, mereka saling menatap. “Perempuan, siapa?” tanya Taro.

“Gue gak liat ada perempuan di sini.” Kavi berusaha memperjelas video di ponselnya.

Mendengar apa yang dikatakan Kavi, mereka kembali saling menatap. Sepertinya arah pemikiran mereka menjurus pada hal yang sama. “Maksud lo, hantu?” sangka Taro.

Qing bisa melihat ketakutan di mata mereka, terkecuali Harjun yang hanya diam menyimak. Setelah dia mengangguk, ketiga temannya sontak merapat satu sama lain.

“Lo bisa liat hantu, gimana bisa?” Daiva hanya terkejut mendengarnya. Setelah masa lalunya terkubur, sekarang mata batin sahabatnya terbuka. Sungguh, Daiva tidak pernah membayangkannya.

Qing mengangkat bahunya. Dia juga tidak tahu, yang pasti semua ini terjadi setelah dia bangun dari koma. Anehnya Qing hanya melihat beberapa hantu saja, seperti perempuan yang selama ini mengikutinya, juga seorang laki-laki yang dia temui ketika di Bandung. Sama seperti identitas Queen, Qing juga belum mengetahui identitas hantu laki-laki itu.

“Dia minta apa, kopi?” Seperti yang Kavi tahu, biasanya para hantu suka meminta hal seperti itu.

“Nyawa gue,” balas Qing.

Memang benar seperti itu bukan? Queen pernah meminta nyawanya, agar perempuan itu menghilang dari hadapannya. Namun mungkin sekarang sudah berulah, terlebih Queen telah meminta 3 permintaan berbeda padanya.

“Gak bahaya ta?” tanya Taro. “Tapi gue ada pertanyaan.”

“Kalo lo gak sadar, kalimat pertama lo berupa pertanyaan.” Kavi memukul pelan kepala bagian belakang sahabatnya.

“Gue serius!" Taro bangkit. “Kenapa dedemit suka minta kopi?”

“Kalo mintanya pisang, itu lo!” jawab Daiva, dia dan Kavi lantas tertawa.

CAKSUSRAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang