26. Bamboozle

74 23 5
                                    

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈➪

⚠︎𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎⚠︎

26. Bamboozle

“Kapan dapetnya?”

Queen duduk di batu, dengan siku menumpu di lutut dan tangan yang menangkup wajahnya. Sudah lebih dari 3 jam dia hanya bisa terdiam sambil menunggu Qing mendapatkan ikan pertamanya.

Jika saja ada Drisa dan Inka, mungkin Queen tidak akan bosan seperti sekarang. Walaupun mereka tidak bisa berkomunikasi secara langsung, setidaknya ada orang yang bisa mengajaknya berbincang. Namun sayang, keduanya malah memisahkan diri setelah terus berseteru dengan Shafana.

“Qing, air aku abis,” adu Shafana sambil menunjukan botol minumnya.

Queen mencebik, “Dikira dia lagi di Padang Pasir. Di depan lo air, buta?”

Qing menggeleng samar. Beruntungnya Shafana tidak bisa mendengar Queen, jika tidak, mungkin perseteruan tahap kedua akan kembali dimulai. “Bentar, gue ngambil di mobil dulu.”

“Suruh minum air sungai aja.” Queen menahan tangan laki-laki itu.

Qing hanya memperingatkan sang pacar lewat sorot matanya. Kemudian dia beranjak, untuk mengambil persediaan minum sekaligus camilan untuk Queen.

Sebenarnya Shafana tidak benar-benar kehausan. Dia sengaja menggiring Qing untuk pergi, lantaran dia ingin membuktikan keberadaan Queen. Memang sulit diterima oleh akal, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

“Queen?” panggil Shafana.

Queen sendiri tidak begitu terkejut, ketika Shafana memanggilnya. Dia masih asik menatap pancingan Qing, siapa tahu sudah ada ikan yang memakan umpannya. Lagipula percuma Queen menjawab, Shafana tidak akan mungkin mendengar.

“Aku suka sama Qing.”

“Terus--”

“Bisa kamu jauhin dia?” Shafana menoleh ke samping kirinya, dia tahu Queen ada di sana.

Mendengarnya Queen sampai tidak bisa berkata-kata. Lama tidak bertemu secara langsung, kini perempuan itu semakin berani.

Berbeda dari Queen yang kini terdiam, Shafana justru berjalan menghampiri. Walaupun tidak tahu posisi pastinya, dia mencoba menebak dengan akurat. “Sejak awal kamu gak punya tempat di sini, bisa kamu pergi aja?”

“Maksud lo gue gak punya tempat, apa?” Queen yang tentu bisa melihat Shafana, maju mendekatinya. Dia berusaha mendorong baru perempuan itu, tapi tidak ada yang terjadi.

Shafana terkekeh. Suara Queen tidak bisa didengar, tapi dia bisa memprediksi apa jawaban perempuan itu. “Kamu bukan siapa-siapa Papa, tapi tiba-tiba muncul. Kalo bukan karena Papa baik mau ngerawat kamu, kamu gak mungkin ketemu Qing. Sedari awal kehidupan kamu cuma pemberian Papa.”

Queen mengepalkan kedua tangannya. Tidak ada yang salah dari perkataan Shafana, tapi mengapa rasanya menyakitkan? Dia seperti anak yang tidak diinginkan, kehadirannya tidak jelas.

“Dan menurut lo, lo hidup karena siapa? Nyawa lo juga pemberian!”

Queen bersiap pergi, tapi baru beberapa langkah suara seseorang yang terjatuh ke air berhasil menghentikannya. Langkah refleks Queen yang akan ikut melompat ke air terhenti, kala Qing telah mendahuluinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAKSUSRAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang